(RIAUPOS.CO) — Menurut data yang disajikan Cancer Statistics 2019, kanker paru-paru merupakan kanker dengan kasus baru terbanyak di dunia. Dokter Bambang Susilo Simon SpP FCCP FAPSR FISR, spesialis paru-paru di National Hospital, mengatakan bahwa jenis kanker paru-paru itu meningkat pesat belakangan.
”Apalagi semakin sulit kita menghindari polusi saat ini,” ujarnya.
Bambang menjelaskan, kanker paru-paru patut diwaspadai karena keluhan mulai dirasakan saat stadium lanjut. Gejala batuk, nyeri dada, dan sesak napas sering kali tidak muncul pada stadium awal. Hal itulah yang membuat penanganan pada penderita jadi terlambat. ”Akhirnya, mereka baru datang saat sudah stadium 4,” jelas alumnus Universitas Airlangga tersebut.
Pengenalan terhadap kanker paru-paru sangat penting. Harapannya, orang-orang yang punya risiko mengidap kanker paru-paru bisa lebih waspada. ”Ada beberapa kelompok orang yang sebaiknya melakukan skrining kanker paru-paru sebelum terlambat,” paparnya. Bukan hanya perokok aktif yang didorong melakukan skrining (selengkapnya lihat grafis).
Pemeriksaan bisa dilakukan lewat CT scan toraks dengan low-dose CT scan yang punya tingkat radiasi kecil. Pasien tidak perlu berpuasa terlebih dahulu. ”Jika sudah diketahui sejak stadium awal, penanganannya lebih mudah dan harapan hidup penderitanya lebih panjang,” jelasnya saat dihubungi kemarin (4/2).
Penyebab kanker paru-paru sebenarnya multifaktor. Di antaranya, paparan asap rokok bagi perokok aktif maupun pasif dan gas polutan. Faktor genetik juga dianggap berperan pada timbulnya kanker paru-paru.
Memang pencegahan terbaik adalah menghindari asap rokok dan gas polutan. Bambang juga mendorong penerapan pola hidup sehat, konsumsi makanan sehat dan bebas zat pengawet, olahraga teratur, serta hindari stres yang berlebihan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal