Kamis, 12 September 2024

Defisit APBN 2020 Bisa Tembus Rp853 Triliun

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, wabah virus corona menyebabkan perubahan signifikan terhadap pendapatan dan belanja negara. Penerimaan negara baik dari pajak maupun penerimaan bukan pajak diperkirakan tidak tercapai.

Menurut perhitungan, Ani – sapaan Sri Mulyani– pendapatan negara akan turun 10 persen. Sementara itu, belanja negara meningkat drastis karena langkah-langkah pemerintah dalam merespons wabah Covid-19.

"Dengan belanja yang naik (sementara penerimaan turun), maka defisit diperkirakan di angka 5 persen," kata Ani dalam video conference, Selasa (7/4).

Peningkatan belanja pemerintah terbesar adalah untuk kesehatan, stimulus ekonomi, serta jaring pengaman sosial (social safety net). Ani menyebut pemerintah telah menambah belanja kesehatan sebesar Rp75 triliun. Sementara, belanja social safety net ditambah Rp110 triliun, di luar yang eksisting.

- Advertisement -
Baca Juga:  Demam Makanan Korea Masih Nge-HITS di Pekanbaru, hingga Rela Antrian

Lebih lanjut, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menuturkan, defisit yang di atas tiga persen dari PDB tersebut sudah diakomodasi dalam Perppu. Ani menyampaikan, dalam UU APBN 2020 sendiri, defisit anggaran didesain 1,76 persen dari PDB, atau setara Rp307,2 triliun.

"Apabila skenario baseline terjadi, defisit 5 persen, artinya defisit ini meningkat menjadi Rp853 triliun," terang Ani.

- Advertisement -

Meski begitu, lanjutnya, pemerintah akan berupaya menekan defisit tetap di bawah 5 persen dari PDB. Pemerintah terus melakukan refocusing anggaran untuk penanganan Covid-19. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun telah menginstruksikan pemerintah daerah untuk melakukan penyesuaian APBD.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, wabah virus corona menyebabkan perubahan signifikan terhadap pendapatan dan belanja negara. Penerimaan negara baik dari pajak maupun penerimaan bukan pajak diperkirakan tidak tercapai.

Menurut perhitungan, Ani – sapaan Sri Mulyani– pendapatan negara akan turun 10 persen. Sementara itu, belanja negara meningkat drastis karena langkah-langkah pemerintah dalam merespons wabah Covid-19.

"Dengan belanja yang naik (sementara penerimaan turun), maka defisit diperkirakan di angka 5 persen," kata Ani dalam video conference, Selasa (7/4).

Peningkatan belanja pemerintah terbesar adalah untuk kesehatan, stimulus ekonomi, serta jaring pengaman sosial (social safety net). Ani menyebut pemerintah telah menambah belanja kesehatan sebesar Rp75 triliun. Sementara, belanja social safety net ditambah Rp110 triliun, di luar yang eksisting.

Baca Juga:  Tiket Pesawat Bakal Turun 50 Persen, Simak Hari dan Jamnya

Lebih lanjut, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menuturkan, defisit yang di atas tiga persen dari PDB tersebut sudah diakomodasi dalam Perppu. Ani menyampaikan, dalam UU APBN 2020 sendiri, defisit anggaran didesain 1,76 persen dari PDB, atau setara Rp307,2 triliun.

"Apabila skenario baseline terjadi, defisit 5 persen, artinya defisit ini meningkat menjadi Rp853 triliun," terang Ani.

Meski begitu, lanjutnya, pemerintah akan berupaya menekan defisit tetap di bawah 5 persen dari PDB. Pemerintah terus melakukan refocusing anggaran untuk penanganan Covid-19. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun telah menginstruksikan pemerintah daerah untuk melakukan penyesuaian APBD.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari