(RIAUPOS.CO) – BERBAGAI cara dilakukan untuk memanfaatkan pekarangan rumah yang dimiliki. Salah satunya adalah dengan menanam tanaman hias pohon bonsai. Selain membuat indah pemandangan, keasrian pohon bonsai dapat membuat suasana sejuk di pekarangan rumah.
Hal inilah yang membuat Kompol Teddy Ardian, seorang perwira polisi yang sekarang berdinas di Polda Riau tekun merawat pohon bonsai kesayangannya. Saat berkunjung ke kediaman Teddy, Riau Pos melihat suasana yang begitu asri di sekitar pekarangan rumah.
Pohon bonsai dari berbagai jenis tertanam di setiap sisi. Letaknya disusun sedemikian rupa sehingga membentuk taman yang estetik. Diakui Teddy, merawat tanaman bonsai terbilang susah-susah gampang. Untuk mendapatkan pertumbuhan bonsai yang baik dan sesuai keinginan, dibutuhkan ketekunan dan kesabaran.
Bahkan dalam perawatan, ia tidak ingin sembarangan. Misalnya untuk pupuk saja, dia sengaja mengimpor khusus dari Negara Jepang. ”Pupuknya diimpor khusus dari Jepang. Tidak ada di Indonesia,” ucap Teddy, akhir pekan lalu.
Disebutkan Teddy, pupuk impor untuk bonsai ini dari unsur organik dan beda dengan pupuk pada umumnya. Sehingga jika memberikan dalam takaran agak berlebih, bonsai bisa tetap aman dan tumbuh sehat.
“Pupuknya organik, kita kasih banyak pun tidak masalah, sama dengan vitamin C-lah ibaratnya. Kalau dia (pohon bonsai, red) tidak pakai, dia buang. Beda kalau kita pakai urea, atau yang lain, kalau berlebih bisa kuning tanaman,” sebutnya.
“Karena pupuk organik, bonsai pakai sesuai kebutuhan dia. Gambarannya seperti itu. Kalau kita kasih urea, bisa terserap semua sama bonsai. Kalau pohon tidak sanggup bisa keracunan dan mati,” tambah dia.
Bahkan tak hanya pupuk, Teddy juga membeli salep khusus yang diaplikasikan ke tanaman bonsai yang luka.
Disebutkan Teddy, pohon bonsai bahan atau yang masih belum jadi, untuk memacu pertumbuhannya lebih baik ditanam di tanah.
Sementara jika pohon sudah berangsur tumbuh cabang banyak dan mulai besar, sudah bisa dipindahkan ke media pot dangkal yang berisi pasir malang dan moss.
Ia memaparkan, perawatan bonsai sebenarnya normal saja seperti perawatan tanaman lainnya.
Hanya saja, butuh keterampilan untuk membentuk bonsai supaya kerdil dan tumbuh baik.
Dijabarkan Teddy, pohon bonsai yang bagus adalah pohon kerdil dengan dahan atau cabang seimbang, mulai dari ukuran besar, sedang, hingga kecil ke ujungnya.
Kemudian, si empunya harus mampu menciptakan kesan tua pada pohonnya. Dibutuhkan pula seni memangkas ranting dan juga daun bonsai agar terlihat cantik dan teratur. Dalam membentuk bonsai, juga tidak boleh sembarangan. Harus tetap mengikuti gerak alamnya.
Teddy berujar, untuk mendapatkan bonsai yang matang, apalagi bahan yang belum jadi, prosesnya bisa memakan waktu sampai 15 tahun. Jika bahan sudah separuh jadi, bisa lebih cepat. Dalam kurun waktu 3 sampai 6 tahun, sudah bisa kelihatan hasilnya. Tergantung perawatan dan jenis bonsai itu sendiri.
“Kalau perawatan normal, kasih pupuk, siram setiap hari. Daun yang tidak dipakai kita buang, yang jelas tidak boleh tumbuh di ketiak ranting,” paparnya.
Saat ini, Teddy sudah memiliki beragam jenis bonsai. Seperti Anting Putri, Beringin atau Kimeng, Arabica atau Klampis Ireng, Asoka, Lohansung Cincuan, dan sebagainya.
Diceritakan Teddy, bonsai pada dasarnya adalah seni mengkerdilkan tanaman dalam pot dangkal. Tujuannya yaitu untuk membuat bentuk miniatur atau mini dari tanaman asli yang tumbuh besar di alam bebas.
Pria yang saat ini menjabat Kasubdit I Ditreskrimsus Polda Riau ini mengungkapkan, nilai mahal pada tanaman bonsai adalah proses menumbuhkannya yang memakan waktu lama dan tentu membutuhkan kesabaran.
“Jadi kalau dibilang bonsai mahal, itu relatif. Yang mahal itu sebenarnya prosesnya. Kita harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan pertumbuhan bonsai yang sesuai dengan yang kita inginkan. Seperti bonsai paling mahal itu di Jepang, bisa Rp45 miliar, usianya 1.300 tahun,” ujar dia.
Teddy menyatakan, banyak pembelajaran yang ia dapatkan dalam merawat bonsai, yang dapat ia serap ke kehidupannya sehari-hari.
“Selain melatih kita bisa lebih sabar, kita juga jadi lebih menghargai sebuah proses. Ini jadi terbawa ke kehidupan saya sehari-hari. Misalnya kalau dulu kita terlalu ambisi, harus begini begitu, tapi sekarang lebih bisa menikmati prosesnya, biarkan berjalan apa adanya,” tuturnya.
Teddy menambahkan, bonsai ini juga seperti menjadi obat lelah setelah capai seharian berkutat dengan pekerjaan. Biasanya jika pulang ke rumah, Teddy bisa menghabiskan waktu berjam-jam duduk santai sambil memandangi bonsai yang ia biarkan tumbuh subur di depan pekarangan.(hbk)
Laporan Afiat Ananda, Pekanbaru