Kamis, 10 April 2025

Harus Agresif Genjot Perlambatan Ekonomi, Itu Permintaan Jokowi

JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Melambatnya ekonomi global akibat perang dagang, harga komoditas yang terus turun, serta resesi diprediksi membuat pemerintahan kedua Presiden Joko Widodo (Jokowi) terseok-seok di dua tahun pertama.

Hal ini diungkapkan Direktur Riset Center of Reform on Economis (CORE) Piter Abdullah kepada JawaPos.com, Sabtu (19/10).

Menurut Piter, Indonesia dianggap terlalu banyak menyerap dampak perlambatan ekonomi global. Alhasil lima tahun ke belakang ini pertumbuhan ekonomi stagnan di kisaran angka 5 – 5,2 persen.

“Lima tahun ke belakang kebijakan ekonomi marko sangat lemah, tidak melakukan counter terhadap perlambatan ekonomi global,” ungkap Piter.

Strategi Jokowi pada periode pertama yang bertumpu pada infrastruktur tidak membawa banyak perubahan. Di sisi lain, ketergantungan ekspor maupun impor tetap tinggi.

Baca Juga:  Apical2030, Komitmen Keberlanjutkan Strategis Apical Group

Meski kondisi ekonomi semakin sulit, CORE berharap tim ekonomi di kabinet Jokowi mendatang lebih agresif dalam mengonter perlambatan ekonomi. Salah satunya memaksimalkan instrumen fiskal, moneter dan sektor riil.

“Tentu ke depan kita ingin pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Dari sisi tenaga kerja juga lebih baik,” harap Pieter.

Pengamat ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Rimawan Pradiptyo menilai, capaian Jokowi di periode pertama yang paling menonjol adalah penanganan illegal fishing di wilayah perairan Indonesia.

Menurut Rimawan, Jokowi harus melanjutkan kebijakan yang dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat. Dari sisi kelembagaan, Jokowi juga melakukan perubahan positif.

“Ke depan adalah perbaikan di aspek kelembagaan, selain infrastruktur. Tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga masuk dalam agenda reformasi yang belum dilakukan,” kata Rimawan.

Baca Juga:  Ekspor Tekstil-Alas Kaki Tumbuh Positif

Editor : Deslina
Sumber: jawapos.com

JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Melambatnya ekonomi global akibat perang dagang, harga komoditas yang terus turun, serta resesi diprediksi membuat pemerintahan kedua Presiden Joko Widodo (Jokowi) terseok-seok di dua tahun pertama.

Hal ini diungkapkan Direktur Riset Center of Reform on Economis (CORE) Piter Abdullah kepada JawaPos.com, Sabtu (19/10).

Menurut Piter, Indonesia dianggap terlalu banyak menyerap dampak perlambatan ekonomi global. Alhasil lima tahun ke belakang ini pertumbuhan ekonomi stagnan di kisaran angka 5 – 5,2 persen.

“Lima tahun ke belakang kebijakan ekonomi marko sangat lemah, tidak melakukan counter terhadap perlambatan ekonomi global,” ungkap Piter.

Strategi Jokowi pada periode pertama yang bertumpu pada infrastruktur tidak membawa banyak perubahan. Di sisi lain, ketergantungan ekspor maupun impor tetap tinggi.

Baca Juga:  Bedelau, 20 Nasabah BRK Dapat Mobil

Meski kondisi ekonomi semakin sulit, CORE berharap tim ekonomi di kabinet Jokowi mendatang lebih agresif dalam mengonter perlambatan ekonomi. Salah satunya memaksimalkan instrumen fiskal, moneter dan sektor riil.

“Tentu ke depan kita ingin pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Dari sisi tenaga kerja juga lebih baik,” harap Pieter.

Pengamat ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Rimawan Pradiptyo menilai, capaian Jokowi di periode pertama yang paling menonjol adalah penanganan illegal fishing di wilayah perairan Indonesia.

Menurut Rimawan, Jokowi harus melanjutkan kebijakan yang dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat. Dari sisi kelembagaan, Jokowi juga melakukan perubahan positif.

“Ke depan adalah perbaikan di aspek kelembagaan, selain infrastruktur. Tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga masuk dalam agenda reformasi yang belum dilakukan,” kata Rimawan.

Baca Juga:  PT CPI Berterima Kasih kepada Mitra di Riau

Editor : Deslina
Sumber: jawapos.com

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Harus Agresif Genjot Perlambatan Ekonomi, Itu Permintaan Jokowi

JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Melambatnya ekonomi global akibat perang dagang, harga komoditas yang terus turun, serta resesi diprediksi membuat pemerintahan kedua Presiden Joko Widodo (Jokowi) terseok-seok di dua tahun pertama.

Hal ini diungkapkan Direktur Riset Center of Reform on Economis (CORE) Piter Abdullah kepada JawaPos.com, Sabtu (19/10).

Menurut Piter, Indonesia dianggap terlalu banyak menyerap dampak perlambatan ekonomi global. Alhasil lima tahun ke belakang ini pertumbuhan ekonomi stagnan di kisaran angka 5 – 5,2 persen.

“Lima tahun ke belakang kebijakan ekonomi marko sangat lemah, tidak melakukan counter terhadap perlambatan ekonomi global,” ungkap Piter.

Strategi Jokowi pada periode pertama yang bertumpu pada infrastruktur tidak membawa banyak perubahan. Di sisi lain, ketergantungan ekspor maupun impor tetap tinggi.

Baca Juga:  PT CPI Berterima Kasih kepada Mitra di Riau

Meski kondisi ekonomi semakin sulit, CORE berharap tim ekonomi di kabinet Jokowi mendatang lebih agresif dalam mengonter perlambatan ekonomi. Salah satunya memaksimalkan instrumen fiskal, moneter dan sektor riil.

“Tentu ke depan kita ingin pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Dari sisi tenaga kerja juga lebih baik,” harap Pieter.

Pengamat ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Rimawan Pradiptyo menilai, capaian Jokowi di periode pertama yang paling menonjol adalah penanganan illegal fishing di wilayah perairan Indonesia.

Menurut Rimawan, Jokowi harus melanjutkan kebijakan yang dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat. Dari sisi kelembagaan, Jokowi juga melakukan perubahan positif.

“Ke depan adalah perbaikan di aspek kelembagaan, selain infrastruktur. Tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga masuk dalam agenda reformasi yang belum dilakukan,” kata Rimawan.

Baca Juga:  Bedelau, 20 Nasabah BRK Dapat Mobil

Editor : Deslina
Sumber: jawapos.com

JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Melambatnya ekonomi global akibat perang dagang, harga komoditas yang terus turun, serta resesi diprediksi membuat pemerintahan kedua Presiden Joko Widodo (Jokowi) terseok-seok di dua tahun pertama.

Hal ini diungkapkan Direktur Riset Center of Reform on Economis (CORE) Piter Abdullah kepada JawaPos.com, Sabtu (19/10).

Menurut Piter, Indonesia dianggap terlalu banyak menyerap dampak perlambatan ekonomi global. Alhasil lima tahun ke belakang ini pertumbuhan ekonomi stagnan di kisaran angka 5 – 5,2 persen.

“Lima tahun ke belakang kebijakan ekonomi marko sangat lemah, tidak melakukan counter terhadap perlambatan ekonomi global,” ungkap Piter.

Strategi Jokowi pada periode pertama yang bertumpu pada infrastruktur tidak membawa banyak perubahan. Di sisi lain, ketergantungan ekspor maupun impor tetap tinggi.

Baca Juga:  Vivo Kenalkan Nex 3 Berkekuatan 5G, Layarnya Full Banget

Meski kondisi ekonomi semakin sulit, CORE berharap tim ekonomi di kabinet Jokowi mendatang lebih agresif dalam mengonter perlambatan ekonomi. Salah satunya memaksimalkan instrumen fiskal, moneter dan sektor riil.

“Tentu ke depan kita ingin pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Dari sisi tenaga kerja juga lebih baik,” harap Pieter.

Pengamat ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Rimawan Pradiptyo menilai, capaian Jokowi di periode pertama yang paling menonjol adalah penanganan illegal fishing di wilayah perairan Indonesia.

Menurut Rimawan, Jokowi harus melanjutkan kebijakan yang dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat. Dari sisi kelembagaan, Jokowi juga melakukan perubahan positif.

“Ke depan adalah perbaikan di aspek kelembagaan, selain infrastruktur. Tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga masuk dalam agenda reformasi yang belum dilakukan,” kata Rimawan.

Baca Juga:  Mendag Sebut Migor Curah Sudah Ada di 10 Ribu Titik

Editor : Deslina
Sumber: jawapos.com

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari