WASHINGTON (RIAUPOS.CO) — Ambisi Donald Trump untuk memegang jabatan presiden AS hingga 2024 makin terjal. Kali ini band legendaris Rolling Stones ancang-ancang menggugat tim kampanye Trump karena menggunakan lagu mereka selama sesi kampanye. Lagu berjudul You Can’t Always Get What You Want menggema saat Trump bertemu simpatisan di Tulsa, Oklahoma, pada 20 Juni. Hal itu memicu band yang dipimpin Sir Mick Jagger marah.
"Kami memutuskan untuk mengambil langkah tegas setelah permintaan kami tak digubris," tulis mereka seperti dikutip dari BBC.
Pada 2016, tim kampanye Trump juga menggunakan lagu yang sama. Saat itu mereka sudah meminta Trump untuk tak menggunakan lagu tersebut.
"Kami tidak mendukung Donald Trump," bunyi cuitan di akun Twitter Rolling Stones empat tahun lalu.
Serangan kedua datang dari Facebook. Pekan lalu mereka menegaskan bakal menandai unggahan dari tokoh publik yang melanggar aturan mereka. Kebijakan tersebut muncul setelah saham Facebook turun 8 persen. Penurunan aset senilai 50 miliar dolar AS (Rp713 triliun) itu terjadi gara-gara beberapa raksasa bisnis Eropa memboikot iklan di Facebook hingga akhir tahun. Mereka mengatakan, itu adalah sanksi karena perusahaan media sosial terlalu dipenuhi ujaran kebencian.
Facebook menjadi sorotan banyak orang setelah tak mengikuti langkah Twitter dalam menandai unggahan Trump. Padahal, unggahan suami Melania itu tergolong konten yang menyesatkan dan manipulatif.
"Kebijakan ini kami lakukan untuk menjawab tantangan yang sedang dihadapi negara kami," ujar CEO Facebook Mark Zuckerberg kepada Associated Press.
Trump perlu keajaiban untuk mengamankan 270 wilayah dari total 538 electoral college guna mempertahankan takhtanya. Namun, popularitasnya sejak awal tahun tak pernah membaik. Hal tersebut disebabkan isu Covid-19 dan kasus kematian warga kulit hitam George Floyd. Menurut situs 270toWin, Demokrat sedang berada di atas angin dengan prediksi kemenangan di 248 wilayah. Sedangkan partai Trump, Republik, hanya memegang 204 wilayah.
Masih ada 86 wilayah yang belum menunjukkan kecenderungan terhadap salah satu partai. Namun, Trump justru tak ingin terlihat risau. Sabtu waktu setempat (27/6) Trump terbang ke Virginia untuk mengunjungi salah satu lapangan golf pribadinya. Tak ada yang tahu Trump bermain golf di sana atau tidak.
Yang jadi masalah, Trump sempat menyatakan akan tinggal di Washington DC selama akhir pekan. Jumat malam (26/6) dia membatalkan rencana bermain golf di Bedminster, New Jersey. "Saya memilih tinggal di Washington DC untuk memastikan hukum ditegakkan. Sebagian besar penjarah, anarkis, dan pembakar sudah dihentikan," ungkapnya.
Keputusannya untuk menjalankan hobinya jelas tak tepat, mengingat AS kembali dirundung permasalahan Covid-19. Beberapa negara bagian bahkan kembali menerapkan kebijakan karantina dan menutup bisnis karena jumlah kasus yang melonjak. Angka kasus Covid-19 di negara adidaya itu sudah melebihi 2,5 juta jiwa.(bil/c11/tom/jpg)