JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Nilai tukar dolar AS (USD) terhadap rupiah melemah. Bloomberg Market Spot Rate mencatatkan Rp14.562,5 per USD, kemarin.
Dalam sepekan lalu, USD terus bergerak ke bawah terhadap mata uang Garuda. Tercatat, menga-lami pelemahan hingga 0,8 persen. Analis pasar modal Hans Kwee menilai, pelemahan itu akibat perubahan pendekatan kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) yang membuat suku bunga rendah ketika inflasi naik.
"Secara umum bunga yang rendah akan mendorong nilai tukar sebuah negara cenderung melemah jangka panjang. Ditambah likuiditas USD yang tinggi. Seharusnya, rupiah mampu memanfaatkan momen jangka panjang itu untuk menguat," kata Hans kepada Jawa Pos (JPG), kemarin (31/8).
Sementara itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat dibuka hijau. Naik 9,344 poin (0,17 persen) ke 5.356,003. Namun, usai jeda pergerakan IHSG anjlok 2,02 persen di level 5.238,49. Hans menuturkan, pelaku pasar cenderung berhati-hati di tengah kenaikan angka pasien SARS-CoV-2. Dalam tiga hari terakhir, kasus baru Covid-19 memecahkan rekor baru berturut-turut.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, penambahan kasus Covid-19 menembus angka 3 ribu per hari pada 28 dan 29 Agustus. Masing-masing 3.003 dan 3.308 kasus. Menutup Agustus, terjadi penambahan sebanyak 2.743 kasus kemarin.
"Perpanjangan masa transisi PSBB DKI Jakarta menguatkan sentimen perekonomian nasional kuartal III masih terkontraksi. Memperbesar kemungkinan Indonesia masuk jurang resesi," beber Direktur Anugerah Mega Investama itu.
Sekretaris Bursa Efek Indonesia Yulianto Aji Sadono mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp64 miliar di pasar reguler kemarin. Dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp11,3 miliar.
"Saham yang paling banyak dilego asing adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)," terangnya.(han/jpg)