JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksikan, tahun ini industri pengolahan nonmigas mampu tumbuh 5,3 persen, lebih tinggi dari perkiraan 2019 lalu yang sebesar 4,6 persen. Kontribusi industri pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga diperkirakan meningkat, dari 17,7 persen pada 2019, menjadi 17,95 persen pada tahun ini.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, perkiraan tersebut tentunya dengan catatan jika daya saing nasional meningkat seiring dengan peningkatan produktivitas sektoral dan efisiensi investasi. "Sehingga ada jaminan terhadap bahan baku, serapan teknologi, kondusivitas, iklim usaha, serta inovasi produk mengikuti tren preferensi konsumen global," ujarnya di gedung Kemenperin Jakarta, Senin (6/1).
Selanjutnya, proyeksi industri tahun ini dapat tercapai jika pertumbuhan industri lebih cepat dari sektor ekonomi lainnya. Hal itu didorong membaiknya iklim usaha baik fisik maupun nonfisik, sehingga terjadi peningkatan efisiensi, utilitas, dan investasi industri. Memang, kata Agus, terjadi penurunan industri pengolahan nonmigas pada tahun lalu.
Sepanjang Januari-September 2019, industri pengolahan nonmigas hanya tumbuh 4,68 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode sama 2018 yang mencapai 5,02 persen. "Meskipun terjadi penurunan, Kemenperin mencatat ada lima industri dengan nilai pertumbuhan terbesar pada kuartal-III 2019 dengan industri tekstil dan pakaian menjadi yang paling terbesar," tuturnya.
Pertama, industri tekstil dan pakaian jadi tumbuh 15,08 persen. Kedua, industri pengolahan lainnya seperti jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan tumbuh 10,33 persen. Ketiga, industri makanan dan minuman tumbuh 8,33 persen . Keempat, industri kertas dan barang dari kertas tumbuh 6,94 persen . Kelima, industri furnitur tumbuh 6,93 persen.
Kontribusi industri pengolahan terhadap PDB mencapai 19,62 persen, dan menjadi penyumbang terbesar. Dari angka tersebut, 17,56 persen di antaranya datang dari industri pengolahan nonmigas.(jpg)