Site icon Riau Pos

Disabilitas Sehat dan Mandiri di Era Digital 

Dalam rangka Hari Disabilitas Internasional, Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kota Pekanbaru dan Dermawan House melakukan kegiatan "Disabilitas Sehat dan Mandiri di Era Digital", Jumat (4/11) di Jalan Karya I, Gg Karya Maju, Bukit Raya.

Laporan: SOFIAH (Bukit Raya)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Di Hari Disabilitas Internasional tersebut, para penyandang disabilitas yang datang pun diberi edukasi kesehatan dan pemanfaatan teknologi digital. Di sana juga ada penyandang yang unjuk beat box secara pribadi. Ada juga yang mahir fotografi dan lainnya. 

Ketua PPDI Kota Pekanbaru, Hamzah, dalam sambutannya mengatakan, acara ini berkelanjutan memberdayakan kawan-kawan disabilitas. Hari ini perwakilan seluruh organisasi disabilitas di Pekanbaru.

"Kami di sini salah satunya membantu ketika ada kegiatan, lalu donasi dari pihak donatur, dan pelatihan. Nantinya, untuk membantu memberdayakan supaya bisa mandiri seperti  program menjahit, komputer, dan lainnya," katanya.

Sementara, Dermawan House itu komunitas yang dibawahi seorang dermawan dan memiliki lahan untuk membantu dan ditempati. 

Tentunya seperti tempat yang dijadikan acara ini.

Lalu ada edukasi kesehatan dari dr Putri dari RS Prima mengatakan, lima teknologi digital yang menjadi transformasi atau perubahan hidup baik secara mobile, sosial, data, dan komunikasi. "Untuk menggunakan handphone saat ini bisa mengunduh aplikasi kesehatan. Misalnya aplikasi untuk mengetahui berat badan, kebutuhan olahraga, beli belanja online, dan lainnya," terangnya.

Adajuga mencari data di web kesehatan, media sosial seperti youtube untuk mencari informasi. Lalu, yang terpenting adalah webinar.

"Sehubungan yang lagi marak yaitu Covid semoga segera berakhir. Anjuran tetap mematuhi protokol kesehatan," ulasnya.

Sementara marketing RS Prima, Adi Darma menjelaskan bagaimana bisa bermanfaat untuk diri sendiri? Menurutny, bapak ibu jangan merasa kecil namun harus tetap semangat. "Sekarang era diigitalisasi 4.0 harus usaha dari rumah yaitu berjualan melalui handphone. Harus bisa memanfaatkan teknologi," katanya.

Dilanjutkannya, berdagang sekarang bukan harus punya ruko, bisa kelola bisnis dari handphone. Artinya, era digital menjanjikan bagi siapapun. Intinya dalam bisnis apapun harus jujur.

"Dengan era digital jika berbuat curang, tidak akan pernah lagi dipercaya orang-orang," bebernya.

Di waktu yang sama, perwakilan komunitas Wiguna menyebut, konsep dasarnya kreativitas. "Meski bergerak dibidang kayu. Masalah dana maupun modal bisa dicari. Banyak jalannya. Digital informasi itu yang penting," terangnya.

Terbentuknya komunitas kayu Riau untuk saling support. Jadi, dari sana bisa dikembangkan menjual produk untuk tingkat mandiri.

"Meski secara fisik memiliki keterbatasan dan kekurangan yakinlah daya pikir dan juang tidak ada batasnya. Tentunya harus tetap bersyukur dan senantiasa berjuang," sebut Dompet Dhuafa Riau, Andrika Saputra.

Katanya, Dompet Duafa memiliki layanan kesehatan di RS Lancang Kuning. Gratis tanpa syarat apapun. Menurutnya, bisa berkolaborasi dengan wiguna terkait kewirausahaan. "Hadapi hidup ini dengan senyuman dan bersyukur," ucapnya.

Dalam hal ini, penyandang disabilitas dihadirkan. Pria itu korban ledakan bom ikan 2010 di Buluhcina, bernama Supri menyebut, kedua matanya berair terus. Selain itu, mencederai tangan kanannya di amputasi. Sementara, tangan kirinya masih tampak bekas luka dan jempol nya hilang.

Dokter menyarankan untuk membuat tangan palsu. Disarankan membuat BPJS terlebih dulu baru melakukan pengobatan lebih lanjut.

Ada juga Devi dari Buluh Cina sempat mendapat kursi roda dari wakaf tunai. Ia mencoba mengisi waktu dengan cara main laptop dengan mengedit foto, serta buat makalah. 

"Mengerjakan dengan cara memakai kaki," katanya yang merupakan korban kecelakaan, setelah tamat SMA. Di mana mendapat dua kali gilas kendaraan berat. Sehingga, kedua tangan dan kaki kirinya harus diamputasi.*** 

Exit mobile version