Rabu, 18 September 2024

Diproduksi di Kilang Internasional, untuk Pasar Internasional

PT Kilang Pertamina Internasional Sungai Pakning, Kabupaten Bengkalis, Riau, mampu memeroduksi Marine Fuel Oil Low Sulfur (MFO-LS). Produksi ini telah memenuhi standar internasional (ISO 8217) dan seksi di pasar internasional terutama untuk bahan bakar kapal tanker.

Laporan: ERWAN SANI, Sungaipakning

PERJALANAN menuju PT Kilang Pertamina Internasional Sungai Pakning yang memproduksi Marine Fuel Oile Low Sulfur (MFO-LS) sekitar empat jam jika menggunakan roda empat dari Pekanbaru. Kilang terletak di Desa Pakning Asal, Kecamatan Bukitbatu, Bengkalis ini letaknya sangat strategis berhadapan dengan jalur pelayaran terpadat dunia, yaitu Selat Melaka.

Di selat ini puluhan kapal tanker melintas setiap tahunnya. Setengah dari barang dagangan diangkut tanker ini adalah minyak. Jumlah itu diperkirakan mencapai 11 juta barel minyak per hari di 2023 mendatang.

- Advertisement -

Lokasi strategis ini dimanfaatkan PT Kilang Pertamina Internasional Unit Sungai Pakning untuk menciptakan produk bertaraf internasional dan diperlukan secara internasional yaitu Marine Fuel Oil Low Sulfur (MFO-LS). Padahal sebelumnya, kilang ini hanya memeroduk produksi naphta, kerosene, ADO juga residu.

‘’Sekarang bertambah satu produk baru, MFO Low Sulfur,’’ ujar Manager Production PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit II Production Sungai Pakning Antoni R Doloksaribu, usai melakukan ekspose MFO-LS di Sungai Pakning, 27 Oktober 2021 lalu.

- Advertisement -

Dikatakan Antoni, produk ini memiliki pangsa pasar besar. Produk MFO LS ini di diperlukan cukup besar sekali. Peluang ini dimanfaatkan mereka, terlebih lagi permintaan BBM nasional menurun.

"Awalnya, MFO ini  produk sampingan yang  bisa kita manfaatkan. MFO itu kalau kita lihat warnanya hitam tidak sama dengan BBM jenis lainnya. Namun untuk pangsa pasar internasional MFO LS cukup besar peminat dan diperlukan. Karena dipergunakan untuk bahan bakar kapal tanker,’’ ujarnya. 

MFO-LS yang diproduksi Kilang Pertamina Sungai Pakning dipasarkan di pasar internasional. Dikatakan dia, untuk saat sekarang peluang pangsa pasar dunia mencapai 1,5 juta barrel dan itu kita rebut dan ikut di dalamnya.
tambahManajer Production (kanan) dan staf saat menunjukkan Marine Fuel Oil Low Sulfur beberapa waktu lalu.

Baca Juga:  Edukasi dan Ajak Masyarakat Diet Kantong Plastik

Dikatakan Antoni, awalnya kilang tersebut sudah memproduksi MFO, juga dijual ke pasar internasional. Tapi saat itu, nilai jual rendah. Mengapa nilai jualnya rendah? Karena selama ini tidak memenuhi spesifikasi internasional.

‘’Tapi sekarang produksi MFO sudah dirubah menjadi MFO LS.  Jadi sekarang MFO LS yang diproduksi Pertamina Sungai Pakning sudah memenuhi spesifikasi internasional. Di antaranya terkait penggunaan BBM yang ramah lingkungan," ujarnya.

Meskipun memenuhi standar internasional, namun harga jual tetap jadi rahasia perusahaan.Terkait harga jual per barrelnya, Antoni R Doloksaribu mengatakan itu rahasia perusahaan.

"Harga per barrel? Nah itu dia sekarang, rahasia perusahaan kali ya. Saya dari tadi mau jawab itu, tapi janganlah, itu rahasia perusahaan," ujarnya di depan wartawan usai ekspose MFO LS di Sungai Pakning.

Antoni juga mengatakan, MFO LS juga untuk keperluan lokal. Namun jumlahnya tidak banyak.

"Untuk pasar lokal tidak banyak. Yang jelas ada, tapi angkanya saya tidak begitu ingat. Tapi untuk pemenuhan untuk dalam negeri mudah,’’ ujarnya.

1 Juta Barrel, Penuhi Pangsa Pasar Internasional

MFO LS ini merupakan bahan bakar yang digunakan oleh kapal. Semakin besar kapal, semakin besar pula tenaga yang diperlukan. MFO Low Sulfur yang diproduksi oleh Kilang Sungai Pakning ini dapat memberikan energi dan kecepatan yang besar sehingga lebih efisien bagi kapal.

Berdasarkan perhitungan, di tahun 2023 nanti PT Kilang Pertamina Sungai Pakning siap memproduksi 1 juta barrel MFO LS untuk keperluan pangsa pasar internasional.

Dikatakan Antoni MFO LS merupakan bahan bakar minyak yang tidak termasuk dalam jenis distilate tetapi masuk ke dalam jenis residu yang lebih kental pada suhu kamar. Teksturnya sendiri berwarna hitam pekat dan tingkat kekentalannya lebih tinggi dibanding minyak diesel.

Kilang Internasional RU II Production Sungai Pakning berhasil memeroduksi MFO LS yang memenuhi standar internasional (ISO 8217). Periode Agustus-September 2021 memproduksi 400 ribu barrel dengan tujuan pasar ekspor. Kemudian, Oktober 2021  memproduksi sebanyak 600 ribu barrel, November 600 ribu barrel, Desember sebanyak 800 ribu barrel.

Baca Juga:  Bhabinkamtibmas Membebaskannya dari Belenggu Kemiskinan

"Tahun 2022 produksi ditargetkan 800 ribu barrel dan tahun 2023 mendatang jumlah produksinya ditargetkan mencapai 1 juta barrel," kata Antoni.

Antoni menambahkan tingginya target produksi MFO LS oleh PT KPertamina , ketersediaan bahan baku cukup banyak. Sebab saat ini ada Blok Rokan yang sebelumnya dikelola PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), sekarang diambil alih PT Pertamina. Dengan memanfaatan excess crude Duri menjadi MFO Low Sulfur yang berpotensi mendatangkan keuntungan bagi PT Kilang Pertamina Internasional RU II Production Sungai Pakning.

Ini yang penting untuk pangsa pasar, yaitu letak strategis Kilang Sungai Pakning dekat dengan pasar internasional, Selat Melaka. Kemudian produk yang dihasilkan juga ramah lingkungan.

‘’Memenuhi standar International Maritime International (IMO) memperketat batasan kandungan sulfur dari 3.5 persen menjadi 0.5 persen. Dan itu sudah kita penuhi. Kemudian kita menghasilkan MFO LS berkualitas tinggi,’’ katanya.

Dengan kondisi saat ini, MFO Low Sulfur diproduksi dari Crude Duri yang telah melalui serangkaian proses rekayasa engineering di Unit CDU Sungai Pakning, tanpa modifikasi pada fasilitas pengolahan yang sudah terpasang.

Menurut dia, PT Kilang Pertamina Internasional RU II Production Sungai Pakning bergerak cepat merespons tantangan turunnya permintaan BBM Nasional mengubah pola operasi dari Produksi BBM ke produksi MFO Low Sulfur.

"Kilang kita terus melakukan upaya peningkatan kapasitas produksi untuk menyerap peluang pasar MFO LS yang masih cukup tinggi baik domestik maupun internasional," ujarnya.

Tantangan ke depan yang akan dihadapi, menurutnya  lagi berupa perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan kapasitas produksi serta optimasi produk intermedia antar kilang untuk memperoleh profit yang lebih tinggi.

Editor: Eka G Putra

 

PT Kilang Pertamina Internasional Sungai Pakning, Kabupaten Bengkalis, Riau, mampu memeroduksi Marine Fuel Oil Low Sulfur (MFO-LS). Produksi ini telah memenuhi standar internasional (ISO 8217) dan seksi di pasar internasional terutama untuk bahan bakar kapal tanker.

Laporan: ERWAN SANI, Sungaipakning

PERJALANAN menuju PT Kilang Pertamina Internasional Sungai Pakning yang memproduksi Marine Fuel Oile Low Sulfur (MFO-LS) sekitar empat jam jika menggunakan roda empat dari Pekanbaru. Kilang terletak di Desa Pakning Asal, Kecamatan Bukitbatu, Bengkalis ini letaknya sangat strategis berhadapan dengan jalur pelayaran terpadat dunia, yaitu Selat Melaka.

Di selat ini puluhan kapal tanker melintas setiap tahunnya. Setengah dari barang dagangan diangkut tanker ini adalah minyak. Jumlah itu diperkirakan mencapai 11 juta barel minyak per hari di 2023 mendatang.

Lokasi strategis ini dimanfaatkan PT Kilang Pertamina Internasional Unit Sungai Pakning untuk menciptakan produk bertaraf internasional dan diperlukan secara internasional yaitu Marine Fuel Oil Low Sulfur (MFO-LS). Padahal sebelumnya, kilang ini hanya memeroduk produksi naphta, kerosene, ADO juga residu.

‘’Sekarang bertambah satu produk baru, MFO Low Sulfur,’’ ujar Manager Production PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit II Production Sungai Pakning Antoni R Doloksaribu, usai melakukan ekspose MFO-LS di Sungai Pakning, 27 Oktober 2021 lalu.

Dikatakan Antoni, produk ini memiliki pangsa pasar besar. Produk MFO LS ini di diperlukan cukup besar sekali. Peluang ini dimanfaatkan mereka, terlebih lagi permintaan BBM nasional menurun.

"Awalnya, MFO ini  produk sampingan yang  bisa kita manfaatkan. MFO itu kalau kita lihat warnanya hitam tidak sama dengan BBM jenis lainnya. Namun untuk pangsa pasar internasional MFO LS cukup besar peminat dan diperlukan. Karena dipergunakan untuk bahan bakar kapal tanker,’’ ujarnya. 

MFO-LS yang diproduksi Kilang Pertamina Sungai Pakning dipasarkan di pasar internasional. Dikatakan dia, untuk saat sekarang peluang pangsa pasar dunia mencapai 1,5 juta barrel dan itu kita rebut dan ikut di dalamnya.
tambahManajer Production (kanan) dan staf saat menunjukkan Marine Fuel Oil Low Sulfur beberapa waktu lalu.

Baca Juga:  Bhabinkamtibmas Membebaskannya dari Belenggu Kemiskinan

Dikatakan Antoni, awalnya kilang tersebut sudah memproduksi MFO, juga dijual ke pasar internasional. Tapi saat itu, nilai jual rendah. Mengapa nilai jualnya rendah? Karena selama ini tidak memenuhi spesifikasi internasional.

‘’Tapi sekarang produksi MFO sudah dirubah menjadi MFO LS.  Jadi sekarang MFO LS yang diproduksi Pertamina Sungai Pakning sudah memenuhi spesifikasi internasional. Di antaranya terkait penggunaan BBM yang ramah lingkungan," ujarnya.

Meskipun memenuhi standar internasional, namun harga jual tetap jadi rahasia perusahaan.Terkait harga jual per barrelnya, Antoni R Doloksaribu mengatakan itu rahasia perusahaan.

"Harga per barrel? Nah itu dia sekarang, rahasia perusahaan kali ya. Saya dari tadi mau jawab itu, tapi janganlah, itu rahasia perusahaan," ujarnya di depan wartawan usai ekspose MFO LS di Sungai Pakning.

Antoni juga mengatakan, MFO LS juga untuk keperluan lokal. Namun jumlahnya tidak banyak.

"Untuk pasar lokal tidak banyak. Yang jelas ada, tapi angkanya saya tidak begitu ingat. Tapi untuk pemenuhan untuk dalam negeri mudah,’’ ujarnya.

1 Juta Barrel, Penuhi Pangsa Pasar Internasional

MFO LS ini merupakan bahan bakar yang digunakan oleh kapal. Semakin besar kapal, semakin besar pula tenaga yang diperlukan. MFO Low Sulfur yang diproduksi oleh Kilang Sungai Pakning ini dapat memberikan energi dan kecepatan yang besar sehingga lebih efisien bagi kapal.

Berdasarkan perhitungan, di tahun 2023 nanti PT Kilang Pertamina Sungai Pakning siap memproduksi 1 juta barrel MFO LS untuk keperluan pangsa pasar internasional.

Dikatakan Antoni MFO LS merupakan bahan bakar minyak yang tidak termasuk dalam jenis distilate tetapi masuk ke dalam jenis residu yang lebih kental pada suhu kamar. Teksturnya sendiri berwarna hitam pekat dan tingkat kekentalannya lebih tinggi dibanding minyak diesel.

Kilang Internasional RU II Production Sungai Pakning berhasil memeroduksi MFO LS yang memenuhi standar internasional (ISO 8217). Periode Agustus-September 2021 memproduksi 400 ribu barrel dengan tujuan pasar ekspor. Kemudian, Oktober 2021  memproduksi sebanyak 600 ribu barrel, November 600 ribu barrel, Desember sebanyak 800 ribu barrel.

Baca Juga:  Pesta Barbecue yang Seru

"Tahun 2022 produksi ditargetkan 800 ribu barrel dan tahun 2023 mendatang jumlah produksinya ditargetkan mencapai 1 juta barrel," kata Antoni.

Antoni menambahkan tingginya target produksi MFO LS oleh PT KPertamina , ketersediaan bahan baku cukup banyak. Sebab saat ini ada Blok Rokan yang sebelumnya dikelola PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), sekarang diambil alih PT Pertamina. Dengan memanfaatan excess crude Duri menjadi MFO Low Sulfur yang berpotensi mendatangkan keuntungan bagi PT Kilang Pertamina Internasional RU II Production Sungai Pakning.

Ini yang penting untuk pangsa pasar, yaitu letak strategis Kilang Sungai Pakning dekat dengan pasar internasional, Selat Melaka. Kemudian produk yang dihasilkan juga ramah lingkungan.

‘’Memenuhi standar International Maritime International (IMO) memperketat batasan kandungan sulfur dari 3.5 persen menjadi 0.5 persen. Dan itu sudah kita penuhi. Kemudian kita menghasilkan MFO LS berkualitas tinggi,’’ katanya.

Dengan kondisi saat ini, MFO Low Sulfur diproduksi dari Crude Duri yang telah melalui serangkaian proses rekayasa engineering di Unit CDU Sungai Pakning, tanpa modifikasi pada fasilitas pengolahan yang sudah terpasang.

Menurut dia, PT Kilang Pertamina Internasional RU II Production Sungai Pakning bergerak cepat merespons tantangan turunnya permintaan BBM Nasional mengubah pola operasi dari Produksi BBM ke produksi MFO Low Sulfur.

"Kilang kita terus melakukan upaya peningkatan kapasitas produksi untuk menyerap peluang pasar MFO LS yang masih cukup tinggi baik domestik maupun internasional," ujarnya.

Tantangan ke depan yang akan dihadapi, menurutnya  lagi berupa perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan kapasitas produksi serta optimasi produk intermedia antar kilang untuk memperoleh profit yang lebih tinggi.

Editor: Eka G Putra

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari