AFGHANISTAN (RIAUPOS.CO) – Asap hitam masih mengepul di Green Village, Kabul, Afghanistan, Selasa (3/9). Puluhan mobil hangus dan permukiman luluh lantak menjadi saksi serangan Taliban Senin malam (2/9). Total 16 orang dilaporkan tewas dan 119 lainnya luka-luka. Itu serangan mematikan Taliban kali ketiga dalam beberapa hari terakhir.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Nasrat Rahimi mengungkapkan bahwa ledakan berasal dari traktor bermuatan bahan peledak yang diparkir di Green Village. Taliban juga mengirim lima prajuritnya untuk menyerang area yang digunakan untuk organisasi kemanusiaan, baik lokal maupun internasional.
“Tetapi, pasukan keamanan berhasil menembak mati mereka sebelum mendekati area tersebut,” ujar Rahimi sebagaimana dikutip Agence France-Presse.
Miris. Serangan tersebut terjadi hampir bersamaan saat stasiun televisi Tolo News menyiarkan wawancara dengan utusan khusus AS untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad. Dia membahas kemungkinan kesepakatan damai antara AS dan Taliban yang pernah dibahas di Doha, Qatar. Khalilzad berada di Kabul untuk mendiskusikan proposal tersebut dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.
“Jika situasinya berjalan sesuai dengan kesepakatan, kami akan pergi dalam 135 hari,” ujar Khalilzad.
Saat ini terdapat sekitar 14 ribu anggota pasukan AS di Afghanistan. Presiden AS Donald Trump pekan lalu menyatakan bahwa dirinya tidak akan menarik seluruh pasukan meski nanti kesepakatan dengan Taliban tercapai. Bakal ada 8.600 tentara yang tetap ditempatkan di negara tersebut. Itu berarti prajurit yang bakal ditarik pulang dari lima pangkalan AS di Afghanistan sekitar 5.400 orang.
Sebagai ganti penarikan pasukan itu, Taliban harus memutus hubungan dengan kelompok militan Al Qaeda. Selain itu, mereka harus bernegosiasi dengan pemerintah Afghanistan untuk melakukan gencatan senjata.
Selama ini Taliban hanya mau berdialog dengan AS tanpa melibatkan pemerintah Afghanistan. Mereka juga harus menjamin keamanan penduduk. AS berharap agar perang 18 tahun di negara tersebut segera berakhir.
Kesepakatan Taliban-AS mendekati final. Namun, Taliban justru kian brutal. Kekerasan yang mereka lakukan terus meningkat. Sabtu (31/8) Taliban berusaha mengambil alih Kunduz. Keesokan harinya mereka ganti menyerang Kota Pul-e Khumri.
“Kekerasan, tampaknya, bakal terus berlangsung,” tegas pakar Taliban Rahimulah Yusufzai.
Dia mengungkapkan bahwa Taliban sengaja unjuk kekuatan. Sebab, mereka selama ini berpikir kekuatan militernya yang membuat AS mau membuka dialog. Taliban akan terus menyerang hingga mendapatkan keinginannya.
Terlepas dari sikap Taliban, NATO menyatakan bahwa pihaknya sepenuhnya mendukung upaya perdamaian di Afghanistan. Namun, mereka juga tak terima terhadap serangan Taliban. Hal itu disampaikan Sekjen NATO Jens Stoltenberg setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Brussels, Belgia. NATO mengakhiri misi tempurnya di Afghanistan pada 2014 dan hanya menyisakan pasukan untuk melatih tentara lokal.
“Saya mengecam serangan mengerikan baru-baru ini dan NATO tetap berkomitmen untuk mendukung pasukan Afghanistan,” cuit Stoltenberg.
– Pada 7 Oktober 2001, pasukan koalisi pimpinan AS menginvasi Afghanistan setelah Taliban menolak untuk menyerahkan pimpinan Al Qaeda Osama bin Laden.
– Desember 2001, Taliban dikalahkan dan menjadi kelompok pemberontak.
– Pada 2014, misi tempur pasukan koalisi berakhir. Pasukan yang tersisa hanya bertugas melatih tentara Afghanistan. Khusus pasukan AS, mereka masih melakukan serangan udara.
– Taliban terus menguat. Tahun lalu Taliban aktif di 70 persen wilayah Afghanistan.
– Sebanyak 3.500 anggota pasukan koalisi dinyatakan tewas di Afghanistan sejak invasi, lebih dari 2.300 di antaranya tentara AS.
– The Watson Institute, Brown University, menyatakan, total personel keamanan yang tewas mencapai 58 ribu orang, sedangkan kombatan oposisi 42 ribu orang.
– Februari lalu PBB mengungkap bahwa 32 ribu penduduk sipil tewas akibat perang di Afghanistan dalam satu dekade terakhir.
– Saat ini ada sekitar 14 ribu personel militer AS di Afghanistan. Selain itu, ada 11 ribu penduduk sipil AS yang bekerja sebagai kontraktor.
Sumber: jawapos.
Editor: Deslina