Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Katarak pada Anak

Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya, menjadi keruh dan tak tembus cahaya. Sehingga cahaya sulit mencapai retina (saraf penerima rangsang cahaya) dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Sehingga penderita tidak dapat melihat dengan jelas. Lensa yang kekeruhannya telah merata dapat terlihat tanpa bantuan alat khusus dan tampak sebagai warna keputihan pada pupil yang seharusnya berwarna hitam.

Katarak pada anak berdasarkan dari onset atau saat permulaan timbulnya dapat diklasifikasikan menjadi katarak kongenital, katarak infantil dan katarak juvenile. Katarak kongenital muncul saat bayi baru lahir sampai tahun pertama kehidupan (lahir-usia 1 tahun), katarak infantil muncul dalam dua sampai tiga tahun pertama kehidupan (usia 2-3 tahun), katarak juvenile timbul dalam periode perkembangan penglihatan (usia 4-18 tahun).  Katarak infantil dan juvenil dapat disebut  katarak developmental.

Katarak kongenital merupakan salah satu penyebab kebutaan pada anak yang sering di jumpai. Jika katarak tetap tak terdeteksi atau menunda pengobatannya, gangguan penurunan tajam penglihatan yang permanen dapat terjadi. Turunnya tajam penglihatan akibat katarak tergantung pada posisi dan luas dari kekeruhan lensa, jika kekeruhan lensa timbul pada sumbu penglihatan disertai dengan kekeruhan yang cukup meluas, maka akan terjadi gangguan penglihatan secara signifikan dan dapat berlanjut menjadi kebutaan. Jika kekeruhan kataraknya sedikit, dibagian depan atau pinggir lensa, gangguan penglihatan hanya sedikit.

Evaluasi secara menyeluruh pada pasien katarak anak sangat penting dilakukan. Riwayat penyakit anak harus didapat secara lengkap melalui pertanyaan yang diajukan ke orang tua anak, termasuk penyakit mata yang diderita sebelumnya. Perlu juga ditanyakan adanya riwayat trauma dan riwayat mata merah berulang pada pasien untuk menyingkirkan diagnosis banding penyebab kataraknya. Riwayat kehamilan pada ibu pada katarak kongenital penting digali yang meliputi riwayat minum alkohol, merokok, narkoba, demam atau ruam selama kehamilan. Pertanyaan juga harus mencakup riwayat penyakit di keluarga serta riwayat kelainan serupa di keluarga.

Baca Juga:  Giliran BEM Unri Soroti Kebijakan PSBB

Pemeriksaan red reflex merupakan skrining pemeriksaan katarak sederhana yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir maupun untuk deteksi dini katarak anak.

Untuk menegakkan diagnisosis katarak anak, pemeriksaan mata harus dilakukan secara menyeluruh, yang meliputi :

  • Pemeriksaan visus
  • Pemeriksaan mata luar, meliputi kelopak dan bulu mata
  • Pemeriksaan slit lamp, pupil, diameter kornea dan segmen anterior lain
  • Pemeriksaan tekanan intraokular
  • Pemeriksaan mata dengan tetes mata midriatikum untuk menilai morfologi katarak dan fundus jika kekeruhan katarak tidak total
  • Pemeriksaan biometri mata, bila anak cukup besar dan kooperatif. Jika anak tidak kooperatif, perlu dipertimbangkan dilakukan pemeriksaan mata dengan pembiusan.

Apabila keadaan fundus tidak dapat dinilai karena adanya kekeruhan katarak maka evaluasi segmen posterior (bagian dalam bola mata) dapat dilakukan dengan menggunakan ultrasonografi (USG) mata utuk memastikan ada tidaknya ablasio retina (saraf mata terlepas dari kedudukannya) ataupun bentuk kelainan lain di dalam bola mata. Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mencari adanya kelainan sistemik yang menyebabkan katarak antara lain infeksi TORCH dan sifilis serta pemeriksaan kadar galaktokinase. Semua pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mencari penyebab katarak pada anak.

Katarak pada anak-anak berbeda dengan katarak pada dewasa. Lensa pada anak-anak lebih lunak, kapsul anterior atau kulit lensa dibagian depan lebih elastis dan vitreous atau cairan di dalam bola mata masih kenyal sehingga teknik operasi katarak pada anak-anak berbeda dari dewasa. Katarak pada anak-anak juga memiliki morfologi atau bentuk kekeruhan yang berbeda dengan katarak dewasa.

Pada operasi katarak dewasa, target operasinya adalah tajam penglihatan, sedangkan target operasi katarak pada anak-anak adalah aksis visual yang jelas dan kemudisan harus diikuti dengan terapi ambliopia (penurunan tajam penglihatan). Tatalaksana katarak anak tergantung dari beberapa faktor seperti usia anak, lateralitas (mata mana yang terkena), morfologi katarak serta adanya kelainan penyerta lain di mata maupun sistemik (kelainan yang mempengaruhi hampir beberapa organ di seluruh tubuh).

Baca Juga:  Kontingen Tanah Putih Tanjung Melawan Sabet Empat Emas di Cabor Sepatu Roda

Hal lain yang harus diperhatikan pada katarak anak agar mencapai hasil penglihatan yang baik adalah inflamasi (peradangan) pascaoperasi, perhitungan lensa intraokular (lensa tanam) yang akan dipasang, evaluasi komplikasi pasca bedah yang mungkin terjadi serta tatalaksana ambliopia pascabedah. Beberapa hal tersebut sangat penting diperhatikan sehingga katarak anak membutuhkan pemantauan jangka panjang.

Prognosis atau perkiraan hasil terapi pasien tergantung dari beratnya katarak dan apakah tatalaksana dilakukan dengan segera atau tidak. Katarak developmental memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan katarak kongenital. Anak dengan katarak bilateral (kedua mata) yang disertai nistagmus memiliki prognosis penglihatan yang buruk.

Terapi bedah pada katarak kongenital bilateral harus dilakukan sesegera mungkin, karena bila dilakukan lebih dari usia 2 bulan, hampir semua anak akan mengalami nistagmus sensori dan memiliki prognosis penglihatan yang buruk. Secara umum, tindakan bedah pada kasus katarak kongenital bilateral yang dilakukan sebelum usia 2 bulan memiliki prognosis visual yang baik dengan sekitar 80 persen pasien dapat mencapai tajam penglihatan yang lebih baik. Semakin muda usia bayi terkena katarak maka risiko ambliogenik (faktor yang menambah turunnya ketajaman penglihatan) yang terjadi akan semakin tinggi. Kekeruhan lensa yang signifikan secara visual yang terjadi sebelum usia 2-3 bulan mempunyai risiko lebih tinggi dalam mengganggu perkembangan  penglihatan anak selanjutnya.

Munculnya strabismus (mata juling) pada kasus katarak unilateral (satu mata) dan nistagmus pada kasus katarak bilateral menunjukkan bahwa kekeruhan lensa sudah mengganggu fungsi penglihatan secara signifikan. Meskipun munculnya kedua tanda ini menunjukkan bahwa waktu optimal untuk tindakan pembedahan sudah lewat, operasi katarak tetap dapat dilakukan dan bisa memberiksan manfaat terhadap peningkatan fungsi visual anak.***

 

Dr Dhana Cahyadi SpM, Subdivisi Kelainan Mata Anak  dan  Subdivisi Kelainan Mata Juling Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru

Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya, menjadi keruh dan tak tembus cahaya. Sehingga cahaya sulit mencapai retina (saraf penerima rangsang cahaya) dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Sehingga penderita tidak dapat melihat dengan jelas. Lensa yang kekeruhannya telah merata dapat terlihat tanpa bantuan alat khusus dan tampak sebagai warna keputihan pada pupil yang seharusnya berwarna hitam.

Katarak pada anak berdasarkan dari onset atau saat permulaan timbulnya dapat diklasifikasikan menjadi katarak kongenital, katarak infantil dan katarak juvenile. Katarak kongenital muncul saat bayi baru lahir sampai tahun pertama kehidupan (lahir-usia 1 tahun), katarak infantil muncul dalam dua sampai tiga tahun pertama kehidupan (usia 2-3 tahun), katarak juvenile timbul dalam periode perkembangan penglihatan (usia 4-18 tahun).  Katarak infantil dan juvenil dapat disebut  katarak developmental.

- Advertisement -

Katarak kongenital merupakan salah satu penyebab kebutaan pada anak yang sering di jumpai. Jika katarak tetap tak terdeteksi atau menunda pengobatannya, gangguan penurunan tajam penglihatan yang permanen dapat terjadi. Turunnya tajam penglihatan akibat katarak tergantung pada posisi dan luas dari kekeruhan lensa, jika kekeruhan lensa timbul pada sumbu penglihatan disertai dengan kekeruhan yang cukup meluas, maka akan terjadi gangguan penglihatan secara signifikan dan dapat berlanjut menjadi kebutaan. Jika kekeruhan kataraknya sedikit, dibagian depan atau pinggir lensa, gangguan penglihatan hanya sedikit.

Evaluasi secara menyeluruh pada pasien katarak anak sangat penting dilakukan. Riwayat penyakit anak harus didapat secara lengkap melalui pertanyaan yang diajukan ke orang tua anak, termasuk penyakit mata yang diderita sebelumnya. Perlu juga ditanyakan adanya riwayat trauma dan riwayat mata merah berulang pada pasien untuk menyingkirkan diagnosis banding penyebab kataraknya. Riwayat kehamilan pada ibu pada katarak kongenital penting digali yang meliputi riwayat minum alkohol, merokok, narkoba, demam atau ruam selama kehamilan. Pertanyaan juga harus mencakup riwayat penyakit di keluarga serta riwayat kelainan serupa di keluarga.

- Advertisement -
Baca Juga:  2020, Kenaikan Harga Rokok Capai Rp5 Ribu per Bungkus

Pemeriksaan red reflex merupakan skrining pemeriksaan katarak sederhana yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir maupun untuk deteksi dini katarak anak.

Untuk menegakkan diagnisosis katarak anak, pemeriksaan mata harus dilakukan secara menyeluruh, yang meliputi :

  • Pemeriksaan visus
  • Pemeriksaan mata luar, meliputi kelopak dan bulu mata
  • Pemeriksaan slit lamp, pupil, diameter kornea dan segmen anterior lain
  • Pemeriksaan tekanan intraokular
  • Pemeriksaan mata dengan tetes mata midriatikum untuk menilai morfologi katarak dan fundus jika kekeruhan katarak tidak total
  • Pemeriksaan biometri mata, bila anak cukup besar dan kooperatif. Jika anak tidak kooperatif, perlu dipertimbangkan dilakukan pemeriksaan mata dengan pembiusan.

Apabila keadaan fundus tidak dapat dinilai karena adanya kekeruhan katarak maka evaluasi segmen posterior (bagian dalam bola mata) dapat dilakukan dengan menggunakan ultrasonografi (USG) mata utuk memastikan ada tidaknya ablasio retina (saraf mata terlepas dari kedudukannya) ataupun bentuk kelainan lain di dalam bola mata. Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mencari adanya kelainan sistemik yang menyebabkan katarak antara lain infeksi TORCH dan sifilis serta pemeriksaan kadar galaktokinase. Semua pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mencari penyebab katarak pada anak.

Katarak pada anak-anak berbeda dengan katarak pada dewasa. Lensa pada anak-anak lebih lunak, kapsul anterior atau kulit lensa dibagian depan lebih elastis dan vitreous atau cairan di dalam bola mata masih kenyal sehingga teknik operasi katarak pada anak-anak berbeda dari dewasa. Katarak pada anak-anak juga memiliki morfologi atau bentuk kekeruhan yang berbeda dengan katarak dewasa.

Pada operasi katarak dewasa, target operasinya adalah tajam penglihatan, sedangkan target operasi katarak pada anak-anak adalah aksis visual yang jelas dan kemudisan harus diikuti dengan terapi ambliopia (penurunan tajam penglihatan). Tatalaksana katarak anak tergantung dari beberapa faktor seperti usia anak, lateralitas (mata mana yang terkena), morfologi katarak serta adanya kelainan penyerta lain di mata maupun sistemik (kelainan yang mempengaruhi hampir beberapa organ di seluruh tubuh).

Baca Juga:  Giliran BEM Unri Soroti Kebijakan PSBB

Hal lain yang harus diperhatikan pada katarak anak agar mencapai hasil penglihatan yang baik adalah inflamasi (peradangan) pascaoperasi, perhitungan lensa intraokular (lensa tanam) yang akan dipasang, evaluasi komplikasi pasca bedah yang mungkin terjadi serta tatalaksana ambliopia pascabedah. Beberapa hal tersebut sangat penting diperhatikan sehingga katarak anak membutuhkan pemantauan jangka panjang.

Prognosis atau perkiraan hasil terapi pasien tergantung dari beratnya katarak dan apakah tatalaksana dilakukan dengan segera atau tidak. Katarak developmental memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan katarak kongenital. Anak dengan katarak bilateral (kedua mata) yang disertai nistagmus memiliki prognosis penglihatan yang buruk.

Terapi bedah pada katarak kongenital bilateral harus dilakukan sesegera mungkin, karena bila dilakukan lebih dari usia 2 bulan, hampir semua anak akan mengalami nistagmus sensori dan memiliki prognosis penglihatan yang buruk. Secara umum, tindakan bedah pada kasus katarak kongenital bilateral yang dilakukan sebelum usia 2 bulan memiliki prognosis visual yang baik dengan sekitar 80 persen pasien dapat mencapai tajam penglihatan yang lebih baik. Semakin muda usia bayi terkena katarak maka risiko ambliogenik (faktor yang menambah turunnya ketajaman penglihatan) yang terjadi akan semakin tinggi. Kekeruhan lensa yang signifikan secara visual yang terjadi sebelum usia 2-3 bulan mempunyai risiko lebih tinggi dalam mengganggu perkembangan  penglihatan anak selanjutnya.

Munculnya strabismus (mata juling) pada kasus katarak unilateral (satu mata) dan nistagmus pada kasus katarak bilateral menunjukkan bahwa kekeruhan lensa sudah mengganggu fungsi penglihatan secara signifikan. Meskipun munculnya kedua tanda ini menunjukkan bahwa waktu optimal untuk tindakan pembedahan sudah lewat, operasi katarak tetap dapat dilakukan dan bisa memberiksan manfaat terhadap peningkatan fungsi visual anak.***

 

Dr Dhana Cahyadi SpM, Subdivisi Kelainan Mata Anak  dan  Subdivisi Kelainan Mata Juling Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari