JAKARTA (RIAUPOS.CO) — ”Dukung Hongkong, berjuang untuk kebebasan”. Penggalan lagu itu terus dinyanyikan demonstran di Hongkong kemarin (29/9). Ribuan orang turun ke jalan menjelang peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada 1 Oktober.
Demonstran melabelinya sebagai A Day of Grief alias Hari Berdukacita. ”Banyak pemuda yang merasa tidak akan punya masa depan karena kekuatan Tiongkok,” ujar Andy Yeung, seorang demonstran.
Aksi bertajuk anti-totalitarian tersebut juga digelar di Taiwan dan Australia. Rencananya demo diadakan di 40 lokasi berbeda di Eropa dan Amerika Utara. Massa juga berencana kembali turun ke jalan saat A Day of Grief. Larangan sudah dikeluarkan, tapi demonstran tidak akan menggubris.
Kemarin demo berlangsung ricuh. Sama dengan sehari sebelumnya (28/9). Bahkan, itu merupakan demo yang paling rusuh selama sepekan terakhir. Tembakan gas air mata, water cannon, dan peluru karet bertebaran di mana-mana. Polisi juga menembakkan peluru yang mengeluarkan tinta biru untuk menandai para demonstran. Puluhan demonstran akhirnya ditangkap.
Agence France-Presse melaporkan, seorang pria bertopeng memukuli massa prodemokrasi di Distrik Wan Chai dengan tongkat panjang. Belum diketahui apakah dia polisi yang tak berseragam atau preman sewaan. Salah seorang awak media dari Indonesia menjadi korban. Dia terkena peluru polisi di bagian wajah, tepatnya di sekitar mata kanan.
Pihak Konsulat Jenderal RI di Hongkong membenarkan adanya laporan seorang wartawan Indonesia yang diduga terkena tembakan peluru karet kepolisian Hongkong. Wartawan tersebut bernama Veby Mega Indah dari koran Suara Hongkong. Saat itu dia sedang meliput unjuk rasa di Wan Chai. ”Berdasar pantauan kami, yang bersangkutan telah mendapat perawatan dari tim medis dan dilarikan ke rumah sakit. Dia (Veby, Red) dalam keadaan sadar,” terang Konsul Jenderal RI Hongkong Ricky Suhendar kepada Jawa Pos tadi malam.
Dia sudah berkoordinasi dengan otoritas setempat dan rekan-rekan wartawan di Hongkong untuk memastikan kondisi korban. ”Kami juga siapkan bantuan dan pendampingan untuk korban,” katanya.
Ricky mengimbau seluruh WNI di Hongkong untuk menghindari lokasi-lokasi unjuk rasa. Khususnya saat akhir pekan. Di antaranya, Causeway Bay, Wan Chai, Admiralty, dan Central.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal