Sabtu, 12 April 2025

Ini 7 Penyebab Seseorang Bisa Alami Gangguan Mental

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Ternyata bukan hanya kesehatan fisik yang harus diperhatikan. Tetapi seseorang juga penting memperhatikan kesehatan jiwa atau mentalnya agar kehidupan bisa berjalan dengan keseimbangan.

Bicara soal kesehatan mental, setiap 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia. Tahun ini, tema yang diambil menekankan semua orang harus berpikir lebih visioner di masa depan. Iakni ‘meningkatkan investasi kesehatan mental’.

Psikiater dr.Lahargo Kembaren,SpKJ yang juga Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial RS.dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor dan RS Siloam Bogor mengatakan, seseorang dikatakan dalam keadaan sehat jiwanya saat dia bisa memberikan potensi terbaiknya, dapat beradaptasi dengan kehidupan, mampu berperan dalam setiap aspek kehidupan di sekolah/kuliah, tempat kerja, keluarga dan komunitas. Kesehatan jiwa adalah urusan semua orang.

Menurutnya, gangguan jiwa bisa mengenai siapa saja tanpa memandang latar belakang dan status ekonomi serta pendidikannya. Gangguan jiwa terjadi melalui suatu proses yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. Bisa cepat atau lebih lambat.

Baca Juga:  Pembagian Lahan Sawit KRM Sesuai Prosedur

Yang perlu dipahami, setiap orang bisa mengalami situasi tidak nyaman dalam satu waktu kehidupan dan itu tidak apa apa (it’s ok to not be ok). Namun berbahaya, jika keadaan tidak perasaan tak nyaman tersebut berlangsing terus-menerus.

“Sebagian besar pikiran dan perasaan itu nyaman itu bisa berlalu dan hilang tetapi pada beberapa orang hal ini berkembang menjadi suatu hal yang lebih serius sehingga memerlukan intervensi dan pertolongan lebih lanjut,” ungkapnya kepada JawaPos.com baru-baru ini.

Menurut dr. Lahargo, penyebab seseorang bisa menderita gangguan jiwa bermacam-macam atau disebut multifaktorial. Apa saja?

1. Faktor genetik, keturunan

2. Kondisi ibu selama dia mengandung, bila ada gangguan mental, emosional, atau fisik maka akan mempengaruhi saraf otak janin yang dikandungnya.

3. Proses persalinan, bila ada komplikasi maka meningkatkan risiko.

Baca Juga:  AS Boikot Diplomatik Olimpiade Musim Dingin, Begini Reaksi Cina

4. Penyakit fisik seperti panas tinggi, kejang, atau penyakit berat lainnya mulai dari lahir sampai usia sekarang.

5. Riwayat jatuh, terbentur kepala, kena pukul atau kecelakaan.

6. Penggunaan Narkoba/Napza seperti  alkohol, ganja (cannabis), Synthe, Shabu-shabu, Extasy, obat penenang, heroin (putaw).

7. Riwayat trauma, beban psikologis yang berat, masalah yang sulit diselesaikan, konflik, keinginan yang tidak tercapai, kemarahan yang terpendam, kesedihan yang mendalam, kehilangan, kekecewaan.

Menurut dr. Lahargo, semua penyebab di atas membuat keseimbangan zat kimia di otak (neurotransmiter) menjadi berubah dan tidak stabil “Inilah yang memunculkan adanya perubahan pada cara berpikir, perasaan, sikap, dan perilaku,” ungkapnya.

“Apabila dideteksi dengan lebih cepat maka gangguan jiwa akan lebih mudah diterapi, diobati sehingga yang bersangkutan dapat pulih dan produktif kembali,” tutupnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Ternyata bukan hanya kesehatan fisik yang harus diperhatikan. Tetapi seseorang juga penting memperhatikan kesehatan jiwa atau mentalnya agar kehidupan bisa berjalan dengan keseimbangan.

Bicara soal kesehatan mental, setiap 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia. Tahun ini, tema yang diambil menekankan semua orang harus berpikir lebih visioner di masa depan. Iakni ‘meningkatkan investasi kesehatan mental’.

Psikiater dr.Lahargo Kembaren,SpKJ yang juga Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial RS.dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor dan RS Siloam Bogor mengatakan, seseorang dikatakan dalam keadaan sehat jiwanya saat dia bisa memberikan potensi terbaiknya, dapat beradaptasi dengan kehidupan, mampu berperan dalam setiap aspek kehidupan di sekolah/kuliah, tempat kerja, keluarga dan komunitas. Kesehatan jiwa adalah urusan semua orang.

Menurutnya, gangguan jiwa bisa mengenai siapa saja tanpa memandang latar belakang dan status ekonomi serta pendidikannya. Gangguan jiwa terjadi melalui suatu proses yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. Bisa cepat atau lebih lambat.

Baca Juga:  Habib Rizieq Bebas Lebih Cepat

Yang perlu dipahami, setiap orang bisa mengalami situasi tidak nyaman dalam satu waktu kehidupan dan itu tidak apa apa (it’s ok to not be ok). Namun berbahaya, jika keadaan tidak perasaan tak nyaman tersebut berlangsing terus-menerus.

“Sebagian besar pikiran dan perasaan itu nyaman itu bisa berlalu dan hilang tetapi pada beberapa orang hal ini berkembang menjadi suatu hal yang lebih serius sehingga memerlukan intervensi dan pertolongan lebih lanjut,” ungkapnya kepada JawaPos.com baru-baru ini.

Menurut dr. Lahargo, penyebab seseorang bisa menderita gangguan jiwa bermacam-macam atau disebut multifaktorial. Apa saja?

1. Faktor genetik, keturunan

2. Kondisi ibu selama dia mengandung, bila ada gangguan mental, emosional, atau fisik maka akan mempengaruhi saraf otak janin yang dikandungnya.

3. Proses persalinan, bila ada komplikasi maka meningkatkan risiko.

Baca Juga:  Bahasa Inggris Berbasis Nilai Islam dan Budaya Melayu Dikembangkan

4. Penyakit fisik seperti panas tinggi, kejang, atau penyakit berat lainnya mulai dari lahir sampai usia sekarang.

5. Riwayat jatuh, terbentur kepala, kena pukul atau kecelakaan.

6. Penggunaan Narkoba/Napza seperti  alkohol, ganja (cannabis), Synthe, Shabu-shabu, Extasy, obat penenang, heroin (putaw).

7. Riwayat trauma, beban psikologis yang berat, masalah yang sulit diselesaikan, konflik, keinginan yang tidak tercapai, kemarahan yang terpendam, kesedihan yang mendalam, kehilangan, kekecewaan.

Menurut dr. Lahargo, semua penyebab di atas membuat keseimbangan zat kimia di otak (neurotransmiter) menjadi berubah dan tidak stabil “Inilah yang memunculkan adanya perubahan pada cara berpikir, perasaan, sikap, dan perilaku,” ungkapnya.

“Apabila dideteksi dengan lebih cepat maka gangguan jiwa akan lebih mudah diterapi, diobati sehingga yang bersangkutan dapat pulih dan produktif kembali,” tutupnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Ini 7 Penyebab Seseorang Bisa Alami Gangguan Mental

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Ternyata bukan hanya kesehatan fisik yang harus diperhatikan. Tetapi seseorang juga penting memperhatikan kesehatan jiwa atau mentalnya agar kehidupan bisa berjalan dengan keseimbangan.

Bicara soal kesehatan mental, setiap 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia. Tahun ini, tema yang diambil menekankan semua orang harus berpikir lebih visioner di masa depan. Iakni ‘meningkatkan investasi kesehatan mental’.

Psikiater dr.Lahargo Kembaren,SpKJ yang juga Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial RS.dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor dan RS Siloam Bogor mengatakan, seseorang dikatakan dalam keadaan sehat jiwanya saat dia bisa memberikan potensi terbaiknya, dapat beradaptasi dengan kehidupan, mampu berperan dalam setiap aspek kehidupan di sekolah/kuliah, tempat kerja, keluarga dan komunitas. Kesehatan jiwa adalah urusan semua orang.

Menurutnya, gangguan jiwa bisa mengenai siapa saja tanpa memandang latar belakang dan status ekonomi serta pendidikannya. Gangguan jiwa terjadi melalui suatu proses yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. Bisa cepat atau lebih lambat.

Baca Juga:  PNS Diperbolehkan Bekerja dari Rumah

Yang perlu dipahami, setiap orang bisa mengalami situasi tidak nyaman dalam satu waktu kehidupan dan itu tidak apa apa (it’s ok to not be ok). Namun berbahaya, jika keadaan tidak perasaan tak nyaman tersebut berlangsing terus-menerus.

“Sebagian besar pikiran dan perasaan itu nyaman itu bisa berlalu dan hilang tetapi pada beberapa orang hal ini berkembang menjadi suatu hal yang lebih serius sehingga memerlukan intervensi dan pertolongan lebih lanjut,” ungkapnya kepada JawaPos.com baru-baru ini.

Menurut dr. Lahargo, penyebab seseorang bisa menderita gangguan jiwa bermacam-macam atau disebut multifaktorial. Apa saja?

1. Faktor genetik, keturunan

2. Kondisi ibu selama dia mengandung, bila ada gangguan mental, emosional, atau fisik maka akan mempengaruhi saraf otak janin yang dikandungnya.

3. Proses persalinan, bila ada komplikasi maka meningkatkan risiko.

Baca Juga:  Dukungan Bertambah, Syarudin Husin Teratas

4. Penyakit fisik seperti panas tinggi, kejang, atau penyakit berat lainnya mulai dari lahir sampai usia sekarang.

5. Riwayat jatuh, terbentur kepala, kena pukul atau kecelakaan.

6. Penggunaan Narkoba/Napza seperti  alkohol, ganja (cannabis), Synthe, Shabu-shabu, Extasy, obat penenang, heroin (putaw).

7. Riwayat trauma, beban psikologis yang berat, masalah yang sulit diselesaikan, konflik, keinginan yang tidak tercapai, kemarahan yang terpendam, kesedihan yang mendalam, kehilangan, kekecewaan.

Menurut dr. Lahargo, semua penyebab di atas membuat keseimbangan zat kimia di otak (neurotransmiter) menjadi berubah dan tidak stabil “Inilah yang memunculkan adanya perubahan pada cara berpikir, perasaan, sikap, dan perilaku,” ungkapnya.

“Apabila dideteksi dengan lebih cepat maka gangguan jiwa akan lebih mudah diterapi, diobati sehingga yang bersangkutan dapat pulih dan produktif kembali,” tutupnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Ternyata bukan hanya kesehatan fisik yang harus diperhatikan. Tetapi seseorang juga penting memperhatikan kesehatan jiwa atau mentalnya agar kehidupan bisa berjalan dengan keseimbangan.

Bicara soal kesehatan mental, setiap 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia. Tahun ini, tema yang diambil menekankan semua orang harus berpikir lebih visioner di masa depan. Iakni ‘meningkatkan investasi kesehatan mental’.

Psikiater dr.Lahargo Kembaren,SpKJ yang juga Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial RS.dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor dan RS Siloam Bogor mengatakan, seseorang dikatakan dalam keadaan sehat jiwanya saat dia bisa memberikan potensi terbaiknya, dapat beradaptasi dengan kehidupan, mampu berperan dalam setiap aspek kehidupan di sekolah/kuliah, tempat kerja, keluarga dan komunitas. Kesehatan jiwa adalah urusan semua orang.

Menurutnya, gangguan jiwa bisa mengenai siapa saja tanpa memandang latar belakang dan status ekonomi serta pendidikannya. Gangguan jiwa terjadi melalui suatu proses yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. Bisa cepat atau lebih lambat.

Baca Juga:  Pemerintah Diminta Perbaiki Sistem Penyaluran Bansos

Yang perlu dipahami, setiap orang bisa mengalami situasi tidak nyaman dalam satu waktu kehidupan dan itu tidak apa apa (it’s ok to not be ok). Namun berbahaya, jika keadaan tidak perasaan tak nyaman tersebut berlangsing terus-menerus.

“Sebagian besar pikiran dan perasaan itu nyaman itu bisa berlalu dan hilang tetapi pada beberapa orang hal ini berkembang menjadi suatu hal yang lebih serius sehingga memerlukan intervensi dan pertolongan lebih lanjut,” ungkapnya kepada JawaPos.com baru-baru ini.

Menurut dr. Lahargo, penyebab seseorang bisa menderita gangguan jiwa bermacam-macam atau disebut multifaktorial. Apa saja?

1. Faktor genetik, keturunan

2. Kondisi ibu selama dia mengandung, bila ada gangguan mental, emosional, atau fisik maka akan mempengaruhi saraf otak janin yang dikandungnya.

3. Proses persalinan, bila ada komplikasi maka meningkatkan risiko.

Baca Juga:  AS Boikot Diplomatik Olimpiade Musim Dingin, Begini Reaksi Cina

4. Penyakit fisik seperti panas tinggi, kejang, atau penyakit berat lainnya mulai dari lahir sampai usia sekarang.

5. Riwayat jatuh, terbentur kepala, kena pukul atau kecelakaan.

6. Penggunaan Narkoba/Napza seperti  alkohol, ganja (cannabis), Synthe, Shabu-shabu, Extasy, obat penenang, heroin (putaw).

7. Riwayat trauma, beban psikologis yang berat, masalah yang sulit diselesaikan, konflik, keinginan yang tidak tercapai, kemarahan yang terpendam, kesedihan yang mendalam, kehilangan, kekecewaan.

Menurut dr. Lahargo, semua penyebab di atas membuat keseimbangan zat kimia di otak (neurotransmiter) menjadi berubah dan tidak stabil “Inilah yang memunculkan adanya perubahan pada cara berpikir, perasaan, sikap, dan perilaku,” ungkapnya.

“Apabila dideteksi dengan lebih cepat maka gangguan jiwa akan lebih mudah diterapi, diobati sehingga yang bersangkutan dapat pulih dan produktif kembali,” tutupnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari