- Advertisement -
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Plt Kepala Dinas Perkebunan Riau Ahmad Syah Harrofie menyarankan kepada para petani kelapa sawit untuk membuat kelompok dalam wadah koperasi. Ini agar lebih mudah menjual hasil panen dengan harga yang lebih kompetitif. Juga akan memutus mata rantai pengepul yang kerap menekan harga kelapa sawit.
"Penetapan harga TBS kelapa sawit yang setiap pekan dibahas itu kan acuan untuk para petani yang berkelompok. Sedangkan kalau petani menjualnya melalui perantara pengepul, pasti akan terpotong harganya," lanjut dia.
- Advertisement -
Terkait hal tersebut, dilanjutkan Ahmad Syah, sebenarnya sejak beberapa waktu lalu pihaknya sudah mencoba menggerakkan masyarakat petani kelapa sawit agar berkelompok sehingga mempunyai posisi tawar. Jika para petani sudah berkelompok, pihak dinas akan lebih mudah mendata dan bisa sekaligus dibantu bermitra dengan pabrik kelapa sawit.
"Kalau sudah berkelompok dan dimitrakan dengan pabrik, maka kelompok petani tersebut akan mendapatkan pelayanan yang bagus. Dari data yang ada, dari 100 persen petani sawit nonperusahaan di Riau, baru setengahnya yang tergabung dalam koperasi," ujarnya.
Padahal kenyataannya, pabrik kelapa sawit yang ada di Riau ini sangat memerlukan buah kelapa sawit. Hal tersebutlah yang dimanfaatkan para pengepul untuk merayu masyarakat yang belum berkelompok.
- Advertisement -
Selain dapat jaminan harga sesuai pasar, keuntungan lain terkait replanting. Para petani sudah mendapatkan mitra dari sekarang. "Biasanya kemitraan tersebut akan berjalan hingga pendampingan petani pada fase peremajaan tanaman atau replanting," sebutnya.(sol)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Plt Kepala Dinas Perkebunan Riau Ahmad Syah Harrofie menyarankan kepada para petani kelapa sawit untuk membuat kelompok dalam wadah koperasi. Ini agar lebih mudah menjual hasil panen dengan harga yang lebih kompetitif. Juga akan memutus mata rantai pengepul yang kerap menekan harga kelapa sawit.
"Penetapan harga TBS kelapa sawit yang setiap pekan dibahas itu kan acuan untuk para petani yang berkelompok. Sedangkan kalau petani menjualnya melalui perantara pengepul, pasti akan terpotong harganya," lanjut dia.
- Advertisement -
Terkait hal tersebut, dilanjutkan Ahmad Syah, sebenarnya sejak beberapa waktu lalu pihaknya sudah mencoba menggerakkan masyarakat petani kelapa sawit agar berkelompok sehingga mempunyai posisi tawar. Jika para petani sudah berkelompok, pihak dinas akan lebih mudah mendata dan bisa sekaligus dibantu bermitra dengan pabrik kelapa sawit.
"Kalau sudah berkelompok dan dimitrakan dengan pabrik, maka kelompok petani tersebut akan mendapatkan pelayanan yang bagus. Dari data yang ada, dari 100 persen petani sawit nonperusahaan di Riau, baru setengahnya yang tergabung dalam koperasi," ujarnya.
- Advertisement -
Padahal kenyataannya, pabrik kelapa sawit yang ada di Riau ini sangat memerlukan buah kelapa sawit. Hal tersebutlah yang dimanfaatkan para pengepul untuk merayu masyarakat yang belum berkelompok.
Selain dapat jaminan harga sesuai pasar, keuntungan lain terkait replanting. Para petani sudah mendapatkan mitra dari sekarang. "Biasanya kemitraan tersebut akan berjalan hingga pendampingan petani pada fase peremajaan tanaman atau replanting," sebutnya.(sol)