PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Riau tidak lagi menjadi terkaya nomor satu di Indonesia. Produksi dan cadangan minyak sebagai andalan utama terus berkurang. Ini menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Riau melambat.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau Decymus mengatakan, sejak 2013 pertumbuhan ekonomi Riau hanya di posisi dua koma persen. Jika tidak dilakukan langkah-langkah tepat, maka bukan sangat tidak mungkin tren penurunan pertumbuhan ekonomi Riau akan terus berlangsung.
"Dibandingkan tahun 2010-2011, ekonomi Riau masih tumbuh 5-6 persen. Sudah tujuh tahun pertumbuhan ekonomi Riau hanya tumbuh hanya dua koma. Banyak yang tidak sadar Riau tidak lagi provinsi kaya. Dulu posisi nomor satu sekarang Riau nomor dua terkaya. Riau begitu serius memperbaiki keadaan ekonomi," paparnya di sela-sela penandatanganan perjanjian kerja sama Program Beasiswa Bank Indonesia Tahun 2020 dengan Rektor Universitas Riau Prof Dr H Aras Mulyadi MSc, Senin (2/3) di Gedung Rektorat Unri.
Turut hadir dalam acara ini, Wakil Rektor IV Unri Dr Iwantono MPhil, Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Riau Teguh Setiadi, Kepala Divisi SP PUR, Layanan dan Administrasi Asral Mashuri serta Manajer Fungsi Koordinasi Kebijakan BI Jonataruli serta ratusan mahasiswa calon penerima beasiswa.
Ia mengungkapkan isu yang menarik terkait Sensus Penduduk 2020 yang baru selesai dilaksanakan adalah tentang bonus demografi atau bertambahnya penduduk usia muda dan mencapai puncaknya pada periode tertentu.
Untuk nasional puncak tertinggi (jumlah produktif) terbanyak pada tahun 2021-2022 dan mulai berkurang tahun 2037. Sementara untuk Riau cukup terlambat. Bonus demografi di Riau akan terjadi pada tahun 2028-2029 dan titik terendah tahun 2041.
"Artinya kalau misalnya kita tidak mempersiapkan periode puncak tidak maksimal maka kita akan kehilangan momentum terbaik. Kehilangan momentum masyarakat Riau untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi dan momentum rakyat Riau paling sejahtera. Universitas Riau adalah harapan kita terbesar. Akademisilah yang harus mempersiapkan itu," sebutnya.
Bonus demograsi diukur dengan statistik rasio ketergantungan (dependency rasio). Dengan membandingkan antara jumlah penduduk usia sekolah (15 tahun ke bawah) dan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas) terhadap jumlah penduduk yang berusia produktif.
Rasio ketergantungan di bawah 50 persen menunjukkan telah dimulainya babak bonus demografi. Jika tingkat ketergantungan anak usia sekolah dan penduduk lanjut usia 65 tahun ke atas lebih kecil dari usia produktif, maka akan sangat baik. Itu adalah modalitas bagi Riau untuk maju. Titik terbaik tahun 2028-2029.
"Apa yang menjadi kegelisahan gubernur, bukan demografi tapi persoalan pengangguran dan kemiskinan. Riau provinsi kaya tapi pengganguran tertinggi. Di Sumatera posisinya kita di tengah-tengah. Celakanya kemiskinan juga begitu. Itu karena pertumbuhan ekonomi rendah. Mengapa rendah? Karena saat Riau dulu kaya 2010-2012 puncaknya, uang hasil minyak tidak dipergunakan modalitas SDM," ujarnya.
"Kejadian itu tidak boleh terulang lagi. Minyak sudah terlanjur habis, tidak ada kata terlambat. Kita masih punya anak-anak Riau yang unggul. Kalau dipersiapkan dengan baik sehingga memasuki usia produktif nanti tahun 2028-2029 kita tetap akan menjadi provinsi yang maju. Singapura juga tidak memiliki minyak tetapi mereka bisa maju. Bangsa yang sejahtera Karena mereka tahu betul kalau manusia adalah kunci supaya maju," ulasnya.
Siapkan Beasiswa untuk 75 Mahasiswa Unri
Sebagai wujud bentuk kepedulian dan dukungan terhadap kemajuan sumber daya manusia menuju Indonesia Unggul, BI Provinsi Riau menyiapkan beasiswa untuk 75 mahasiswa Unri berprestasi. Bank Indonesia juga telah memperluas cakupan pemberian beasiswa. Tidak hanya untuk mahasiswa dari perguruan tinggi negeri namun juga untuk mahasiswa perguruan tinggi swasta.
"Untuk Unri, kerja sama penyaluran beasiswa ini sudah berlangsung sejak 2015 dengan jumlah penerima beasiswa yang semula 50 orang. Tahun ini meningkat menjadi 75 orang. Peningkatan jumlah penerima beasiswa tersebut merupakan salah satu wujud apresiasi Bank Indonesia kepada perguruan tinggi yang terus meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana yang kita ketahui, Universitas Riau telah memperoleh akreditasi A," ulasnya.
Saat ini setiap penerima beasiswa memperoleh beasiswa sebesar Rp1 juta per bulan. Beasiswa tersebut dapat digunakan untuk mendukung biaya pendidikan, tunjangan studi maupun biaya hidup. Penerima beasiswa diutamakan mahasiswa dengan IPK minimal 3,00 (skala 4) dan berasal dari latar belakang keluarga ekonomi tidak mampu, aktif di kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat, telah menyelesaikan 40 SKS atau tiga semester dan maksimal berusia 23 tahun saat menerima beasiswa, serta tidak sedang menerima beasiswa atau berada dalam status ikatan dinas dengan instansi lain.
Tidak hanya memperoleh bantuan berupa biaya pendidikan, mahasiswa penerima beasiswa juga tergabung dalam suatu komunitas yaitu GenBI (Generasi Baru Indonesia) Riau dan mendapatkan berbagai pelatihan secara berkala, terencana dan terarah untuk meningkatkan kompetensi individu dan mengembangkan karakter dan jiwa kepemimpinan.(mar/a)