Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan jumlah warga berusia lanjut yang tertinggi di dunia. Yakni mencapai 414 persen, hanya dalam waktu 35 tahun (1990 – 2025). Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2018), memproyeksikan terjadi peningkatan persentase usia lanjut di Indonesia dari 9,0 persen (2015) menjadi 19,8 persen (2045). Konsekuensi dari peningkatan jumlah warga usia lanjut adalah meningkatnya jumlah pasien geriatri.
Pasien geriatri pada hakikatnya adalah warga usia lanjut juga, namun dengan karakteristik yang berbeda. Karakteristik pasien geriatri yang pertama adalah multipatologi, yaitu pada satu pasien terdapat lebih dari satu penyakit yang umumnya bersifat kronik degeneratif. Kedua adalah menurunnya daya cadangan fungsi organ yang menyebabkan pasien geriatri sangat mudah jatuh dalam kondisi gagal pulih (failure to thrive).
Ketiga yaitu berubahnya gejala dan tanda penyakit menjadi tidak spesifik dan tidak jelas, seperti infeksi tetapi tidak demam, depresi tetapi tidak sedih, tiba-tiba jatuh oleh sebab yang tidak jelas, tidak mau makan, lemas, sulit tidur, dan lain-lain.
Keempat adalah melemahnya pertahanan biologik terkait proses menua. Kelima yaitu meningkatnya kerentanan terhadap sesuatu yang membahayakan dan dipercepat oleh gangguan/cedera yang berulang.
Keenam adalah terganggunya status fungsi kemandirian pasien geriatri untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, mandi, berpakaian, berpindah tempat, BAB/BAK, dan berjalan sebagai individu yang mandiri. Ketujuh yaitu seringnya terdapat gangguan nutrisi, gizi kurang atau gizi buruk.
Keadaan akan semakin rumit jika secara psikososial terdapat hendaya seperti kesepian, kehilangan orang terdekat, pensiun, pindah ke lingkungan sosial yang berbeda, dan masalah keuangan atau status sosial.
Pendekatan yang dilakukan mutlak harus bersifat holistik atau paripurna. Pendekatan paripurna ini tidak semata-mata dari sisi bio-psiko-sosial namun juga senantiasa dari sisi kuratif, rehabilitatif, promotif, dan preventif. Pendekatan yang dilakukan untuk menyembuhkan kondisi akutnya tidak akan cukup untuk mengatasi permasalahan yang muncul.
Pengkajian status fungsi kemandirian untuk mengatasi berbagai hendaya menjadi penting karena acapkali justru hal ini menjadi prioritas penyelesaian masalah. Kegagalan mengatasi hendaya maupun gejala geriatri (geriatric syndrome) yang muncul akan mengakibatkan kegagalan pengobatan secara keseluruhan.
“Layanan Geriatri” melakukan tatalaksana pasien geriatri secara holistik dengan pendekatan khusus yang disebut sebagai Pendekatan Paripurna Pasien Geriatri (P3G). Untuk pasien geriatri yang dirawat inap. Pendekatan ini memberikan hasil yang lebih baik dan efektif, dapat dilihat dari lama rawatan lebih singkat, lebih cepat mobilisasi, fungsi kemandirian meningkat dengan cepat, tidak timbul luka tekan (dekubitus) pada pasien dengan perawatan lebih dari dua minggu, tidak muncul polifarmasi (penggunaan obat yang banyak), terhindar dari efek samping akibat interaksi obat, tidak timbul deconditioning effect, depresi cepat terdeteksi dan terkelola, demensia (kepikunan) cepat terdeteksi dan terkelola.
Serta biaya perawatan yang berkurang. Untuk pasien geriatri yang berobat jalan, pendekatan ini memberikan pemahaman yang lebih tepat dan lengkap mengenai seluruh aspek yang mempengaruhi kesehatan pasien dalam memperoleh hasil optimal dari segi kuratif (jika masih mungkin), rehabilitatif dan preventif, memastikan ketaatan pasien untuk berobat, dan menghindari penggunaan obat yang terlalu banyak.
Tatalaksana difokuskan tidak hanya pada aspek kesehatan namun juga aspek kesejahteraan (well being) serta kemampuan menjalankan fungsi kemandirian. Pada “Layanan Geriatri”, tujuan penatalaksanaan dan rencana jangka panjang ditelaah terlebih dahulu sebelum berbagai tindakan diagnostik dikerjakan. Dengan demikian, rencana penatalaksanaan pasien (diagnostik, terapeutik, dan edukasi) bersifat lebih individual (individually tailored).
Setiap pasien betul-betul dihargai keunikan dan perbedaan masing-masing. Pendekatan ini meningkatkan efisiensi kinerja layanan agar tujuan pengobatan yang diinginkan dapat dicapai dengan lebih efektif.***
dr. Roni Risdianto Ginting, SpPD-KGer, Dokter Spesialis Penyakit Dalam – Konsultan Geriatri
RS Awal Bros Sudirman Pekanbaru