PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Riyan akhirnya dapat bernapas lega. Anak yatim warga Rumbai yang sempat tidak diterima di sekolah negeri saat penerimaan peserta didik baru (PPDB) tingkat SMA sederajat beberapa waktu lalu akhirnya diterima di SMKN 5 Pekanbaru. Kepala Dinas Pendidikan Riau Zul Ikram mengatakan, pihaknya sudah berkomunikasi dengan pihak SMKN 5 Pekanbaru tempat Riyan awalnya mendaftar. Termasuk mengecek langsung kondisi siswa kurang mampu tersebut.
"Sudah diterima di SMKN 5 sesuai dengan lokasi pendaftarannya dulu, jadi tidak perlu khawatir lagi," kata Zul Ikram.
Lebih lanjut dikatakannya, saat ini Riyan sudah bisa melakukan proses belajar di SMKN 5 Pekanbaru. Namun karena masih dalam situasi pandemi Covid-19, pelaksaaan pembelajaran masih menggunakan sistem online.
"Yang bersangkutan sudah boleh belajar di SMKN 5, namun secara online karena situasi saat ini masih pandemi Covid-19," sebutnya.
Selain Riyan, pihaknya saat ini juga masih mengupayakan untuk mencarikan sekolah bagi siswa kurang mampu lainnya atas nama Riska Effendi, warga Kecamatan Sukajadi. Nasib Riska nyaris sama dengan Riyan yang tidak diterima di sekolah negeri meskipun sudah menggunakan jalur siswa kurang mampu.
"Untuk Riska saat ini sedang diupayakan. Dia kemarin mintanya SMKN 3 Pekanbaru," ujarnya.
Saat ditanyakan dengan nasib anak-anak lainnya yang ada di daerah lain, jika ada yang mengalami seperti dua siswa tersebut, menurut Zul Ikram, pihaknya saat ini masih melakukan pendataan apakah masih ada siswa kurang mampu yang kesulitan bersekolah.
"Saat ini masih kami data apakah masih ada yang kesulitan bersekolah. Terutama siswa kurang mampu. Kami akan upayakan tempatkan di sekolah negeri. Kalau tidak ada kuota lagi akan difasilitasi ke sekolah swasta," sebutnya.
570 Orang Anak Meranti Tak Sekolah
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Meranti tidak punya data lengkap terhadap jumlah anak yang tidak sekolah dan putus sekolah tingkat SD hingga SMP. Mereka hanya menghimpun data sepanjang 2019. Tidak untuk sebelumnya, seperti 2018, 2017, 2016 dan seterusnya.
"Kalau data 2019 ada. Tapi jika sebelumnya tak terdata," ungkap Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Kepulauan Meranti Safrizal kepada Riau Pos, Selasa (14/7) siang.
Dari data yang mereka rangkum sepanjang 2019 jumlah anak yang tidak sekolah 160 orang. Sedangkan anak yang putus sekolah terdapat 76 orang. Jumlah tersebut terdiri dari anak rentan usia 7 hingga 12 tahun yang tersebar di Kepulauan Meranti sebanyak 18.911 orang. Di sisi lain, dari 4.860 orang anak dengan rentang usia 13 sampai dengan 15 tahun, 296 orang di antarnya dipastikan tidak bersekolah. Selain itu 38 orang lainnya putus sekolah.
Jika angka rentang usia wajib belajar itu dikalkulasi, maka terdapat 570 orang anak di Meranti tidak mendapatkan haknya bersekolah. Menurut Safrizal, salah satu upaya Pemkab Meranti untuk menekan angka putus sekolah dengan meningkatkan infrastruktur menuju sekolah. Upaya tersebut terus digenjot Pemkab Meranti. Hal itu menurutnya adalah tantangan, mengingat Kepulauan Meranti sebagai kabupaten muda yang baru saja mekar. Menurutnya wilayah luas dan terpisah oleh pulau-pulau juga menjadi kendala bagi warga untuk menjangkau beberapa tempat. Selain itu didorong oleh tipisnya kekuatan ekonomi keluarga.
"Masalah ekonomi di sini tidak soal biaya sekolah, melainkan kondisi ekonomi keluarga yang susah. Sekolah pun sulit dijangkau. Untuk itu, pelan tapi pasti, seluruh keperluan berangsur digenjot Pemkab Meranti agar tidak ada alasan lagi mereka tidak melanjutkan sekolah," ungkapnya.(sol/wir)