Kamis, 19 September 2024

Perlu Waktu Sepekan Rakit Ulang Gatotkoco

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Perjalanan panjang Gatotkoco, N250 dari Bandung ke Jogjakarta selesai Jumat pagi (21/8). Pesawat besutan BJ Habibie itu tiba di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala setelah diangkut melalui jalur darat menggunakan tiga trailer dan dua truk. Selanjutnya, TNI AU akan merakit ulang pesawat tersebut.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto menyampaikan, proses merakit Gatotkoco perlu waktu satu pekan. Karena itu, pihaknya memprediksi, pesawat tersebut sudah bisa dilihat oleh pengunjung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala bulan depan. Itu termasuk cepat, mengingat ukuran N250 tidak kecil-kecil amat.

”Tiba di Jogjakarta pukul 05.10,” ungkap Fajar kepada Jawa Pos (JPG). Sepanjang perjalanan, pesawat tersebut tidak henti-hentinya jadi tontonan masyarakat. ”Yang melintas di jalan tol membuka kaca jendela karena merasa penasaran,” beber perwira tinggi TNI AU yang pernah tugas di Pangkalan TNI AU Manuhua tersebut.

Maklum, rombongan trailer, truk, dan kendaraan pengamanan bergerak membawa fuselage yang cukup panjang dan lebar. ”Kecepatan pun kurang lebih 40 kilometer per jam,” jelas Fajar. Karena itu, masyarakat yang saat itu melintas bisa melihat jelas Gatotkoco. Tidak sedikit diantar mereka mengeluarkan telepon genggam untuk mengambil gambar.

- Advertisement -
Baca Juga:  DPR Minta Mensos Libatkan Pemda 

Selain TNI AU, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) juga mendapatkan hibah N250 dari pemerintah. Hanya N250 yang mereka terima bukan Gatotkoco. Melainkan Krincingwesi dan Koconegoro. Serupa dengan Gatotkoco, keduanya merupakan prototipe N250. Tidak hanya dua pesawat itu, Lapan juga menerima mockup N250 serta dokumen-dokumen teknisnya.

Kepala Lapan Thomas Djamaluddin menyampaikan bahwa rencana pemerintah menghibahkan N250 tidak diputuskan mendadak. Menurut dia, sudah sejak 2015 informasi itu diterima. Lapan mengincar dokumen-dokumen teknis pesawat tersebut untuk dijadikan bahan penelitian dan pengembangan pesawat yang mereka buat bersama PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

- Advertisement -

Namun demikian, ketika keputusan hibah disampaikan, mereka juga mendapat dua pesawat berikut mockup-nya. ”Jadi, prototype yang kedua, Krincingwesi itu nantinya akan ditempatkan di Pusat Teknologi Penerbangan Lapan di Rumpin, Bogor,” beber Thomas ketika diwawancarai oleh Jawa Pos (JPG), kemarin.

Baca Juga:  Mencuri Untuk Beli Susu Anak, Kejari Rohil Terapkan Restorative Justice

Sementara itu, Koconegoro dan mockup N250 belum mereka putuskan akan dibawa ke mana. Bisa jadi ke Rumpin, bisa juga di tempat lain. Namun khusus untuk mockup N250, Thomas sudah punya gambaran. Digunakan untuk edukasi publik. ”Koconegoro itu kemungkinan akan dijadikan bahan penelitian,” imbuhnya.

Serupa, dokumen-dokumen teknis N250 juga akan dijadikan bahan penelitian oleh Lapan. ”Akan jadi bagian penelitian, bagian untuk perancangan generasi pesawat berikutnya,” ungkap Thomas. Saat ini Lapan dan PTDI tengah fokus membuat dua pesawat. Yakni N219 Amphibi dan N245. ”Jadi, sampai 2024 ditargetkan ada dua jenis pesawat baru yang dikembangkan,” tambah dia.

N219 Amphibi ditarget oleh Lapan dan PTDI sudah bisa terbang perdana pada 2023. Selanjutnya N245 menyusul. Dari kedua pesawat itu, N245 yang lebih mirip dengan N250. Karena itu, Lapan akan menggunakan dokumen teknis dari N250 untuk kebutuhan pengembangan N245. ”Mungkin ada bagian-bagian tertentu yang bisa dimanfaatkan,” ujar Thomas.(syn/das)

 

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Perjalanan panjang Gatotkoco, N250 dari Bandung ke Jogjakarta selesai Jumat pagi (21/8). Pesawat besutan BJ Habibie itu tiba di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala setelah diangkut melalui jalur darat menggunakan tiga trailer dan dua truk. Selanjutnya, TNI AU akan merakit ulang pesawat tersebut.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto menyampaikan, proses merakit Gatotkoco perlu waktu satu pekan. Karena itu, pihaknya memprediksi, pesawat tersebut sudah bisa dilihat oleh pengunjung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala bulan depan. Itu termasuk cepat, mengingat ukuran N250 tidak kecil-kecil amat.

”Tiba di Jogjakarta pukul 05.10,” ungkap Fajar kepada Jawa Pos (JPG). Sepanjang perjalanan, pesawat tersebut tidak henti-hentinya jadi tontonan masyarakat. ”Yang melintas di jalan tol membuka kaca jendela karena merasa penasaran,” beber perwira tinggi TNI AU yang pernah tugas di Pangkalan TNI AU Manuhua tersebut.

Maklum, rombongan trailer, truk, dan kendaraan pengamanan bergerak membawa fuselage yang cukup panjang dan lebar. ”Kecepatan pun kurang lebih 40 kilometer per jam,” jelas Fajar. Karena itu, masyarakat yang saat itu melintas bisa melihat jelas Gatotkoco. Tidak sedikit diantar mereka mengeluarkan telepon genggam untuk mengambil gambar.

Baca Juga:  Mencuri Untuk Beli Susu Anak, Kejari Rohil Terapkan Restorative Justice

Selain TNI AU, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) juga mendapatkan hibah N250 dari pemerintah. Hanya N250 yang mereka terima bukan Gatotkoco. Melainkan Krincingwesi dan Koconegoro. Serupa dengan Gatotkoco, keduanya merupakan prototipe N250. Tidak hanya dua pesawat itu, Lapan juga menerima mockup N250 serta dokumen-dokumen teknisnya.

Kepala Lapan Thomas Djamaluddin menyampaikan bahwa rencana pemerintah menghibahkan N250 tidak diputuskan mendadak. Menurut dia, sudah sejak 2015 informasi itu diterima. Lapan mengincar dokumen-dokumen teknis pesawat tersebut untuk dijadikan bahan penelitian dan pengembangan pesawat yang mereka buat bersama PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

Namun demikian, ketika keputusan hibah disampaikan, mereka juga mendapat dua pesawat berikut mockup-nya. ”Jadi, prototype yang kedua, Krincingwesi itu nantinya akan ditempatkan di Pusat Teknologi Penerbangan Lapan di Rumpin, Bogor,” beber Thomas ketika diwawancarai oleh Jawa Pos (JPG), kemarin.

Baca Juga:  Segera Cek, Kemenag Rilis Nama JCH yang Berhak Berangkat

Sementara itu, Koconegoro dan mockup N250 belum mereka putuskan akan dibawa ke mana. Bisa jadi ke Rumpin, bisa juga di tempat lain. Namun khusus untuk mockup N250, Thomas sudah punya gambaran. Digunakan untuk edukasi publik. ”Koconegoro itu kemungkinan akan dijadikan bahan penelitian,” imbuhnya.

Serupa, dokumen-dokumen teknis N250 juga akan dijadikan bahan penelitian oleh Lapan. ”Akan jadi bagian penelitian, bagian untuk perancangan generasi pesawat berikutnya,” ungkap Thomas. Saat ini Lapan dan PTDI tengah fokus membuat dua pesawat. Yakni N219 Amphibi dan N245. ”Jadi, sampai 2024 ditargetkan ada dua jenis pesawat baru yang dikembangkan,” tambah dia.

N219 Amphibi ditarget oleh Lapan dan PTDI sudah bisa terbang perdana pada 2023. Selanjutnya N245 menyusul. Dari kedua pesawat itu, N245 yang lebih mirip dengan N250. Karena itu, Lapan akan menggunakan dokumen teknis dari N250 untuk kebutuhan pengembangan N245. ”Mungkin ada bagian-bagian tertentu yang bisa dimanfaatkan,” ujar Thomas.(syn/das)

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari