JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Bank Indonesia (BI) memperkirakan perdagangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih dapat terus menguat, seiring berlanjutnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik. Berdasarkan kurs tengah BI, saat ini posisi rupiah berada di level 14.186.
Gubernur BI Perry Warjiyo memaparkan, hingga 17 Juni 2020, nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi sebesar 3,75 persen secara point to point atau 5,69 persen secara rerata dibandingkan dengan level Mei 2020, meskipun masih terdepresiasi sebesar 1,42 persen bila dibandingkan dengan level akhir 2019.
"Berlanjutnya penguatan rupiah ditopang oleh meredanya ketidakpastian pasar keuangan global serta tingginya daya tarik aset keuangan domestik dan terjaganya kepercayaan investor asing terhadap prospek kondisi ekonomi Indonesia," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/6).
Pihaknya memandang level nilai tukar rupiah secara fundamental masih undervalued sehingga berpotensi terus menguat dan dapat mendukung pemulihan ekonomi domestik. "Potensi penguatan nilai tukar rupiah didukung oleh beberapa faktor fundamental, seperti inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang kompetitif, dan premi risiko Indonesia yang mulai menurun," tuturnya.
Perry menambahkan, untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Bank Indonesia (BI) memperkirakan perdagangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih dapat terus menguat, seiring berlanjutnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik. Berdasarkan kurs tengah BI, saat ini posisi rupiah berada di level 14.186.
Gubernur BI Perry Warjiyo memaparkan, hingga 17 Juni 2020, nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi sebesar 3,75 persen secara point to point atau 5,69 persen secara rerata dibandingkan dengan level Mei 2020, meskipun masih terdepresiasi sebesar 1,42 persen bila dibandingkan dengan level akhir 2019.
- Advertisement -
"Berlanjutnya penguatan rupiah ditopang oleh meredanya ketidakpastian pasar keuangan global serta tingginya daya tarik aset keuangan domestik dan terjaganya kepercayaan investor asing terhadap prospek kondisi ekonomi Indonesia," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/6).
Pihaknya memandang level nilai tukar rupiah secara fundamental masih undervalued sehingga berpotensi terus menguat dan dapat mendukung pemulihan ekonomi domestik. "Potensi penguatan nilai tukar rupiah didukung oleh beberapa faktor fundamental, seperti inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang kompetitif, dan premi risiko Indonesia yang mulai menurun," tuturnya.
- Advertisement -
Perry menambahkan, untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi