Kamis, 19 September 2024

Pemerintah Naikkan Harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex

JAKARTA, (RIAUPOS.CO) – PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga terhadap bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi. Adapun, penyesuaian kenaikan harga BBM tersebut berlaku pada produk pertamax turbo, dexlite, dan dex. Hal ini ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.

Kenaikan harga BBM nonsubsidi ini berbeda di tiap wilayah Indonesia, yaitu berkisar Rp500 sampai Rp1.100 per liter. Seperti di Pulau Jawa dan Bali, harga BBM jenis Pertamax Turbo (RON 98) naik sebesar Rp1.000, dari Rp13.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter. Kemudian, pada BBM jenis Dexlite dengan Cetane Number 51 (CN 51), naik dari Rp12.150 per liter menjadi 12.950 per liter. Lalu, pada Pertamina Dex (CN 53) naik Rp500, dari Rp13.200 per liter ke Rp13.700 per liter.

Di sisi lain, untuk BBM jenis pertalite dan pertamax tidak dinaikkan oleh pertamina. Pertamina menjual jenis pertamax dengan harga Rp 9.000 per liter dan jenis pertalite di harga Rp7.650 per liter.

Baca Juga:  Tarif Listrik akan Dinaikkan, YLKI Minta Pelayanan Ikut Naik

Orang Kaya Gak Mungkin Migrasi Oktan Rendah

- Advertisement -

Kenaikan harga minyak di atas 100 dolar AS per barel tentunya sangat memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Semakin tinggi kenaikan harga minyak, beban APBN makin berat.

Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menilai bahwa pemerintah perlu terus memantau pergerakan harga minyak dunia. Sejauh ini, dia melihat pemerintah berada di jalur yang tepat, salah satunya terlihat dari intervensi terhadap kenaikan harga BBM nonsubsidi.

- Advertisement -

"Minimal mengurangi beban APBN, kalau tidak dinaikkan kan nomboknya itu cukup banyak untuk dana kompensasi. Setidaknya bisa sedikit mengurangi beban secara bertahap, sambil melihat perkembangannya," ungkapnya kepada JPG, Jumat (4/3).

Apalagi, saat ini terjadi konflik antara Rusia dan Ukraina, tentu ini menambah ketidakpastian harga minyak dunia. Bahkan, dikhawatirkan bisa menembus angka 200 dolar AS per barel jika perang terus belanjut.

Baca Juga:  Siswa Witama Wakili Riau ke Ajang KSN Tingkat Nasional

"Sulit memprediksi itu (naik 200 dolar AS), tapi itu saya kira tergantung dengan eskalasi perang. Tapi, kan NATO sudah menempatkan peralatan perang di sekitar Rusia. Kalau Rusia marah, itu bisa jadi perang meluas, harga minyak bisa 200 dolar AS," tambahnya.

"Indonesia tidak bisa mencegah terjadinya perang tadi. Ini adalah variabel yang tidak bisa terkontrol, tapi berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia. Makanya, perlu monitor dan tepat dalam mengambil keputusan," sambung Fahmy.

Oleh karena itu, langkah Pertamina menaikkan harga BBM nonsubsidi dinilainya sudah bagus. Apabila tidak ada kenaikan harga BBM di dalam negeri, hal ini akan memperparah daya beli masyarakat karena akan ada inflasi besar.

"Itu saya kira tepat, karena proporsi hanya 5 persen dan pengguna Pertamax ke atas itu orang kaya yang menggunakan mobil-mobil bagus. Sehingga kalau itu naik, tidak mungkin dia pindah ke Pertamax atau Pertalite, karena mobil bagus itu tentu memakai bensin (oktan) yang lebih baik," tutupnya.(jpg)

 

JAKARTA, (RIAUPOS.CO) – PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga terhadap bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi. Adapun, penyesuaian kenaikan harga BBM tersebut berlaku pada produk pertamax turbo, dexlite, dan dex. Hal ini ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.

Kenaikan harga BBM nonsubsidi ini berbeda di tiap wilayah Indonesia, yaitu berkisar Rp500 sampai Rp1.100 per liter. Seperti di Pulau Jawa dan Bali, harga BBM jenis Pertamax Turbo (RON 98) naik sebesar Rp1.000, dari Rp13.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter. Kemudian, pada BBM jenis Dexlite dengan Cetane Number 51 (CN 51), naik dari Rp12.150 per liter menjadi 12.950 per liter. Lalu, pada Pertamina Dex (CN 53) naik Rp500, dari Rp13.200 per liter ke Rp13.700 per liter.

Di sisi lain, untuk BBM jenis pertalite dan pertamax tidak dinaikkan oleh pertamina. Pertamina menjual jenis pertamax dengan harga Rp 9.000 per liter dan jenis pertalite di harga Rp7.650 per liter.

Baca Juga:  Skenario Pemulangan WNI dari Wuhan Kembali ke Daerah Asal Lagi Disiapkan

Orang Kaya Gak Mungkin Migrasi Oktan Rendah

Kenaikan harga minyak di atas 100 dolar AS per barel tentunya sangat memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Semakin tinggi kenaikan harga minyak, beban APBN makin berat.

Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menilai bahwa pemerintah perlu terus memantau pergerakan harga minyak dunia. Sejauh ini, dia melihat pemerintah berada di jalur yang tepat, salah satunya terlihat dari intervensi terhadap kenaikan harga BBM nonsubsidi.

"Minimal mengurangi beban APBN, kalau tidak dinaikkan kan nomboknya itu cukup banyak untuk dana kompensasi. Setidaknya bisa sedikit mengurangi beban secara bertahap, sambil melihat perkembangannya," ungkapnya kepada JPG, Jumat (4/3).

Apalagi, saat ini terjadi konflik antara Rusia dan Ukraina, tentu ini menambah ketidakpastian harga minyak dunia. Bahkan, dikhawatirkan bisa menembus angka 200 dolar AS per barel jika perang terus belanjut.

Baca Juga:  Data Detail PDP Meninggal dan Pasien Covid-19 di Rumah Harus Dibuka

"Sulit memprediksi itu (naik 200 dolar AS), tapi itu saya kira tergantung dengan eskalasi perang. Tapi, kan NATO sudah menempatkan peralatan perang di sekitar Rusia. Kalau Rusia marah, itu bisa jadi perang meluas, harga minyak bisa 200 dolar AS," tambahnya.

"Indonesia tidak bisa mencegah terjadinya perang tadi. Ini adalah variabel yang tidak bisa terkontrol, tapi berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia. Makanya, perlu monitor dan tepat dalam mengambil keputusan," sambung Fahmy.

Oleh karena itu, langkah Pertamina menaikkan harga BBM nonsubsidi dinilainya sudah bagus. Apabila tidak ada kenaikan harga BBM di dalam negeri, hal ini akan memperparah daya beli masyarakat karena akan ada inflasi besar.

"Itu saya kira tepat, karena proporsi hanya 5 persen dan pengguna Pertamax ke atas itu orang kaya yang menggunakan mobil-mobil bagus. Sehingga kalau itu naik, tidak mungkin dia pindah ke Pertamax atau Pertalite, karena mobil bagus itu tentu memakai bensin (oktan) yang lebih baik," tutupnya.(jpg)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari