Jumat, 11 April 2025

Tunggak Iuran, BPJS Kesehatan Bisa Colaps, Fahira: Ada Kesan Paksa Rakyat

JAKARTA(RIAUPOS.CO)-Pernyataan pemerintah soal kenaikan BPJS Kesehatan disayangkan. Alih-alih memberi jaminan pelayanan terbaik kepada masyarakat, pemerintah justru mengeluarkan narasi-narasi yang tak simpatik.

“Ibaratnya memaksa orang membayar sebuah produk dengan selisih harga lebih tinggi dari sebelumnya, tetapi tidak diberi jaminan lebih baik dari sebelumnya. Malah narasi-narasi yang mengiringi rencana kenaikan iuran sama sekali tidak simpatik,” kata anggota DPD RI, Fahira Idris dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/10).

Menurutnya, rencana kenaikan fasilitas kesehatan (Faskes) dari mulai kelas I hingga kelas III saat ini tinggal menunggu peraturan presiden untuk dijalankan. Namun hal itu justru tak diimbangi dengan perbaikan pelayanan fasilitas kesehatan.

“Kalau faskes tingkat pertama di seluruh Indonesia fasilitasnya sudah baik dan merata, peserta juga akan memilih puskesmas terdekat untuk mengobati sakitnya. Jadi bukan manja,” lanjutnya.

Baca Juga:  Terkait OTT Wahyu Setiawan, PDIP Bantah Halangi Petugas KPK

Salah satu yang disorotinya adalah pernyataan pemerintah yang menyebut BPJS Kesehatan bisa colaps jika tidak dinaikkan. Pernyataan ini dinilai mengesankan defisit BPJS Kesehatan adalah tanggung jawab semua peserta.

Padahal, kata dia, jika saja kinerja BPJS Kesehatan maksimal terutama terkait strategic purchasing, pelayanan biaya operasional, tata kelola teknologi informasi, penerimaan dan pengeluaran, dan sistem piutang, defisit tidak akan sebesar ini.

Belum lagi persoalan masih banyaknya ditemukan perserta bermasalah, seperti tidak memiliki NIK dan NIK ganda yang menjadi biang terus membengkanya defisit, menandakan banyak hal yang harus diperbaiki oleh pemerintah.

“Menaikkan iuran BPJS Kesehatan persoalan serius, jangan disederhanakan misalnya cuma naik lima ribu perhari atau sama seperti bayar parkir motor per jam sehingga tidak memberatkan. Narasi-narasi seperti ini baiknya dihindari. Bangunlah narasi yang lebih kuat dan persuasif agar publik lebih simpatik,” pungkas Senator Jakarta ini.

Baca Juga:  Upaya Preventif agar Guru Terhindar Kasus Hukum

Editor: Deslina
Sumber: Rmol.id

JAKARTA(RIAUPOS.CO)-Pernyataan pemerintah soal kenaikan BPJS Kesehatan disayangkan. Alih-alih memberi jaminan pelayanan terbaik kepada masyarakat, pemerintah justru mengeluarkan narasi-narasi yang tak simpatik.

“Ibaratnya memaksa orang membayar sebuah produk dengan selisih harga lebih tinggi dari sebelumnya, tetapi tidak diberi jaminan lebih baik dari sebelumnya. Malah narasi-narasi yang mengiringi rencana kenaikan iuran sama sekali tidak simpatik,” kata anggota DPD RI, Fahira Idris dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/10).

Menurutnya, rencana kenaikan fasilitas kesehatan (Faskes) dari mulai kelas I hingga kelas III saat ini tinggal menunggu peraturan presiden untuk dijalankan. Namun hal itu justru tak diimbangi dengan perbaikan pelayanan fasilitas kesehatan.

“Kalau faskes tingkat pertama di seluruh Indonesia fasilitasnya sudah baik dan merata, peserta juga akan memilih puskesmas terdekat untuk mengobati sakitnya. Jadi bukan manja,” lanjutnya.

Baca Juga:  Terkait OTT Wahyu Setiawan, PDIP Bantah Halangi Petugas KPK

Salah satu yang disorotinya adalah pernyataan pemerintah yang menyebut BPJS Kesehatan bisa colaps jika tidak dinaikkan. Pernyataan ini dinilai mengesankan defisit BPJS Kesehatan adalah tanggung jawab semua peserta.

Padahal, kata dia, jika saja kinerja BPJS Kesehatan maksimal terutama terkait strategic purchasing, pelayanan biaya operasional, tata kelola teknologi informasi, penerimaan dan pengeluaran, dan sistem piutang, defisit tidak akan sebesar ini.

Belum lagi persoalan masih banyaknya ditemukan perserta bermasalah, seperti tidak memiliki NIK dan NIK ganda yang menjadi biang terus membengkanya defisit, menandakan banyak hal yang harus diperbaiki oleh pemerintah.

“Menaikkan iuran BPJS Kesehatan persoalan serius, jangan disederhanakan misalnya cuma naik lima ribu perhari atau sama seperti bayar parkir motor per jam sehingga tidak memberatkan. Narasi-narasi seperti ini baiknya dihindari. Bangunlah narasi yang lebih kuat dan persuasif agar publik lebih simpatik,” pungkas Senator Jakarta ini.

Baca Juga:  Kontrol Tekanan Darah, Manfaatkan Bawang Putih dan Kembang Sepatu

Editor: Deslina
Sumber: Rmol.id

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Tunggak Iuran, BPJS Kesehatan Bisa Colaps, Fahira: Ada Kesan Paksa Rakyat

JAKARTA(RIAUPOS.CO)-Pernyataan pemerintah soal kenaikan BPJS Kesehatan disayangkan. Alih-alih memberi jaminan pelayanan terbaik kepada masyarakat, pemerintah justru mengeluarkan narasi-narasi yang tak simpatik.

“Ibaratnya memaksa orang membayar sebuah produk dengan selisih harga lebih tinggi dari sebelumnya, tetapi tidak diberi jaminan lebih baik dari sebelumnya. Malah narasi-narasi yang mengiringi rencana kenaikan iuran sama sekali tidak simpatik,” kata anggota DPD RI, Fahira Idris dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/10).

Menurutnya, rencana kenaikan fasilitas kesehatan (Faskes) dari mulai kelas I hingga kelas III saat ini tinggal menunggu peraturan presiden untuk dijalankan. Namun hal itu justru tak diimbangi dengan perbaikan pelayanan fasilitas kesehatan.

“Kalau faskes tingkat pertama di seluruh Indonesia fasilitasnya sudah baik dan merata, peserta juga akan memilih puskesmas terdekat untuk mengobati sakitnya. Jadi bukan manja,” lanjutnya.

Baca Juga:  Luhut Panjaitan Mulai Keras soal Natuna, Ini Kata Dia

Salah satu yang disorotinya adalah pernyataan pemerintah yang menyebut BPJS Kesehatan bisa colaps jika tidak dinaikkan. Pernyataan ini dinilai mengesankan defisit BPJS Kesehatan adalah tanggung jawab semua peserta.

Padahal, kata dia, jika saja kinerja BPJS Kesehatan maksimal terutama terkait strategic purchasing, pelayanan biaya operasional, tata kelola teknologi informasi, penerimaan dan pengeluaran, dan sistem piutang, defisit tidak akan sebesar ini.

Belum lagi persoalan masih banyaknya ditemukan perserta bermasalah, seperti tidak memiliki NIK dan NIK ganda yang menjadi biang terus membengkanya defisit, menandakan banyak hal yang harus diperbaiki oleh pemerintah.

“Menaikkan iuran BPJS Kesehatan persoalan serius, jangan disederhanakan misalnya cuma naik lima ribu perhari atau sama seperti bayar parkir motor per jam sehingga tidak memberatkan. Narasi-narasi seperti ini baiknya dihindari. Bangunlah narasi yang lebih kuat dan persuasif agar publik lebih simpatik,” pungkas Senator Jakarta ini.

Baca Juga:  Amankan Dua Terlapor Karhutla Hutan Lindung Bukit Suligi

Editor: Deslina
Sumber: Rmol.id

JAKARTA(RIAUPOS.CO)-Pernyataan pemerintah soal kenaikan BPJS Kesehatan disayangkan. Alih-alih memberi jaminan pelayanan terbaik kepada masyarakat, pemerintah justru mengeluarkan narasi-narasi yang tak simpatik.

“Ibaratnya memaksa orang membayar sebuah produk dengan selisih harga lebih tinggi dari sebelumnya, tetapi tidak diberi jaminan lebih baik dari sebelumnya. Malah narasi-narasi yang mengiringi rencana kenaikan iuran sama sekali tidak simpatik,” kata anggota DPD RI, Fahira Idris dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/10).

Menurutnya, rencana kenaikan fasilitas kesehatan (Faskes) dari mulai kelas I hingga kelas III saat ini tinggal menunggu peraturan presiden untuk dijalankan. Namun hal itu justru tak diimbangi dengan perbaikan pelayanan fasilitas kesehatan.

“Kalau faskes tingkat pertama di seluruh Indonesia fasilitasnya sudah baik dan merata, peserta juga akan memilih puskesmas terdekat untuk mengobati sakitnya. Jadi bukan manja,” lanjutnya.

Baca Juga:  Mendampingi Anak Belajar di Rumah

Salah satu yang disorotinya adalah pernyataan pemerintah yang menyebut BPJS Kesehatan bisa colaps jika tidak dinaikkan. Pernyataan ini dinilai mengesankan defisit BPJS Kesehatan adalah tanggung jawab semua peserta.

Padahal, kata dia, jika saja kinerja BPJS Kesehatan maksimal terutama terkait strategic purchasing, pelayanan biaya operasional, tata kelola teknologi informasi, penerimaan dan pengeluaran, dan sistem piutang, defisit tidak akan sebesar ini.

Belum lagi persoalan masih banyaknya ditemukan perserta bermasalah, seperti tidak memiliki NIK dan NIK ganda yang menjadi biang terus membengkanya defisit, menandakan banyak hal yang harus diperbaiki oleh pemerintah.

“Menaikkan iuran BPJS Kesehatan persoalan serius, jangan disederhanakan misalnya cuma naik lima ribu perhari atau sama seperti bayar parkir motor per jam sehingga tidak memberatkan. Narasi-narasi seperti ini baiknya dihindari. Bangunlah narasi yang lebih kuat dan persuasif agar publik lebih simpatik,” pungkas Senator Jakarta ini.

Baca Juga:  Bank Riau Kepri Serahkan Beasiswa ke Luar Negeri kepada Yapari

Editor: Deslina
Sumber: Rmol.id

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari