PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Nina tinggal di sebuah rumah yang memiliki tetangga di samping kiri, kanan, dan belakangnya. Namun, di bagian belakang rumah ada halaman kecil yang memisahkan rumahnya dengan rumah tetangga.
Nina menanami halaman belakang tersebut dengan tanaman ubi dan beberapa pohon pisang, serta cabai. Semenjak pandemi, ia memang sangat senang menanam.
Seiring berjalannya waktu, tanaman Nina mulai membesar, dan bisa segera dimakan, terlebih pucuk ubi yang terlihat sangat segar. Nina berencana memasak pucuk ubi tersebut hari Ahad yang merupakan hari libur. Pucuk tersebut akan menjadi pucuk pertama yang akan ia petik.
Hari Ahad pun tiba, Nina pergi ke halaman belakang untuk memetik pucuk ubi. Namun, kebagahiaannya pudar seketika saat melihat pucuk-pucuk ubi segar telah hilang, dan hanya tertinggal daun ubi tua dan bekas petikan yang masih terlihat baru.
Nina sangat kesal, ia berpikir tidak-tidak tentang tetangganya. Namun, ia hanya berani mengumpat dengan suara keras agar tetangganya bisa mendengar omelan Nina. Bagaimana tidak, ia yang sudah susah payah menanam, malah orang lain yang memanen, bahkan tanpa meminta izin.
"Alamaak….! Siapa yang memetik tanaman orang sembarangan, mana nggak izin pula. Saya doakan perutnya bunci…tt..," teriak Nina masih di halaman belakang.(anf)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Nina tinggal di sebuah rumah yang memiliki tetangga di samping kiri, kanan, dan belakangnya. Namun, di bagian belakang rumah ada halaman kecil yang memisahkan rumahnya dengan rumah tetangga.
Nina menanami halaman belakang tersebut dengan tanaman ubi dan beberapa pohon pisang, serta cabai. Semenjak pandemi, ia memang sangat senang menanam.
- Advertisement -
Seiring berjalannya waktu, tanaman Nina mulai membesar, dan bisa segera dimakan, terlebih pucuk ubi yang terlihat sangat segar. Nina berencana memasak pucuk ubi tersebut hari Ahad yang merupakan hari libur. Pucuk tersebut akan menjadi pucuk pertama yang akan ia petik.
Hari Ahad pun tiba, Nina pergi ke halaman belakang untuk memetik pucuk ubi. Namun, kebagahiaannya pudar seketika saat melihat pucuk-pucuk ubi segar telah hilang, dan hanya tertinggal daun ubi tua dan bekas petikan yang masih terlihat baru.
- Advertisement -
Nina sangat kesal, ia berpikir tidak-tidak tentang tetangganya. Namun, ia hanya berani mengumpat dengan suara keras agar tetangganya bisa mendengar omelan Nina. Bagaimana tidak, ia yang sudah susah payah menanam, malah orang lain yang memanen, bahkan tanpa meminta izin.
"Alamaak….! Siapa yang memetik tanaman orang sembarangan, mana nggak izin pula. Saya doakan perutnya bunci…tt..," teriak Nina masih di halaman belakang.(anf)