Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Tolak Liga Super Eropa, Conte Sebut UEFA Serakah

MILAN (RIAUPOS.CO) – Meski tak setuju dengan rencana bergulirnya Liga Super Eropa (LSE), pelatih Inter Milan, Antonio Conte, juga mengkritik UEFA yang dianggapnya serakah. Kata Conte, UEFA telah mengekploitasi pemain.

Inter merupakan salah satu klub pendiri European Super League yang dibuat untuk menandingi Liga Champions UEFA. Klub berjuluk La Beneamata itu kemudian memutuskan untuk mundur setelah mendapat banyak penolakan.

Conte menolak kehadiran LSE, tapi mantan pelatih Juventus itu juga mengkritik UEFA. Conte menganggap UEFA telah mengekploitasi pemain demi mendapat keuntungan besar.

Conte berharap UEFA bisa menerapkan meritokrasi, yakni sistem yang memberikan kesempatan untuk meraih banyak hal berdasarkan kemampuan atau prestasi.

"Sebagai olahragawan, kita tidak boleh melupakan tradisi. Liga Champions ini adalah sejarah dan harus dihormati. Kita tidak boleh melupakan hasrat untuk olahraga, dan olahraga harus meritokrasi. Kita bekerja untuk menang dan mendapatkan sesuatu. Meritokrasi harus selalu menjadi yang pertama dan terpenting," ujar Conte seperti dilansir AS.

"UEFA juga harus melakukan refleksi. Mereka mengatur turnamen, mengambil semua pendapatan dan hanya mengeluarkan sebagian kecil untuk tim yang benar-benar ambil bagian dalam turnamen ini," ucap Conte.

Baca Juga:  Tottenham Hotspur vs RB Leipzig: Beda Generasi "Baby Mourinho"

UEFA merespons kehadiran LSE dengan mengumumkan format baru Liga Champions mulai 2024. Conte tidak mempermasalahkan format Liga Champions yang digunakan, hanya ingin UEFA lebih menghargai tim yang terlibat.

"Para pemain diperas seperti lemon dengan jadwal ketat dan mendapat hasil sangat sedikit dari pertandingan itu. UEFA perlu mempertimbangkan remunerasi yang lebih baik. Klub berinvestasi pada pelatih dan pemain, jadi mereka berhak mendapatkan sebagian dari pendapatan UEFA yang mereka bantu menghasilkannya," ucap ujar mantan pemain Cremonese dan Juventus itu.

"Jika Anda mendapatkan 10 dan menyimpan tujuh untuk diri sendiri, memberikan hanya tiga untuk orang lain, hal itu benar-benar tidak adil. Saya pikir pembagian merata perlu dipertimbangkan kembali," sambung Conte.

Baca Juga:  Kadispora Riau Tinjau Latihan dan Beri MotivasI

Conte bukan satu-satunya pelatih yang mengkritik UEFA. Pelatih Barcelona, Ronald Koeman, menyebut UEFA mata duitan meski juga LSE.

Jauh-jauh hari sebelum LSE menjadi bom seperti sekarang, gelandang Real Madrid asal Jerman, Toni Kroos, sudah mengkritik UEFA. Itu  berawal dari penyelenggaraan UEFA Nations League, proyek baru EUFA untuk tim nasional.

"Pemain sepakbola sudah menjadi mesin. Tenaganya diperas dan tidak diberi waktu istirahat yang cukup," jelas mantan pemain Bayern Muenchen itu seperti dilansir Marca.

Sumber: AS/News/Marca
Editor: Hary B Koriun

MILAN (RIAUPOS.CO) – Meski tak setuju dengan rencana bergulirnya Liga Super Eropa (LSE), pelatih Inter Milan, Antonio Conte, juga mengkritik UEFA yang dianggapnya serakah. Kata Conte, UEFA telah mengekploitasi pemain.

Inter merupakan salah satu klub pendiri European Super League yang dibuat untuk menandingi Liga Champions UEFA. Klub berjuluk La Beneamata itu kemudian memutuskan untuk mundur setelah mendapat banyak penolakan.

- Advertisement -

Conte menolak kehadiran LSE, tapi mantan pelatih Juventus itu juga mengkritik UEFA. Conte menganggap UEFA telah mengekploitasi pemain demi mendapat keuntungan besar.

Conte berharap UEFA bisa menerapkan meritokrasi, yakni sistem yang memberikan kesempatan untuk meraih banyak hal berdasarkan kemampuan atau prestasi.

- Advertisement -

"Sebagai olahragawan, kita tidak boleh melupakan tradisi. Liga Champions ini adalah sejarah dan harus dihormati. Kita tidak boleh melupakan hasrat untuk olahraga, dan olahraga harus meritokrasi. Kita bekerja untuk menang dan mendapatkan sesuatu. Meritokrasi harus selalu menjadi yang pertama dan terpenting," ujar Conte seperti dilansir AS.

"UEFA juga harus melakukan refleksi. Mereka mengatur turnamen, mengambil semua pendapatan dan hanya mengeluarkan sebagian kecil untuk tim yang benar-benar ambil bagian dalam turnamen ini," ucap Conte.

Baca Juga:  Tottenham Hotspur vs RB Leipzig: Beda Generasi "Baby Mourinho"

UEFA merespons kehadiran LSE dengan mengumumkan format baru Liga Champions mulai 2024. Conte tidak mempermasalahkan format Liga Champions yang digunakan, hanya ingin UEFA lebih menghargai tim yang terlibat.

"Para pemain diperas seperti lemon dengan jadwal ketat dan mendapat hasil sangat sedikit dari pertandingan itu. UEFA perlu mempertimbangkan remunerasi yang lebih baik. Klub berinvestasi pada pelatih dan pemain, jadi mereka berhak mendapatkan sebagian dari pendapatan UEFA yang mereka bantu menghasilkannya," ucap ujar mantan pemain Cremonese dan Juventus itu.

"Jika Anda mendapatkan 10 dan menyimpan tujuh untuk diri sendiri, memberikan hanya tiga untuk orang lain, hal itu benar-benar tidak adil. Saya pikir pembagian merata perlu dipertimbangkan kembali," sambung Conte.

Baca Juga:  Mikel Arteta Perpanjang Kontrak Bersama Arsenal hingga 2025

Conte bukan satu-satunya pelatih yang mengkritik UEFA. Pelatih Barcelona, Ronald Koeman, menyebut UEFA mata duitan meski juga LSE.

Jauh-jauh hari sebelum LSE menjadi bom seperti sekarang, gelandang Real Madrid asal Jerman, Toni Kroos, sudah mengkritik UEFA. Itu  berawal dari penyelenggaraan UEFA Nations League, proyek baru EUFA untuk tim nasional.

"Pemain sepakbola sudah menjadi mesin. Tenaganya diperas dan tidak diberi waktu istirahat yang cukup," jelas mantan pemain Bayern Muenchen itu seperti dilansir Marca.

Sumber: AS/News/Marca
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari