BENGKALIS (RIAUPOS.CO) — Menjadi wirausaha adalah pilihan Mursid (35) warga Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan. Ia memulai dan menjalankan usaha keripik ubi jalar produksi rumahan (home industry) yang sudah berjalan satu tahun.
Diakui Mursid, bahwa usaha yang telah dimulai dari susah payah hanya dibantu oleh keluarganya itu, kini menjadi salah satu penunjang perekonomian warga setempat. Saat ini sudah menampung belasan pekerja kalangan para ibu. Namun, cita-cita Mursid untuk menjadi seorang pengusaha keripik ubi jalar khas warga Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan sepertinya tidak berjalan mulus seperti yang ia bayangkan.
- Advertisement -
Keripik berbahan baku ubi jalar terus berjalan dan berkembang hingga dikenal menjadi ciri khas hasil buah tangan warga Desa Bantan Air.
Mursid pun memberi lebel '4 saudara' pada kerupuk buatanya tersebut. Toh, kini iapun masih mengeluhkan terkait perizinan yang cukup sulit didapat dari dinas terkait.
- Advertisement -
Sementara, untuk pengurusah surat izin dari Pemkab Bengkalis sudah masuk ke Dinas Perdagangan dan Perindustrian sejak Februari lalu.
"Namun, kami disuruh ke Dinas Lingkungan Hidup agar dilakukan survei tempat usaha. Tapi, hingga sekarang tidak ada satupun petugas DLH tersebut turun dan datang ke rumah kami untuk melakukan survei," kata Mursid, Sabtu (7/3) di kediamannya. "Sulitnya mengurus izin," tambah Mursid. Hal itu berdampak juga pada produksi keripik yang tidak bisa di pasarkan hingga ke Kota Bengkalis. "Saat ini hanya bisa kita pasarkan lewat warung-warung kecil sekitar wilayah Kecamatan Bantan saja," keluhnya.
Mursid berharap produk ini bisa menjadi ciri khas makanan Desa Bantan Air, selanjutnya bisa juga oleh Kecamatan lain se-Kabupaten Bengkalis.
"In sya Allah, jika izin label serta sertifikasi halal sudah ada, maka kita semakin optimis produk kita akan dikenal hingga ke Kota Bengkalis bukan hanya di Desa saja," harapnya optimis.(esi)
BENGKALIS (RIAUPOS.CO) — Menjadi wirausaha adalah pilihan Mursid (35) warga Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan. Ia memulai dan menjalankan usaha keripik ubi jalar produksi rumahan (home industry) yang sudah berjalan satu tahun.
Diakui Mursid, bahwa usaha yang telah dimulai dari susah payah hanya dibantu oleh keluarganya itu, kini menjadi salah satu penunjang perekonomian warga setempat. Saat ini sudah menampung belasan pekerja kalangan para ibu. Namun, cita-cita Mursid untuk menjadi seorang pengusaha keripik ubi jalar khas warga Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan sepertinya tidak berjalan mulus seperti yang ia bayangkan.
Keripik berbahan baku ubi jalar terus berjalan dan berkembang hingga dikenal menjadi ciri khas hasil buah tangan warga Desa Bantan Air.
Mursid pun memberi lebel '4 saudara' pada kerupuk buatanya tersebut. Toh, kini iapun masih mengeluhkan terkait perizinan yang cukup sulit didapat dari dinas terkait.
Sementara, untuk pengurusah surat izin dari Pemkab Bengkalis sudah masuk ke Dinas Perdagangan dan Perindustrian sejak Februari lalu.
"Namun, kami disuruh ke Dinas Lingkungan Hidup agar dilakukan survei tempat usaha. Tapi, hingga sekarang tidak ada satupun petugas DLH tersebut turun dan datang ke rumah kami untuk melakukan survei," kata Mursid, Sabtu (7/3) di kediamannya. "Sulitnya mengurus izin," tambah Mursid. Hal itu berdampak juga pada produksi keripik yang tidak bisa di pasarkan hingga ke Kota Bengkalis. "Saat ini hanya bisa kita pasarkan lewat warung-warung kecil sekitar wilayah Kecamatan Bantan saja," keluhnya.
Mursid berharap produk ini bisa menjadi ciri khas makanan Desa Bantan Air, selanjutnya bisa juga oleh Kecamatan lain se-Kabupaten Bengkalis.
"In sya Allah, jika izin label serta sertifikasi halal sudah ada, maka kita semakin optimis produk kita akan dikenal hingga ke Kota Bengkalis bukan hanya di Desa saja," harapnya optimis.(esi)