GAZA (RIAUPOS.CO) – Tiga rudal berat menghantam gedung 12 lantai di Gaza yang merupakan kantor Associated Press (AP) dan Al Jazeera, Sabtu (15/5/2021).
Menurut laporan AP, militer Israel memberikan peringatan kepada Kantor Berita AP satu jam sebelum menyerang gedung Al Jalaa itu.
Serangan udara tersebut tidak menimbulkan korban. Meski begitu, kelompok kebebasan pers mengecam serangan itu. Mereka menuduh Israel mencoba untuk menyembunyikan serangan Israel terhadap militan Hamas.
Menurut jurnalis AP, Fares Akram, dia meninggalkan Al Jalaa sekitar pukul 14.00 siang, beberapa saat sebelum Israel menyerang gedung itu.
"Setelah itu, saya melihat sekeliling dan menyadari bahwa saya orang terakhir yang berada di sana," ujar Akram, dilansir dari ABC News pada Ahad (16/5).
"Kami tidak memiliki indikasi Hamas berada di dalam gedung atau aktif di dalam gedung," kata CEO AP, Gary Pruitt, Ahad (16/5/2021).
"Kami syok dan merasa ngeri bahwa militer Israel akan menargetkan dan menghancurkan gedung yang berisi kantor biro AP dan organisasi berita lainnya di Gaza," kata dia melalui sebuah pernyataan.
"Dunia hanya akan sedikit tahu soal apa yang sedang terjadi di Gaza, karena apa yang telah terjadi hari ini," kata Gary lagi.
Penjabat Direktur Jenderal Al Jazeera Media Network, Dr Mostefa Souag, menyebut serangan tersebut aksi barbar dan menegaskan Israel harus bertanggung jawab.
"Tujuan dari kejahatan keji ini adalah untuk membungkam media serta menutupi pembantaian dan juga penderitaan rakyat Gaza," katanya melalui pernyataan.
Juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Jonathan Conricus membantah anggapan bahwa Israel berupaya membungkam media. Conricus menyebut gedung itu adalah target militer yang sah dan mengatakan gedung itu berisi intelijen militer Hamas.
Kelompok Hamas melepaskan 2.000 lebih roket ke Israel selama kekerasan terbaru. Tenaga medis Palestina mengatakan sedikitnya 140 orang, termasuk 39 anak-anak, tewas di Gaza. Sementara, Israel melaporkan 10 korban tewas, termasuk dua anak.
Sumber: AP/News/ABC News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun