Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Pasukan Muslim Chechnya Anti-Kadyrov Akan Bantu Ukraina

KIEV (RIAUPOS.CO) – Pasukan muslim Chechen di Chechnya, Rusia Selatan, dikabarkan bakal menjadi bala bantuan Ukraina melawan invasi Rusia.

Wilayah Chechnya yang berpenduduk mayoritas muslim telah menjadi saksi bisu dari perang brutal antara loyalis Moskow dan kelompok separatis Chechen dari pertengahan 1990 hingga 2009.

Kelompok yang menentang Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin pasukan Chechnya pro-Rusia Ramzan Kadyrov ini dalam beberapa tahun terakhir berupaya melakukan perlawanan ke Kremlin di luar negeri, di antaranya di Suriah, Donetsk, dan sekarang tampaknya di Ukraina.

Pada Sabtu (26/2/2022) malam, Akhmed Zakayev, yang memimpin kelompok Chechen di pengasingan, menyatakan niatnya untuk membentuk detasemen sukarelawan Chechnya yang tinggal di luar negeri untuk berjuang bersama pemerintah Ukraina, seperti dikutip dari Foreign Policy.

Kelompok Chechen sendiri diperkirakan memiliki sekitar 150 ribu anggota yang tersebar di seluruh Eropa.

Baca Juga:  Jokowi: ASEAN Harus Menjadi Subjek

Meski demikian, Jean-François Ratelle, dosen di Universitas Ottawa dan ahli tentang Rusia dan Kaukasus, mengatakan, dukungan Zakayev untuk Kiev mungkin tidak terlalu banyak berarti karena pengaruhnya terbatas di diaspora.

Lebih lanjut, Ratelle menyebut, orang-orang Chechen dikenal dengan tipikal perang yang brutal, dan tidak menghargai hukum internasional. Sehingga keberadaan pasukan semacam ini di Ukraina dapat mengubah keadaan.

Di sisi lain, pasukan Chechen pro-Rusia yang dipimpin Ramzan Kadyrov dikabarkan telah bergerak ke Ukraina untuk mendesak negara tersebut menggulingkan pemerintahan.

Dikutip dari Reuters, dalam sebuah video yang diunggah, Kadyrov mengklaim pasukannya sejauh ini tidak mengalami kerugian. Selain itu, ia mengatakan pasukan Rusia dapat dengan mudah merebut kota-kota besar Ukraina, termasuk ibu kota Kiev.

Baca Juga:  Amankan Lokasi, Selamatkan Benteng dan Makam

"Sampai hari ini, pada menit ini, kami tidak memiliki satu korban pun, atau terluka, tidak seorang pun yang menderita," kata Kadyrov.

"Presiden (Putin, red) mengambil keputusan yang tepat dan kami akan melaksanakan perintahnya dalam keadaan apa pun," tambahnya.

Kabar lain mengenai pergerakan pasukan Chechnya datang dari sebuah video pendek yang diterbitkan oleh kantor berita Rusia, RT. Video tersebut menunjukkan ribuan tentara Chechnya tengah berkumpul di alun-alun utama ibu kota wilayah itu, Grozny, untuk menunjukkan kesiapan bertempur di Ukraina.

Meski demikian, tidak jelas apakah pasukan yang berjumlah sekitar 12 ribu orang itu telah dikerahkan ke Ukraina atau belum. Namun, RT mengatakan pada Jumat (25/2), mereka sedang menunggu perintah dari Putin untuk masuk.

Sumber: AFP/CNN/Reuters/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

KIEV (RIAUPOS.CO) – Pasukan muslim Chechen di Chechnya, Rusia Selatan, dikabarkan bakal menjadi bala bantuan Ukraina melawan invasi Rusia.

Wilayah Chechnya yang berpenduduk mayoritas muslim telah menjadi saksi bisu dari perang brutal antara loyalis Moskow dan kelompok separatis Chechen dari pertengahan 1990 hingga 2009.

- Advertisement -

Kelompok yang menentang Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin pasukan Chechnya pro-Rusia Ramzan Kadyrov ini dalam beberapa tahun terakhir berupaya melakukan perlawanan ke Kremlin di luar negeri, di antaranya di Suriah, Donetsk, dan sekarang tampaknya di Ukraina.

Pada Sabtu (26/2/2022) malam, Akhmed Zakayev, yang memimpin kelompok Chechen di pengasingan, menyatakan niatnya untuk membentuk detasemen sukarelawan Chechnya yang tinggal di luar negeri untuk berjuang bersama pemerintah Ukraina, seperti dikutip dari Foreign Policy.

- Advertisement -

Kelompok Chechen sendiri diperkirakan memiliki sekitar 150 ribu anggota yang tersebar di seluruh Eropa.

Baca Juga:  Dua Tersangka Jambret Ponsel Ditangkap

Meski demikian, Jean-François Ratelle, dosen di Universitas Ottawa dan ahli tentang Rusia dan Kaukasus, mengatakan, dukungan Zakayev untuk Kiev mungkin tidak terlalu banyak berarti karena pengaruhnya terbatas di diaspora.

Lebih lanjut, Ratelle menyebut, orang-orang Chechen dikenal dengan tipikal perang yang brutal, dan tidak menghargai hukum internasional. Sehingga keberadaan pasukan semacam ini di Ukraina dapat mengubah keadaan.

Di sisi lain, pasukan Chechen pro-Rusia yang dipimpin Ramzan Kadyrov dikabarkan telah bergerak ke Ukraina untuk mendesak negara tersebut menggulingkan pemerintahan.

Dikutip dari Reuters, dalam sebuah video yang diunggah, Kadyrov mengklaim pasukannya sejauh ini tidak mengalami kerugian. Selain itu, ia mengatakan pasukan Rusia dapat dengan mudah merebut kota-kota besar Ukraina, termasuk ibu kota Kiev.

Baca Juga:  Amankan Lokasi, Selamatkan Benteng dan Makam

"Sampai hari ini, pada menit ini, kami tidak memiliki satu korban pun, atau terluka, tidak seorang pun yang menderita," kata Kadyrov.

"Presiden (Putin, red) mengambil keputusan yang tepat dan kami akan melaksanakan perintahnya dalam keadaan apa pun," tambahnya.

Kabar lain mengenai pergerakan pasukan Chechnya datang dari sebuah video pendek yang diterbitkan oleh kantor berita Rusia, RT. Video tersebut menunjukkan ribuan tentara Chechnya tengah berkumpul di alun-alun utama ibu kota wilayah itu, Grozny, untuk menunjukkan kesiapan bertempur di Ukraina.

Meski demikian, tidak jelas apakah pasukan yang berjumlah sekitar 12 ribu orang itu telah dikerahkan ke Ukraina atau belum. Namun, RT mengatakan pada Jumat (25/2), mereka sedang menunggu perintah dari Putin untuk masuk.

Sumber: AFP/CNN/Reuters/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari