Sabtu, 13 September 2025
spot_img

Cadangan Devisa per Oktober Naik Rp 33,6 Triliun

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Sempat turun tipis pada September, posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir Oktober tercatat meningkat menjadi sebesar USD 126,7 miliar atau sekitar Rp 1.778 triliun (kurs 14.040). Dibanding bulan sebelumnya, terjadi kenaikan USD 2,4 miliar atau sekitar Rp 33,6 triliun.

Direktur Eksekutif- Kepala Departmen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko menuturkan, posisi cadev tersebut setara dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu, jumlah cadev tersebur juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” papar Onny di Jakarta, Kamis (7/11).

Baca Juga:  Lima Fraksi Setuju Bentuk Pansus Jiwasraya

Onny menguraikan, ada tiga faktor yang memicu peningkatan cadev pada Oktober 2019. Di antaranya, adanya penerbitan global bond pemerintah, penerimaan devisa migas, dan penerimaan valas lainnya.

Pihaknya pun optimistis, besaran cadev ke depan akan tetap memadai. “Karena didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik,” urainya.

Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Alexander Sugandi menyatakan penerbitan global bond oleh pemerintah, jumlahnya cukup besar sehingga mampu mendongkrak cadev. Penerbitan bond berdenominasi USD itu mencapai USD 1 miliar, selain itu pemerintah juga menerbitkan Euro Bond sebesar EUR 1 miliar.

“Di samping itu, inflows ke bursa saham dan pasar bond sekunder bulan lalu juga cukup besar. Inflows ini juga dipengaruhi relatif stabilnya kondisi politik menjelang dan sesudah pelantikan presiden dan kabinetnya,” paparnya saat dihubungi, Kamis.

Baca Juga:  Mitsubishi Rayakan Produksi Ke-100.000 Mobil Listrik

Eric melanjutkan, di sisi lain kondisi Rupiah juga cukup stabil, bahkan sempat menguat bulan lalu. “Sehingga intervensi jual USD di pasar valas oleh BI juga relatif terbatas,” lanjutnya.

Sampai akhir tahun, Eric memperkirakan cadev masih bisa mengalami penguatan walau tipis. Namun, dengan catatan jika tidak ada goncangan dari faktor eksternal yang menekan rupiah secara signifikan.

“Mungkin cadev bisa di kisaran USD 128-130 miliar sampai akhir tahun jika tidak ada tekanan eksternal,” imbuhnya.

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Sempat turun tipis pada September, posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir Oktober tercatat meningkat menjadi sebesar USD 126,7 miliar atau sekitar Rp 1.778 triliun (kurs 14.040). Dibanding bulan sebelumnya, terjadi kenaikan USD 2,4 miliar atau sekitar Rp 33,6 triliun.

Direktur Eksekutif- Kepala Departmen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko menuturkan, posisi cadev tersebut setara dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu, jumlah cadev tersebur juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” papar Onny di Jakarta, Kamis (7/11).

Baca Juga:  Mobil Listrik Jadi Kendaraan Resmi KTT G20, PLN Bangun 21 SPKLU di Bali

Onny menguraikan, ada tiga faktor yang memicu peningkatan cadev pada Oktober 2019. Di antaranya, adanya penerbitan global bond pemerintah, penerimaan devisa migas, dan penerimaan valas lainnya.

Pihaknya pun optimistis, besaran cadev ke depan akan tetap memadai. “Karena didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik,” urainya.

- Advertisement -

Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Alexander Sugandi menyatakan penerbitan global bond oleh pemerintah, jumlahnya cukup besar sehingga mampu mendongkrak cadev. Penerbitan bond berdenominasi USD itu mencapai USD 1 miliar, selain itu pemerintah juga menerbitkan Euro Bond sebesar EUR 1 miliar.

“Di samping itu, inflows ke bursa saham dan pasar bond sekunder bulan lalu juga cukup besar. Inflows ini juga dipengaruhi relatif stabilnya kondisi politik menjelang dan sesudah pelantikan presiden dan kabinetnya,” paparnya saat dihubungi, Kamis.

- Advertisement -
Baca Juga:  Astra, Hongkong Land, dan LOGOS Bentuk Perusahaan Patungan

Eric melanjutkan, di sisi lain kondisi Rupiah juga cukup stabil, bahkan sempat menguat bulan lalu. “Sehingga intervensi jual USD di pasar valas oleh BI juga relatif terbatas,” lanjutnya.

Sampai akhir tahun, Eric memperkirakan cadev masih bisa mengalami penguatan walau tipis. Namun, dengan catatan jika tidak ada goncangan dari faktor eksternal yang menekan rupiah secara signifikan.

“Mungkin cadev bisa di kisaran USD 128-130 miliar sampai akhir tahun jika tidak ada tekanan eksternal,” imbuhnya.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Sempat turun tipis pada September, posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir Oktober tercatat meningkat menjadi sebesar USD 126,7 miliar atau sekitar Rp 1.778 triliun (kurs 14.040). Dibanding bulan sebelumnya, terjadi kenaikan USD 2,4 miliar atau sekitar Rp 33,6 triliun.

Direktur Eksekutif- Kepala Departmen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko menuturkan, posisi cadev tersebut setara dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu, jumlah cadev tersebur juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” papar Onny di Jakarta, Kamis (7/11).

Baca Juga:  BPJS Ketenagakerjaan Gandeng Perisai Sosialisasi Program ke BUMdes

Onny menguraikan, ada tiga faktor yang memicu peningkatan cadev pada Oktober 2019. Di antaranya, adanya penerbitan global bond pemerintah, penerimaan devisa migas, dan penerimaan valas lainnya.

Pihaknya pun optimistis, besaran cadev ke depan akan tetap memadai. “Karena didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik,” urainya.

Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Alexander Sugandi menyatakan penerbitan global bond oleh pemerintah, jumlahnya cukup besar sehingga mampu mendongkrak cadev. Penerbitan bond berdenominasi USD itu mencapai USD 1 miliar, selain itu pemerintah juga menerbitkan Euro Bond sebesar EUR 1 miliar.

“Di samping itu, inflows ke bursa saham dan pasar bond sekunder bulan lalu juga cukup besar. Inflows ini juga dipengaruhi relatif stabilnya kondisi politik menjelang dan sesudah pelantikan presiden dan kabinetnya,” paparnya saat dihubungi, Kamis.

Baca Juga:  BPR Pekanbaru Raih BUMD Award 2021

Eric melanjutkan, di sisi lain kondisi Rupiah juga cukup stabil, bahkan sempat menguat bulan lalu. “Sehingga intervensi jual USD di pasar valas oleh BI juga relatif terbatas,” lanjutnya.

Sampai akhir tahun, Eric memperkirakan cadev masih bisa mengalami penguatan walau tipis. Namun, dengan catatan jika tidak ada goncangan dari faktor eksternal yang menekan rupiah secara signifikan.

“Mungkin cadev bisa di kisaran USD 128-130 miliar sampai akhir tahun jika tidak ada tekanan eksternal,” imbuhnya.

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari