JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mencatat perekonomian Indonesia bakal suram di 2020. Penyebabnya, antara lain karena perang dagang, ekonomi global, dan dari sektor pertambangan seperti batubara yang merosot hingga 45 persen.
Pernyataan Suhariyanto ini tentu bertolak belakang dengan optimisme yang kerap disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani, bahwa ekonomi bakal melesat.
Menyikapi hal tersebut, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menyebut bahwa rakyat akan lebih percaya pada data BPS. Sebab, BPS merupakan badan resmi pusat data di Indonesia dan tidak memiliki pretensi apapun dalam menyampaikan data faktual.
“Kita (rakyat) masih percaya pada BPS. Karena merupakan lembaga resmi yang objektif dan bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (15/12).
Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani merupakan elemen pemerintah atau institusi politik yang memiliki tendensi politis untuk menutupi pertumbuhan ekonomi yang bakal carut marut di 2020.
“Institusi politik terkadang bisa membolak-balikkan keadaan. Bisa yang benar jadi salah, begitu juga sebaliknya,” katanya.
Lebih lanjut, Ujang menilai wajar jika BPS memprediksi perekonomian Indonesia di 2020 bakal suram. Penyebabnya bukan hanya resesi dunia yang berdampak pada kondisi ekonomi dalam negeri. Tapi juga karena daya beli masyarakat semakin melemah, kebutuhan meningkat, tapi pendapatan menurun.
“BPJS sudah naik, nanti listrik naik, BBM naik. Nilai ekspor juga lebih rendah dari impor. Gejala-gejala tersebut membuat ekonomi di 2020 bisa buram dan seram,” tutupnya.
Sumber: Pojoksatu.id
Editror: E Sulaiman
JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mencatat perekonomian Indonesia bakal suram di 2020. Penyebabnya, antara lain karena perang dagang, ekonomi global, dan dari sektor pertambangan seperti batubara yang merosot hingga 45 persen.
Pernyataan Suhariyanto ini tentu bertolak belakang dengan optimisme yang kerap disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani, bahwa ekonomi bakal melesat.
- Advertisement -
Menyikapi hal tersebut, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menyebut bahwa rakyat akan lebih percaya pada data BPS. Sebab, BPS merupakan badan resmi pusat data di Indonesia dan tidak memiliki pretensi apapun dalam menyampaikan data faktual.
“Kita (rakyat) masih percaya pada BPS. Karena merupakan lembaga resmi yang objektif dan bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (15/12).
- Advertisement -
Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani merupakan elemen pemerintah atau institusi politik yang memiliki tendensi politis untuk menutupi pertumbuhan ekonomi yang bakal carut marut di 2020.
“Institusi politik terkadang bisa membolak-balikkan keadaan. Bisa yang benar jadi salah, begitu juga sebaliknya,” katanya.
Lebih lanjut, Ujang menilai wajar jika BPS memprediksi perekonomian Indonesia di 2020 bakal suram. Penyebabnya bukan hanya resesi dunia yang berdampak pada kondisi ekonomi dalam negeri. Tapi juga karena daya beli masyarakat semakin melemah, kebutuhan meningkat, tapi pendapatan menurun.
“BPJS sudah naik, nanti listrik naik, BBM naik. Nilai ekspor juga lebih rendah dari impor. Gejala-gejala tersebut membuat ekonomi di 2020 bisa buram dan seram,” tutupnya.
Sumber: Pojoksatu.id
Editror: E Sulaiman