Sudah hampir 2 tahun lamanya virus SARS CoV2 penyebab penyakit Covid-19, penyebab pandemi di seluruh dunia menyebabkan korban sakit maupun kematian yang tidak sedikit jumlahnya. Virus SARS CoV2 yang lebih dikenal umum dengan virus corona ini, seiring dengan berjalannya waktu, semakin berevolusi dan bermutasi menjadi berbagai macam varian. Salah satunya yang dikenal dengan sebutan virus varian Delta. Dan diketahui akhirnya varian ini sudah memasuki wilayah Riau. Tetapi apa sebenarnya varian Delta ini?
Varian Delta atau varian B.1.617.2 pertama kali ditemukan di India pada saat India mengalami ledakan kasus Covid-19. Betapa tinggi angka kesakitan dan kematian di India akibat varian tersebut dan terjadi pada waktu yang relatif cepat. Virus Delta secara struktur biologi masih sama dengan "sosok" virus corona yang ada sebelumnya tetapi varian ini mengalami mutasi atau perubahan genetik yang multipel pada bagian spikes-nya.
Spikes adalah bagian virus yang diperlukan untuk menempel pada sel host atau sel manusia. Mutasi tersebut menjadikan varian Delta berkali-kali lipat lebih mudah untuk melekat pada saluran napas manusia dan ini menyebabkan varian Delta jauh lebih mudah untuk menular daripada varian sebelumnya.
Selain lebih mudah menular, varian Delta pada saluran napas manusia lebih efektif utk memperbanyak dirinya artinya seseorang yang terinfeksi varian Delta ini biasanya mempunyai kadar virus yang tinggi. Dapat dibayangkan bahwa, varian yang mudah menular ditambah dengan kadar virus yang banyak maka akibatnya akan mudah untuk membuat sakit orang banyak dalam waktu yang singkat.
Pemeriksaan swab PCR sebagai standar baku emas deteksi Covid-19 masih dapat mendeteksi varian Delta ini tetapi hanya terdeteksi sebagai positif SARS CoV2 saja, sama dengan varian corona yang lain. Untuk mengetahui apakah benar virus tersebut adalah varian Delta atau varian lainnya maka harus dilanjutkan dengan memetakan seluruh genom virus dengan pemeriksaan yang dinamakan WGS/Whole Genom Sequencing.
Hasil dari WGS tersebut selanjutnya dapat diakses di situs open access yang bernama GISAID yaitu suatu situs yang berisi segala hal tentang dunia bioinformatik (genom, gen, varian, distribusi geografik dll) SARSCoV2 dan virus influensa yang ada di seluruh dunia. Dan baru-baru ini tercantumlah pada GISAID tersebut bahwa varian Delta telah terdeteksi di wilayah Riau. Jadi secara "resmi" varian Delta akhirnya telah memasuki dan menyebar di bumi Riau.
Mungkin kita semua telah menyadari bahwa akhir-akhir ini angka kasus baru Covid-19 Riau selalu di atas 1.000 kasus per hari nya dengan kasus kematian per hari dapat mencapai puluhan. Jika dihubungkan dengan sifat Delta yang mudah menular dan kadar dalam tubuh tinggi maka hal ini menjadi masuk akal. Bahkan pada beberapa Rumah Sakit di Riau, ruang ICU Covid selalu penuh dan seringkali didapatkan sulitnya mendapatkan ruang kosong di ruang rawat inap Covid di rumah sakit (RS).
Bagaimana dengan vaksin anti Covid-19? Kabar gembiranya adalah berbagai penelitian menunjukkan vaksin yang ada, walaupun tidak mampu 100 persen mencegah orang terinfeksi, tetapi terbukti masih efektif untuk menurunkan kemungkinan pasien mengalami gejala berat dan dirawat di RS. Berbagai jenis vaksin menunjukkan perbedaan efektifitas terhadap varian Delta ini. Yang paling baik responsnya adalah jenis vaksin mRNA (seperti pfiezer, moderna) dan juga Astra Zeneca tetapi terdapat suatu penelitian yang dilakukan di Cili, didapatkan hasil bahwa vaksin Coronavac masih terbukti efektif untuk menurunkan angka penderita yang harus rawat inap, ICU dan juga kematian walaupun di penelitian ini tidak secara spesifik menyebutkan varian Delta melainkan virus SARSCoV2 secara umum.
Vaksin bukan merupakan satu-satunya cara untuk menghadapi virus Delta ini karena selama cakupan vaksin di masyarakat masih sedikit maka tertib protokol kesehatan (prokes) adalah mutlak harus dilakukan. Mengapa demikian? Virus SARS CoV2 adalah virus RNA yang sifatnya memang sangat mudah bermutasi di dalam tubuh manusia dan peluang bermutasi ini makin besar seiring dengan makin seringnya ia menginfeksi serta berpindah dari manusia satu ke manusia lain (banyak yang terinfeksi).
Disebutkan di atas bahwa vaksin belum mampu mencegah 100 persen seseorang terinfeksi. Maka jika kita tidak taat prokes, baik kita sudah divaksin lengkap atau belum, maka artinya secara tidak langsung kita memberikan peluang bagi si virus untuk bermutasi akibat virus ini dibiarkan berpindah-pindah dari orang yang satu ke orang yan lain. Hal ini sebenarnya yang perlu menjadi perhatian kita karena walau sekarang Delta masih bisa berespon dengan vaksin yang ada, jika kita "biarkan" virus ini bermutasi terus, bukan tidak mungkin suatu saat nanti vaksin yang ada tidak mampu untuk menanggulangi virus corona hasil mutasi baru.
Jadi jelaslah kehadiran virus Delta di bumi Riau ini jangan menjadikan kita panik tetapi tidak panik bukan berarti santai. Waspada yang harus dikedepankan dengan cara selalu berusaha taat prokes dan jika waktunya tiba untuk mendapatkan vaksinasi lengkap maka manfaatkanlah kesempatan tersebut. Semoga Allah Tuhan Yang Maha Kuasa menjaga kita selalu.***