Kamis, 19 September 2024

Merawat Warisan dengan Bagholek Godang

Masyarakat Pulau Belimbing bersepakat untuk menggelar sebuah pesta adat. Semua ditampilkan ulang. Tujuannya semata hanya untuk menjaga warisan.

(RIAUPOS.CO) – MASYARAKAT Pulau Belimbing melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Anjuongan Mato, Desa Kuok, Kampar, Sabtu (20/11) menggelar festival adat yang diberi nama Bagholek Godang. Rumah Adat Lontiok Desa Wisata Pulau Belimbing yang sudah berusia ratusan tahun menjadi lokasi dilaksanakannya festival ini. Meriah. Masyarakat tumpah ruah.

Berbagai peninggalan budaya tak benda berupa ritual atau upacara adat dilaksanakan secara serentak. Di antaranya, Maghatok Tuwun Tanggo, Baghaghak, Pakaian Adat, Silek, Basiacuang, Gondang Oguong Calempong, Dikiu Gubano dan Dulang Bacatuok. Pesta adat ini juga diwarnai dengan Makan Bajambou dengan Dulang Bacatuok oleh Datuk Ninik Mamak di desa tersebut.

Ritus adat nikah kawin
Budaya dalam upacara pernikahan ini adalah suatu tradisi atau kebiasaan setempat yang memiliki tradisi maupun adat istiadat yang dipengang teguh oleh masyarakat setempat yang diyakini bahwa dengan adanya budaya pernikahan ini akan memberi warna tersendiri maupun ciri khas dari budaya mereka.

- Advertisement -

Dikiu
Gubano ini digunakan dalam acara antara lain adalah pada acara penyambutan tamu kehormatan, pada acara ara-arakan pengantin pada acara pernikahan, pada acara hari raya besar umat islam, pada acara balimau kasai, pada acara nikah kawin, pada acara memandikan anak yang baru lahir, pada acara sunat rasul dan acara gubano badikiu ini disebut juga acara malam badikiu, karena sering dilaksanakan pada malam hari.

Baca Juga:  Satu Terduga Teroris Jaringan MIT Ditangkap Densus 88

Maghatok tuwun tanggo
Maghatok tuwun tanggo adalah media untuk menyampaikan pesan kepada anaknya,agar anaknya selalu setia dan bertanggung jawab kepada istri dan keluarga barunya, disinilah seorang ibu meratapi bagaimana anaknya kedapan menghadapi bahtera hidup agar anaknya mengindahkan pesan-pesan yang di sampaikan orang tuanya melai maghatok tuwun tanggo

- Advertisement -

Silek bungo dan gondang oguong
Biasanya silat ini di gunakan untuk menyambut tamu kehormatan dan menyambut pengantin yang di iringi gondang oguong, gondang oguong adalah salah satu identitas budaya masyarakat Kampar yang merupakan sebuah bentuk ansambel musik tradisi yang keberadaannyamasih berlangsung hingga saat sekarang.

Basiacuong
Tradisi basiacuong sebagai suatu tradisi rakyat di daerah Limo Koto (Kampar). Perancang basiacuong pada waktu dahulu telah memikirkan dan menyiapkan pesan-pesan atau norma-norma serta tujuan dan maksud tertentu. Jadi setiap tradisi ataupun kesenian adat yang terdapat dalam masyarakat akan terdapat fungsi yang positif terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri. Uraian berikut ini dapat kita lihat fungsi basiacuong dalam kehidupan masyarakat di daerah Limo Koto, sebagai hasil dari data-data yang penulis kumpulkan. Basiacuong mendorong masyarakat untuk terampil berbicara. Berbicara merupakan fitrah makhluk di dunia manusia, jin, maupun hewan. Mereka berbicara sesuai dengan bahasa mereka sendiri. Manusia dikarunia Tuhan mulut adalah untuk berbicara, namaun walaupun begitu manusia tidak boleh asal bicara karena mulut merupakan senjata ampuh manusia, dalam pepatah sering kita dengar mulutmu harimaumu dan dalam syair bahasa arab disebutkan kalau luka karena pedang masih ada obat akan dicari, kalau bicara melukai hati kemana obat akan dicari.

Baca Juga:  Percantik Toilet, Jaga Kebersihan

Gondang Oguong Calempong
Gondang Oguong Calempong merupakan alat musik khas Kabupaten Kampar. Alat musik ini terdiri dari tiga macam, yakni Gendang, Gong dan Calempong. Dimainkan secara bersamaan dengan ritmenya yang sudah diatur sedemikian rupa. Alat musik tradisional ini dimainkan dalam berbagai perhelatan upacara adat seperti perkawinan, menyambut tamu, khitanan dan masih banyak lainnya. Dulu, alat musik ini tidak bisa dimainkan sembarangan. Harus dengan izin Ninik Mamak terlebih dulu dan hanya dikeluarkan untuk upacara tertentu saja.

Festival yang dilaksanakan di Rumah Adat Lontiok ini dihadiri tokoh masyarakat, unsur pemerintahan, tamu undangan dan masyarakat umum. Mereka menyaksikan kemeriahan yang sangat jarang terjadi. Kegiatan diakhiri dengan makan siang bersama, yakni Bajambau dengan menggunakan Dulang Bacatuok. Makanan dijejer dan disusun sedemikian rupa di lantai rumah adat itu, diawali dengan doa dan selanjutkan makan bersama.

"Kegiatan ini sebagai upaya kami, Pokdarwis Anjuongan Mato bersama masyarakat untuk Pulau Belimbing memperkenalkan kembali sekaligus merawat adat dan kearifan lokal yang juga terancam hilang karena sudah jarang dilakukan. Dengan festival ini, semangat itu diharapkan muncul kembali. Generasi muda yang sudah jauh bahkan mungkin banyak yang tidak tahu dengan adatnya sendiri, akan kembali faham dan menjadi tahu," ungkap Azmil Zuhdi, Ketua Pelaksana Festival.***

Laporan KUNNI MASROHANTI, Kampar

 

Masyarakat Pulau Belimbing bersepakat untuk menggelar sebuah pesta adat. Semua ditampilkan ulang. Tujuannya semata hanya untuk menjaga warisan.

(RIAUPOS.CO) – MASYARAKAT Pulau Belimbing melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Anjuongan Mato, Desa Kuok, Kampar, Sabtu (20/11) menggelar festival adat yang diberi nama Bagholek Godang. Rumah Adat Lontiok Desa Wisata Pulau Belimbing yang sudah berusia ratusan tahun menjadi lokasi dilaksanakannya festival ini. Meriah. Masyarakat tumpah ruah.

Berbagai peninggalan budaya tak benda berupa ritual atau upacara adat dilaksanakan secara serentak. Di antaranya, Maghatok Tuwun Tanggo, Baghaghak, Pakaian Adat, Silek, Basiacuang, Gondang Oguong Calempong, Dikiu Gubano dan Dulang Bacatuok. Pesta adat ini juga diwarnai dengan Makan Bajambou dengan Dulang Bacatuok oleh Datuk Ninik Mamak di desa tersebut.

Ritus adat nikah kawin
Budaya dalam upacara pernikahan ini adalah suatu tradisi atau kebiasaan setempat yang memiliki tradisi maupun adat istiadat yang dipengang teguh oleh masyarakat setempat yang diyakini bahwa dengan adanya budaya pernikahan ini akan memberi warna tersendiri maupun ciri khas dari budaya mereka.

Dikiu
Gubano ini digunakan dalam acara antara lain adalah pada acara penyambutan tamu kehormatan, pada acara ara-arakan pengantin pada acara pernikahan, pada acara hari raya besar umat islam, pada acara balimau kasai, pada acara nikah kawin, pada acara memandikan anak yang baru lahir, pada acara sunat rasul dan acara gubano badikiu ini disebut juga acara malam badikiu, karena sering dilaksanakan pada malam hari.

Baca Juga:  Voucher

Maghatok tuwun tanggo
Maghatok tuwun tanggo adalah media untuk menyampaikan pesan kepada anaknya,agar anaknya selalu setia dan bertanggung jawab kepada istri dan keluarga barunya, disinilah seorang ibu meratapi bagaimana anaknya kedapan menghadapi bahtera hidup agar anaknya mengindahkan pesan-pesan yang di sampaikan orang tuanya melai maghatok tuwun tanggo

Silek bungo dan gondang oguong
Biasanya silat ini di gunakan untuk menyambut tamu kehormatan dan menyambut pengantin yang di iringi gondang oguong, gondang oguong adalah salah satu identitas budaya masyarakat Kampar yang merupakan sebuah bentuk ansambel musik tradisi yang keberadaannyamasih berlangsung hingga saat sekarang.

Basiacuong
Tradisi basiacuong sebagai suatu tradisi rakyat di daerah Limo Koto (Kampar). Perancang basiacuong pada waktu dahulu telah memikirkan dan menyiapkan pesan-pesan atau norma-norma serta tujuan dan maksud tertentu. Jadi setiap tradisi ataupun kesenian adat yang terdapat dalam masyarakat akan terdapat fungsi yang positif terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri. Uraian berikut ini dapat kita lihat fungsi basiacuong dalam kehidupan masyarakat di daerah Limo Koto, sebagai hasil dari data-data yang penulis kumpulkan. Basiacuong mendorong masyarakat untuk terampil berbicara. Berbicara merupakan fitrah makhluk di dunia manusia, jin, maupun hewan. Mereka berbicara sesuai dengan bahasa mereka sendiri. Manusia dikarunia Tuhan mulut adalah untuk berbicara, namaun walaupun begitu manusia tidak boleh asal bicara karena mulut merupakan senjata ampuh manusia, dalam pepatah sering kita dengar mulutmu harimaumu dan dalam syair bahasa arab disebutkan kalau luka karena pedang masih ada obat akan dicari, kalau bicara melukai hati kemana obat akan dicari.

Baca Juga:  Novel Sudah Tahu sebelum Sidang

Gondang Oguong Calempong
Gondang Oguong Calempong merupakan alat musik khas Kabupaten Kampar. Alat musik ini terdiri dari tiga macam, yakni Gendang, Gong dan Calempong. Dimainkan secara bersamaan dengan ritmenya yang sudah diatur sedemikian rupa. Alat musik tradisional ini dimainkan dalam berbagai perhelatan upacara adat seperti perkawinan, menyambut tamu, khitanan dan masih banyak lainnya. Dulu, alat musik ini tidak bisa dimainkan sembarangan. Harus dengan izin Ninik Mamak terlebih dulu dan hanya dikeluarkan untuk upacara tertentu saja.

Festival yang dilaksanakan di Rumah Adat Lontiok ini dihadiri tokoh masyarakat, unsur pemerintahan, tamu undangan dan masyarakat umum. Mereka menyaksikan kemeriahan yang sangat jarang terjadi. Kegiatan diakhiri dengan makan siang bersama, yakni Bajambau dengan menggunakan Dulang Bacatuok. Makanan dijejer dan disusun sedemikian rupa di lantai rumah adat itu, diawali dengan doa dan selanjutkan makan bersama.

"Kegiatan ini sebagai upaya kami, Pokdarwis Anjuongan Mato bersama masyarakat untuk Pulau Belimbing memperkenalkan kembali sekaligus merawat adat dan kearifan lokal yang juga terancam hilang karena sudah jarang dilakukan. Dengan festival ini, semangat itu diharapkan muncul kembali. Generasi muda yang sudah jauh bahkan mungkin banyak yang tidak tahu dengan adatnya sendiri, akan kembali faham dan menjadi tahu," ungkap Azmil Zuhdi, Ketua Pelaksana Festival.***

Laporan KUNNI MASROHANTI, Kampar

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari