Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Naila Novaranti Jadi Srikandi Tercepat Dunia yang Taklukkan Antartika

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pelatih dan penerjun payung dari Indonesia, Naila Novaranti sukses melakukan terjun payung di benua Antartika, pada Kamis (5/12). Aksinya itu ternyata bagian dari misinya dalam menaklukan 7 benua di Dunia dengan penerjunan payung.

Antartika atau wilayah Kutub Selatan adalah salah satu tempat yang paling ekstrem di dunia. Selain tak berpenduduk tetap dan sulit dijangkau, Antartika hanya dikunjungi bagi yang berkepentingan seperti para peneliti atau ilmuwan, penjelajah, dan sedikit wisatawan.

Meski lokasi yang berbahaya, Naila berhasil melakukan aksi terjun payung tepat di atas Kutub Selatan Bumi sambil mengibarkan Bendera Merah Putih di Benua Antartika dari ketinggian 13.500 kaki (4.114 m). Sebelum aksi ini, pada 16 November 2018 yang lalu, Naila pernah berhasil menaklukkan ketinggian Gunung Everst di Nepal.

Baca Juga:  Demo Tolak Lockdown di Belanda, Dua Orang Dipenjarakan

"Alhamdulillah dan bersyukur menjadi wanita Indonesia pertama dan tercepat di dunia dengan terjun payung ke-7 Benua," kata Naila Novaranti dalam keterangan tertulis, Jumat (13/12).

Peraih predikat "Women of The Year 2019" dan Ikon Pancasila itu sempat mengalami banyak kendala. Mulai dari cuaca yang sangat dingin, lokasi yang tak terlihat, serta masalah dropping zone atau tempat mendarat. Dia mengungkapkan seluruh daratan Antartika itu tertutup es sehingga sulit mengetahui ketebalan lapisan es yang akan didarati.

"Jika salah keputusan menghitung angin dan ketepatan mendarat salah, bisa membuat terperosok ke dalam longsoran lapisan tipis es yang sangat tajam berjurang terjal," ungkap Naila.

Di Antartika, Naila menggunakan parasut yang berbeda dari biasanya. Ukuran parasut lebih besar untuk menghadapi udara yang sangat tipis. Selain itu, penerjun juga menggunakan pesawat De Haviland DHC-6 Twin Otter bermesin ganda bernama ILYUSHIN 1992. Pesawat dilengkapi skid pendarat untuk pendaratan di wilayah beriklim salju.

Baca Juga:  Dua Payudara Model Bernanah Usai Filler, Dokter “KW” Ditangkap

"Ini pengalaman yang luar biasa sebagai penerjun payung dan saya merasa bangga," ujar ibu tiga anak ini.

Kutub Selatan atau Antartika yang menjadi lokasi penerjunan bagi Naila Novaranti adalah wilayah yang sangat jarang dikunjungi oleh manusia.

Meski begitu, Naila akhirnya bisa menyelesaikan misinya di sana dengan memakan waktu beberapa hari saja untuk bisa sampai ke lokasi Antartika.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pelatih dan penerjun payung dari Indonesia, Naila Novaranti sukses melakukan terjun payung di benua Antartika, pada Kamis (5/12). Aksinya itu ternyata bagian dari misinya dalam menaklukan 7 benua di Dunia dengan penerjunan payung.

Antartika atau wilayah Kutub Selatan adalah salah satu tempat yang paling ekstrem di dunia. Selain tak berpenduduk tetap dan sulit dijangkau, Antartika hanya dikunjungi bagi yang berkepentingan seperti para peneliti atau ilmuwan, penjelajah, dan sedikit wisatawan.

- Advertisement -

Meski lokasi yang berbahaya, Naila berhasil melakukan aksi terjun payung tepat di atas Kutub Selatan Bumi sambil mengibarkan Bendera Merah Putih di Benua Antartika dari ketinggian 13.500 kaki (4.114 m). Sebelum aksi ini, pada 16 November 2018 yang lalu, Naila pernah berhasil menaklukkan ketinggian Gunung Everst di Nepal.

Baca Juga:  Data Amburadul, Masalah Honorer Sulit Selesai

"Alhamdulillah dan bersyukur menjadi wanita Indonesia pertama dan tercepat di dunia dengan terjun payung ke-7 Benua," kata Naila Novaranti dalam keterangan tertulis, Jumat (13/12).

- Advertisement -

Peraih predikat "Women of The Year 2019" dan Ikon Pancasila itu sempat mengalami banyak kendala. Mulai dari cuaca yang sangat dingin, lokasi yang tak terlihat, serta masalah dropping zone atau tempat mendarat. Dia mengungkapkan seluruh daratan Antartika itu tertutup es sehingga sulit mengetahui ketebalan lapisan es yang akan didarati.

"Jika salah keputusan menghitung angin dan ketepatan mendarat salah, bisa membuat terperosok ke dalam longsoran lapisan tipis es yang sangat tajam berjurang terjal," ungkap Naila.

Di Antartika, Naila menggunakan parasut yang berbeda dari biasanya. Ukuran parasut lebih besar untuk menghadapi udara yang sangat tipis. Selain itu, penerjun juga menggunakan pesawat De Haviland DHC-6 Twin Otter bermesin ganda bernama ILYUSHIN 1992. Pesawat dilengkapi skid pendarat untuk pendaratan di wilayah beriklim salju.

Baca Juga:  Tertular Tanpa Gejala Tak Perlu Rawat di Rumah Sakit

"Ini pengalaman yang luar biasa sebagai penerjun payung dan saya merasa bangga," ujar ibu tiga anak ini.

Kutub Selatan atau Antartika yang menjadi lokasi penerjunan bagi Naila Novaranti adalah wilayah yang sangat jarang dikunjungi oleh manusia.

Meski begitu, Naila akhirnya bisa menyelesaikan misinya di sana dengan memakan waktu beberapa hari saja untuk bisa sampai ke lokasi Antartika.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari