Jakarta (RIAUPOS.CO) – Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan penjelasan teknis terkait varian Omicron kepada 194 negara anggotanya, Senin(29/11). Lembaga yang berbasis di Jenewa, Swiss, itu menegaskan kemungkinan varian terbaru virus SARS-CoV-2 tersebut akan menyebar lebih luas. Penyebabnya, mutasi Omicron yang berpotensi kebal terhadap sistem imunitas dan memiliki kemampuan penularan yang lebih tinggi.
"Berdasar karakteristik tersebut, mungkin ada lonjakan Covid-19 di masa mendatang yang bisa memiliki konsekuensi parah," bunyi keterangan WHO. Salah satu faktor yang menentukan parah atau tidaknya konsekuensi lonjakan kasus adalah lokasi terjadinya. "Risiko global secara keseluruhan terkait dengan Omicron dinilai sangat tinggi," tambah keterangan WHO tersebut seperti dikutip Agence France-Presse.
Data terkait dengan Omicron masih terbatas. Masih ada banyak ketidakpastian dan ketidaktahuan terkait varian baru yang ditemukan di wilayah Afrika itu. Para ahli belum tahu seberapa menular varian tersebut dibandingkan dengan varian lainnya. Belum diketahui pula seberapa besar kemampuan vaksin untuk melindungi terhadap infeksi Omicron, tingkat keparahan pasca tertular, dan tingkat kematian yang ditimbulkan.
WHO menegaskan, diperlukan waktu berminggu-minggu untuk memahami apakah Omicron bisa memengaruhi diagnostik, terapi, dan vaksin. Sejauh ini, bukti awal menunjukkan bahwa strain ini memiliki kemampuan untuk meningkatkan peluang terinfeksi ulang.
"Perlu waktu setidaknya dua pekan untuk mengetahui apakah varian Omicron resistan terhadap vaksin Covid-19 yang ada saat ini," ujar pakar penyakit menular AS Dr Anthony Fauci seperti dikutip CNN.
Omicron memiliki mutasi lebih dari 50 dan lebih dari 30 berada di area spike protein yang merupakan bagian dari virus untuk menempel di sel tubuh manusia. Tingginya angka penularan ini ditengarai karena virus tersebut bermutasi selama infeksi kronis dari seseorang yang sistem kekebalannya telah melemah oleh infeksi HIV/AIDS yang tidak diobati.
Juga, lamanya virus mendekam di tubuh orang yang belum divaksin. Di Afrika, tempat kali pertama virus itu muncul, angka vaksinasinya rendah dan banyak penderita HIV/AIDS.
Afrika Selatan membuktikan ganasnya penularan Omicron. Ahad (28/11) dilaporkan ada 2.800 penularan baru di negara tersebut. Padahal, pekan sebelumnya hanya 500 per hari. Ia kini menjadi varian yang paling dominan di Afrika Selatan.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa WHO telah mengeluarkan rilis varian Covid-19 Omicron berkaitan dengan HIV. "Yang kita tahu Afrika Selatan banyak orang dengan HIV/AIDS (ODHA)," ungkapnya.
ODHA, kata dia, rentan tertular. Baik yang sudah vaksinasi Covid-19 maupun yang belum. "Ini hampir sama dengan varian Beta," ujar Nadia. Varian Beta juga berasal dari Afrika Selatan.(das)
Laporan JPG, Jakarta