Jumat, 20 September 2024

Sempat Berdebar saat Terpilih Jadi Garda Terdepan

Tidak sembarangan orang bisa terpilih sebagai pejuang dalam pandemi Covid-19. Bagi yang terpilih, bayangan risiko kematian di depan mata. Para pengurus jenazah pun demikian. Kendati terbiasa melihat jenazah dan mengurusnya, mengurus jenazah Covid-19 tentu berbeda. Juga penggali kubur. Hari ini, kuburan untuk jenazah Covid-19 yang mereka gali. Jika ikut terpapar, bisa jadi mereka pula yang dapat giliran.

Laporan HELFIZON ASY-SYAFEI, Pekanbaru

BARI Aryo (25) kaget mendapat pemberitahuan rumah sakit tempatnya bekerja. Namanya masuk pada garda terdepan penanggulangan Covid-19. Di daftar itu memang yang terpilih bertugas di garda terdepan itu para tenaga kesehatan (nakes) yang masih muda. Sebab mereka akan menghadapi tugas yang berat dan memerlukan daya tahan tubuh prima.

"Awalnya berdebar Bang, tapi ya ini sudah risiko tugas. Saya harus siap," ujarnya saat bincang dengan Riau Pos akhir pekan ini.

- Advertisement -

Apalagi awal-awal saat pandemi melanda, korban terus berjatuhan. Bahkan rekan sesama nakes pun tak luput jadi korban dari ganasnya pandemi ini. Sebagai perawat instalasi gawat darurat (IGD), ia memang sudah terbiasa menghadapi kasus-kasus gawat.

"Kami mesti disiplin prokes dan selalu menjaga stamina agar tak drop karena banyaknya korban yang kadang harus dimakamkan," ujarnya.

- Advertisement -

Ia dan teman-temannya yang khusus bertugas mengurus jenazah pasien Covid-19 yang harus dimakamkan segera bergantian shift. Kalau kena shift malam, tak jarang mereka harus memakamkan jenazah waktu dini hari.

Kadang dalam sehari ada banyak pasien yang harus dimakamkan karena tak boleh terlalu lama sejak dinyatakan wafat. Kemungkinan terpapar akibat tugas tersebut, Aryo tak membantah. Namun, dengan disiplin prokes yang ketat, serta mematuhi prosedur standar tetap (protap), risiko penanganan jenazah dapat diminimalisir.

"Risiko itu memang ada. Tetapi kita berupaya meminimalisirnya dengan langkah-langkah yang tetap mengacu pada panduan protap itu," ujarnya lagi.

Baca Juga:  560 Unit HP Senilai Rp3,3 M Diamankan

Menurutnya, untuk pengurusan jenazah mulai dari rumah sakit hingga ke tempat pemakaman jadi tanggung jawab mereka. Bahkan hingga menimbun tanah perkuburan. Sedangkan tim penggali kuburnya ada relawan lainnya pula.

Ada kerja sama banyak pihak sehingga proses ini dapat berlangsung lebih cepat terutama setelah sampai di pemakaman. Biasanya di sana, timnya tinggal menurunkan jenazah, melakukan sterilisasi dan menimbunnya. Sebelumnya tim penggali sudah lebih dulu melakukan tugasnya.

Menanggapi apa masih khawatir bertugas di bagian ini, Aryo mengatakan tidak lagi karena sudah terbiasa.

"Yang penting kita maksimal lakukan prokes dan juga menjaga daya tahan tubuh agar stamina tidak drop," ujarnya.

Mereka pun mendapat penghasilan ekstra selain gaji dari tugas khususnya itu. Selain itu sebagai garda terdepan juga mendapatkan perhatian khusus dari RS tempatnya bekerja dengan selalu memberi vitamin dan asupan bergizi.

"Saya memahami bahwa memang garda terdepan bagusnya para nakes muda karena belum berkeluarga sehingga tingkat risiko pemaparan di lingkungan dekat bisa diminimalisir," ujarnya.

Tugas Tak Mengenal Waktu
Hampir sama dengan tim nakes yang bekerja keras sejak awal di rumah sakit, para penggali kubur di pemakaman khusus jenazah pasien corona atau Covid-19 di Pekanbaru juga tak kalah bekerja kerasnya. Mereka terdiri dari beberapa tim yang juga bergilir siang dan malam menghadapi lonjakan pasien Covid-19 yang wafat dan harus dimakamkan.

"Ya, kami harus siap kalau waktunya bekerja. Apalagi ketika jumlah yang dimakamkan dalam sehari itu banyak. Maka tak jarang kami harus bekerja hingga dini hari," ujar Zein, seorang penggali kubur khusus Covid-19 di TPU Palas Rumbai.

Begitu menerima info dari RS ada pasien yang meninggal, maka dia dan timnya segera melakukan proses penggalian setelah berkoordinasi dengan petugas nakes yang memberi informasi.

"Kami begitu ada kabar, langsung bekerja. Kadang siang, malam dan dini hari juga ya kami kerja. Pernah satu hari itu delapan jenazah meninggal karena Covid-19. Kan tidak bisa ditunda, harus cepat dimakamkan," ujarnya.

Baca Juga:  Curi Aset PHR, 16 Tersangka Ditangkap

Menanggapi kerja keras yang tak mengenal waktu itu apakah ada kompensasi yang memadai, Zein menjawab ada. Dia dan rekan-rekannya mendapat insentif tiap 3 bulan sekali dari Pemerintah Kota Pekanbaru. Insentif itu sudah termasuk vitamin untuk menjaga stamina tubuhnya.

"Alhamdulillah insentif adalah Pak. Juga kami dapat vitamin agar terjaga kondisi kami dalam bekerja," ujarnya.

Saat ditanya luas lahan pemakaman khusus pasien Covid-19 di Palas Rumbai itu, ia menyebutkan sekitar 1 hektare lebih. Menurutnya sampai saat ini akses menuju lokasi disebut masih sulit dan perlu perbaikan. Bagaimana mengatur ritme kerja yang kadang hingga dini hari itu? Zein mengatakan, ia sudah membagi tugas dengan enam rekan lain. Ada yang bertugas menggali kubur, membersihkan makam dan fasilitas yang ada di kawasan pemakaman Covid-19.

"Tugas kami bagi-bagi biar ringan. Kami bergantian untuk gali kubur, bersihkan makam, perbaiki jalan akses masuk," katanya.

Bagi Zein yang sudah tahunan jadi penggali kubur, pekerjaan menggali kuburan tidaklah terlalu berat. Hanya saja, lanjutnya, khusus jenazah Covid-19 terkadang datang pada waktu bersamaan, sehingga perlu tenaga ekstra. Terkadang jenazah yang dibawa petugas datang sekali bersamaan. Misalnya pernah sampai empat hingga lima itulah yang mulai terasa berat.

"Saat bekerja biasa saja, tetapi selesai itu di rumah baru terasa badan ini capek sekali sakit semua," katanya.

Namun setelah dibawa istirahat, besoknya sudah pulih kembali. Menanggapi apakah tidak khawatir terpapar, Zein mengatakan awalnya iya. Namun belakangan tidak lagi karena petugas selalu melakukan sterilisasi di awal dan di akhir proses pemakaman.

"Mungkin karena sudah terbiasa jadi tidak khawatir lagi," ujarnya.***

 

Tidak sembarangan orang bisa terpilih sebagai pejuang dalam pandemi Covid-19. Bagi yang terpilih, bayangan risiko kematian di depan mata. Para pengurus jenazah pun demikian. Kendati terbiasa melihat jenazah dan mengurusnya, mengurus jenazah Covid-19 tentu berbeda. Juga penggali kubur. Hari ini, kuburan untuk jenazah Covid-19 yang mereka gali. Jika ikut terpapar, bisa jadi mereka pula yang dapat giliran.

Laporan HELFIZON ASY-SYAFEI, Pekanbaru

BARI Aryo (25) kaget mendapat pemberitahuan rumah sakit tempatnya bekerja. Namanya masuk pada garda terdepan penanggulangan Covid-19. Di daftar itu memang yang terpilih bertugas di garda terdepan itu para tenaga kesehatan (nakes) yang masih muda. Sebab mereka akan menghadapi tugas yang berat dan memerlukan daya tahan tubuh prima.

"Awalnya berdebar Bang, tapi ya ini sudah risiko tugas. Saya harus siap," ujarnya saat bincang dengan Riau Pos akhir pekan ini.

Apalagi awal-awal saat pandemi melanda, korban terus berjatuhan. Bahkan rekan sesama nakes pun tak luput jadi korban dari ganasnya pandemi ini. Sebagai perawat instalasi gawat darurat (IGD), ia memang sudah terbiasa menghadapi kasus-kasus gawat.

"Kami mesti disiplin prokes dan selalu menjaga stamina agar tak drop karena banyaknya korban yang kadang harus dimakamkan," ujarnya.

Ia dan teman-temannya yang khusus bertugas mengurus jenazah pasien Covid-19 yang harus dimakamkan segera bergantian shift. Kalau kena shift malam, tak jarang mereka harus memakamkan jenazah waktu dini hari.

Kadang dalam sehari ada banyak pasien yang harus dimakamkan karena tak boleh terlalu lama sejak dinyatakan wafat. Kemungkinan terpapar akibat tugas tersebut, Aryo tak membantah. Namun, dengan disiplin prokes yang ketat, serta mematuhi prosedur standar tetap (protap), risiko penanganan jenazah dapat diminimalisir.

"Risiko itu memang ada. Tetapi kita berupaya meminimalisirnya dengan langkah-langkah yang tetap mengacu pada panduan protap itu," ujarnya lagi.

Baca Juga:  Kasusnya Melukai Marwah, Upah-Upah dan Tepuk Tepung Tawar untuk Bongku Sakai

Menurutnya, untuk pengurusan jenazah mulai dari rumah sakit hingga ke tempat pemakaman jadi tanggung jawab mereka. Bahkan hingga menimbun tanah perkuburan. Sedangkan tim penggali kuburnya ada relawan lainnya pula.

Ada kerja sama banyak pihak sehingga proses ini dapat berlangsung lebih cepat terutama setelah sampai di pemakaman. Biasanya di sana, timnya tinggal menurunkan jenazah, melakukan sterilisasi dan menimbunnya. Sebelumnya tim penggali sudah lebih dulu melakukan tugasnya.

Menanggapi apa masih khawatir bertugas di bagian ini, Aryo mengatakan tidak lagi karena sudah terbiasa.

"Yang penting kita maksimal lakukan prokes dan juga menjaga daya tahan tubuh agar stamina tidak drop," ujarnya.

Mereka pun mendapat penghasilan ekstra selain gaji dari tugas khususnya itu. Selain itu sebagai garda terdepan juga mendapatkan perhatian khusus dari RS tempatnya bekerja dengan selalu memberi vitamin dan asupan bergizi.

"Saya memahami bahwa memang garda terdepan bagusnya para nakes muda karena belum berkeluarga sehingga tingkat risiko pemaparan di lingkungan dekat bisa diminimalisir," ujarnya.

Tugas Tak Mengenal Waktu
Hampir sama dengan tim nakes yang bekerja keras sejak awal di rumah sakit, para penggali kubur di pemakaman khusus jenazah pasien corona atau Covid-19 di Pekanbaru juga tak kalah bekerja kerasnya. Mereka terdiri dari beberapa tim yang juga bergilir siang dan malam menghadapi lonjakan pasien Covid-19 yang wafat dan harus dimakamkan.

"Ya, kami harus siap kalau waktunya bekerja. Apalagi ketika jumlah yang dimakamkan dalam sehari itu banyak. Maka tak jarang kami harus bekerja hingga dini hari," ujar Zein, seorang penggali kubur khusus Covid-19 di TPU Palas Rumbai.

Begitu menerima info dari RS ada pasien yang meninggal, maka dia dan timnya segera melakukan proses penggalian setelah berkoordinasi dengan petugas nakes yang memberi informasi.

"Kami begitu ada kabar, langsung bekerja. Kadang siang, malam dan dini hari juga ya kami kerja. Pernah satu hari itu delapan jenazah meninggal karena Covid-19. Kan tidak bisa ditunda, harus cepat dimakamkan," ujarnya.

Baca Juga:  Bicara Media Sosial di Hongkong

Menanggapi kerja keras yang tak mengenal waktu itu apakah ada kompensasi yang memadai, Zein menjawab ada. Dia dan rekan-rekannya mendapat insentif tiap 3 bulan sekali dari Pemerintah Kota Pekanbaru. Insentif itu sudah termasuk vitamin untuk menjaga stamina tubuhnya.

"Alhamdulillah insentif adalah Pak. Juga kami dapat vitamin agar terjaga kondisi kami dalam bekerja," ujarnya.

Saat ditanya luas lahan pemakaman khusus pasien Covid-19 di Palas Rumbai itu, ia menyebutkan sekitar 1 hektare lebih. Menurutnya sampai saat ini akses menuju lokasi disebut masih sulit dan perlu perbaikan. Bagaimana mengatur ritme kerja yang kadang hingga dini hari itu? Zein mengatakan, ia sudah membagi tugas dengan enam rekan lain. Ada yang bertugas menggali kubur, membersihkan makam dan fasilitas yang ada di kawasan pemakaman Covid-19.

"Tugas kami bagi-bagi biar ringan. Kami bergantian untuk gali kubur, bersihkan makam, perbaiki jalan akses masuk," katanya.

Bagi Zein yang sudah tahunan jadi penggali kubur, pekerjaan menggali kuburan tidaklah terlalu berat. Hanya saja, lanjutnya, khusus jenazah Covid-19 terkadang datang pada waktu bersamaan, sehingga perlu tenaga ekstra. Terkadang jenazah yang dibawa petugas datang sekali bersamaan. Misalnya pernah sampai empat hingga lima itulah yang mulai terasa berat.

"Saat bekerja biasa saja, tetapi selesai itu di rumah baru terasa badan ini capek sekali sakit semua," katanya.

Namun setelah dibawa istirahat, besoknya sudah pulih kembali. Menanggapi apakah tidak khawatir terpapar, Zein mengatakan awalnya iya. Namun belakangan tidak lagi karena petugas selalu melakukan sterilisasi di awal dan di akhir proses pemakaman.

"Mungkin karena sudah terbiasa jadi tidak khawatir lagi," ujarnya.***

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari