WASHINGTON (RIAUPOS.CO) – Amerika Serikat (AS) mendakwa Apollo Carreon Quiboloy, pendiri gereja asal Filipina, yang juga merupakan sekutu Presiden Rodrigo Duterte, atas tuduhan menyelundupkan perempuan dan memaksa mereka berhubungan seksual.
Dalam surat dakwaannya, pihak berwenang AS menuding Quiboloy menyusun skema penggalangan dana untuk yayasan yang berbasis di California tersebut.
Dana yang terkumpul kemudian digunakan untuk merekrut korban. Para perempuan itu lantas dibawa dari Filipina untuk bekerja di salah satu gereja di AS yang bernama Kerajaan Yesus Kristus, Nama di Atas Segala Nama (KOJC).
Para anggota KOJC menyebut pria Filipina berusia 71 tahun itu sebagai "Anak Tuhan yang Terpilih." Para korban yang yang rata-rata berusia 12-25 tahun itu bekerja sebagai asisten pribadi atau pastoral untuk "Anak Tuhan" tersebut.
"Korban menyiapkan makanan Quiboloy, membersihkan rumahnya, memijat, dan diwajibkan berhubungan seks dengan Quiboloy yang disebut pastoral sebagai 'tugas malam,'" demikian pernyataan Kementerian Kehakiman AS yang dikutip AFP.
"Terdakwa Quiboloy dan pejabat KOJC lainnya memaksa para pastoral melakukan 'tugas malam' yang merupakan seks dengan Quiboloy dengan ancaman kekerasan fisik dan verbal, juga kutukan abadi."
Para korban yang menjalankan "tugas" itu diganjar dengan "makanan enak, kamar hotel mewah, perjalanan ke tempat-tempat pariwisata, dan bayaran tunai setiap tahun berdasarkan performa."
Uang untuk membayar para korban tersebut ditarik dari dana yang dihimpun para pekerja di yayasan KOJC di Amerika Serikat.
Berdasarkan surat dakwaan, Quiboloy dan rekan-rekannya sudah menjalankan praktik ini setidaknya selama 16 tahun hingga 2018 lalu.
Dakwaan ini merupakan tindak lanjut dari dakwaan sebelumnya yang sudah menjerat total sembilan orang. Tiga di antaranya sudah ditahan di AS pada Kamis (18/11).
Saat ini, Quiboloy sendiri diduga berada di Davao, Filipina, bersama dua orang lainnya yang juga masuk dalam daftar dakwaan.
Sumber: AFP/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun