Selasa, 8 April 2025
spot_img

Ekonomi Tidak Pasti karena Pandemi, Menabung Sangat Disarankan

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pendapatan masyarakat terganggu. Mulai pengusaha, karyawan, pekerja informal, hingga seluruh lapisan masyarakat.

Di tengah ketidakpastian ekonomi seperti ini, prioritas utama adalah dana tunai. Itulah yang bisa menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan pokok. Namun, menabung alias saving harus tetap dilakukan.

Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini menjelaskan bahwa pandemi mengakibatkan ketidakpastian. Artinya, risiko terhadap keuangan setiap individu juga semakin tinggi.

Apalagi, sebagian masyarakat terkena PHK, terdampak pemotongan gaji, bisnis tutup, dan lain sebagainya. Kebijakan-kebijakan pandemi itu mengakibatkan sumber penghasilan keluarga terganggu.

“Bagi yang kehilangan penghasilan, prioritas utama dari bujet adalah memenuhi kebutuhan hidup keluarga dari dana yang ada,” ujar Mike.

Baca Juga:  Miliki Sertifikat CHSE, Prime Park Hotel Hadirkan Keamanan dan Kenyamanan

Menurut Rini, jika memiliki dana lebih, menabung sangat disarankan. Itu bisa mengantisipasi ketidakpastian. Dia menyebut investasi yang cukup tepat saat ini adalah deposito dan reksa dana pasar uang.

Sistem kerja work form home (WFH), lanjut Rini, seharusnya bisa memotong berbagai pos pengeluaran. Dengan demikian, masyarakat bisa memiliki keuangan surplus untuk digunakan sebagai dana darurat.

“Menghemat pos-pos pengeluaran yang tidak prioritas menjadi sangat perlu,” pungkasnya.

Sementara itu, analis pasar modal Hans Kwee menyoroti penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) total di DKI Jakarta. Kebijakan itu menjadi perhatian para pelaku pasar saham.

Jika terlalu kaku, justru itu akan mengganggu pemulihan ekonomi yang terjadi. Begitu pula, jika dana asing terus mengalir keluar dan nilai tukar rupiah melemah, risiko bahwa saham akan terkoreksi lebih dalam meninggi.

Baca Juga:  Dukung Protokol Kesehatan, PLN Peduli Berikan 28 Unit Wastafel

Hans memperkirakan pasar saham berpotensi melemah pekan depan. Dengan perkiraan support pada level 4.878 sampai 4.712 dan resistance pada level 5.084 sampai 5.256.

“Pelaku pasar lebih baik melakukan penjualan lebih dahulu ketika pasar menguat untuk mengantisipasi dampak negatif penerapan PSBB total pada perekonomian,” tandasnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pendapatan masyarakat terganggu. Mulai pengusaha, karyawan, pekerja informal, hingga seluruh lapisan masyarakat.

Di tengah ketidakpastian ekonomi seperti ini, prioritas utama adalah dana tunai. Itulah yang bisa menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan pokok. Namun, menabung alias saving harus tetap dilakukan.

Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini menjelaskan bahwa pandemi mengakibatkan ketidakpastian. Artinya, risiko terhadap keuangan setiap individu juga semakin tinggi.

Apalagi, sebagian masyarakat terkena PHK, terdampak pemotongan gaji, bisnis tutup, dan lain sebagainya. Kebijakan-kebijakan pandemi itu mengakibatkan sumber penghasilan keluarga terganggu.

“Bagi yang kehilangan penghasilan, prioritas utama dari bujet adalah memenuhi kebutuhan hidup keluarga dari dana yang ada,” ujar Mike.

Baca Juga:  Burger King Jadi Primadona Kuliner

Menurut Rini, jika memiliki dana lebih, menabung sangat disarankan. Itu bisa mengantisipasi ketidakpastian. Dia menyebut investasi yang cukup tepat saat ini adalah deposito dan reksa dana pasar uang.

Sistem kerja work form home (WFH), lanjut Rini, seharusnya bisa memotong berbagai pos pengeluaran. Dengan demikian, masyarakat bisa memiliki keuangan surplus untuk digunakan sebagai dana darurat.

“Menghemat pos-pos pengeluaran yang tidak prioritas menjadi sangat perlu,” pungkasnya.

Sementara itu, analis pasar modal Hans Kwee menyoroti penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) total di DKI Jakarta. Kebijakan itu menjadi perhatian para pelaku pasar saham.

Jika terlalu kaku, justru itu akan mengganggu pemulihan ekonomi yang terjadi. Begitu pula, jika dana asing terus mengalir keluar dan nilai tukar rupiah melemah, risiko bahwa saham akan terkoreksi lebih dalam meninggi.

Baca Juga:  Dukung Protokol Kesehatan, PLN Peduli Berikan 28 Unit Wastafel

Hans memperkirakan pasar saham berpotensi melemah pekan depan. Dengan perkiraan support pada level 4.878 sampai 4.712 dan resistance pada level 5.084 sampai 5.256.

“Pelaku pasar lebih baik melakukan penjualan lebih dahulu ketika pasar menguat untuk mengantisipasi dampak negatif penerapan PSBB total pada perekonomian,” tandasnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Ekonomi Tidak Pasti karena Pandemi, Menabung Sangat Disarankan

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pendapatan masyarakat terganggu. Mulai pengusaha, karyawan, pekerja informal, hingga seluruh lapisan masyarakat.

Di tengah ketidakpastian ekonomi seperti ini, prioritas utama adalah dana tunai. Itulah yang bisa menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan pokok. Namun, menabung alias saving harus tetap dilakukan.

Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini menjelaskan bahwa pandemi mengakibatkan ketidakpastian. Artinya, risiko terhadap keuangan setiap individu juga semakin tinggi.

Apalagi, sebagian masyarakat terkena PHK, terdampak pemotongan gaji, bisnis tutup, dan lain sebagainya. Kebijakan-kebijakan pandemi itu mengakibatkan sumber penghasilan keluarga terganggu.

“Bagi yang kehilangan penghasilan, prioritas utama dari bujet adalah memenuhi kebutuhan hidup keluarga dari dana yang ada,” ujar Mike.

Baca Juga:  Inflasi Tinggi, Beras Beri Tekanan Besar

Menurut Rini, jika memiliki dana lebih, menabung sangat disarankan. Itu bisa mengantisipasi ketidakpastian. Dia menyebut investasi yang cukup tepat saat ini adalah deposito dan reksa dana pasar uang.

Sistem kerja work form home (WFH), lanjut Rini, seharusnya bisa memotong berbagai pos pengeluaran. Dengan demikian, masyarakat bisa memiliki keuangan surplus untuk digunakan sebagai dana darurat.

“Menghemat pos-pos pengeluaran yang tidak prioritas menjadi sangat perlu,” pungkasnya.

Sementara itu, analis pasar modal Hans Kwee menyoroti penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) total di DKI Jakarta. Kebijakan itu menjadi perhatian para pelaku pasar saham.

Jika terlalu kaku, justru itu akan mengganggu pemulihan ekonomi yang terjadi. Begitu pula, jika dana asing terus mengalir keluar dan nilai tukar rupiah melemah, risiko bahwa saham akan terkoreksi lebih dalam meninggi.

Baca Juga:  Indonesia Investment Grade

Hans memperkirakan pasar saham berpotensi melemah pekan depan. Dengan perkiraan support pada level 4.878 sampai 4.712 dan resistance pada level 5.084 sampai 5.256.

“Pelaku pasar lebih baik melakukan penjualan lebih dahulu ketika pasar menguat untuk mengantisipasi dampak negatif penerapan PSBB total pada perekonomian,” tandasnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pendapatan masyarakat terganggu. Mulai pengusaha, karyawan, pekerja informal, hingga seluruh lapisan masyarakat.

Di tengah ketidakpastian ekonomi seperti ini, prioritas utama adalah dana tunai. Itulah yang bisa menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan pokok. Namun, menabung alias saving harus tetap dilakukan.

Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini menjelaskan bahwa pandemi mengakibatkan ketidakpastian. Artinya, risiko terhadap keuangan setiap individu juga semakin tinggi.

Apalagi, sebagian masyarakat terkena PHK, terdampak pemotongan gaji, bisnis tutup, dan lain sebagainya. Kebijakan-kebijakan pandemi itu mengakibatkan sumber penghasilan keluarga terganggu.

“Bagi yang kehilangan penghasilan, prioritas utama dari bujet adalah memenuhi kebutuhan hidup keluarga dari dana yang ada,” ujar Mike.

Baca Juga:  Grand Zuri Hotel Tawarkan Paket Long Stay Harga Terjangkau

Menurut Rini, jika memiliki dana lebih, menabung sangat disarankan. Itu bisa mengantisipasi ketidakpastian. Dia menyebut investasi yang cukup tepat saat ini adalah deposito dan reksa dana pasar uang.

Sistem kerja work form home (WFH), lanjut Rini, seharusnya bisa memotong berbagai pos pengeluaran. Dengan demikian, masyarakat bisa memiliki keuangan surplus untuk digunakan sebagai dana darurat.

“Menghemat pos-pos pengeluaran yang tidak prioritas menjadi sangat perlu,” pungkasnya.

Sementara itu, analis pasar modal Hans Kwee menyoroti penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) total di DKI Jakarta. Kebijakan itu menjadi perhatian para pelaku pasar saham.

Jika terlalu kaku, justru itu akan mengganggu pemulihan ekonomi yang terjadi. Begitu pula, jika dana asing terus mengalir keluar dan nilai tukar rupiah melemah, risiko bahwa saham akan terkoreksi lebih dalam meninggi.

Baca Juga:  Miliki Sertifikat CHSE, Prime Park Hotel Hadirkan Keamanan dan Kenyamanan

Hans memperkirakan pasar saham berpotensi melemah pekan depan. Dengan perkiraan support pada level 4.878 sampai 4.712 dan resistance pada level 5.084 sampai 5.256.

“Pelaku pasar lebih baik melakukan penjualan lebih dahulu ketika pasar menguat untuk mengantisipasi dampak negatif penerapan PSBB total pada perekonomian,” tandasnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari