JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Satu per satu penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air PK-CLC pada 9 Januari lalu terkuak. Pesawat dengan nomor penerbangan SJ182 itu disebut mengalami kendala pada tuas penambah daya otomatis (autothrottle).
Hal itu tertuang dalam laporan awal Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kemarin (10/2). Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengungkapkan, berdasar flight data recorder (FDR), autopilot berada dalam kondisi aktif (engaged) beberapa saat setelah lepas landas.
Pada ketinggian 8.150 kaki, pesawat mengalami anomali pertamanya. Tuas autothrottle atau pengatur penambah daya mesin pesawat sebelah kiri bergerak ke belakang. Akibatnya, tenaga mesin sebelah kiri berkurang. "Sementara itu, tenaga mesin yang kanan tetap," jelas Nurcahyo dalam paparan KNKT kemarin.
Pada ketinggian 10.600 kaki, tuas autothrottle kembali bergerak mundur. Pukul 14.39 WIB, petugas ATC memberikan instruksi agar pesawat naik ke ketinggian 13.000 kaki. Itu adalah komunikasi terakhir antara pilot dan ATC. Sriwijaya PK-CLC mencatat ketinggian maksimal 10.900 kaki pukul 14.40 WIB sebelum kehilangan ketinggian.
FDR menunjukkan bahwa autopilot sudah tidak aktif (disengaged) dan arah pesawat menuju ke 016 derajat. Pesawat berada pada posisi hidung naik (pitch up) dan miring ke kiri (roll). Dalam posisi tersebut, FDR juga menunjukkan bahwa tuas throttle sebelah kiri kembali bergerak ke belakang.
Pukul 14.40 lewat 10 detik, FDR mencatat bahwa autothrottle sudah tidak aktif. Pesawat diketahui sedang menunduk (pitch down). "Sekitar 20 detik kemudian, FDR berhenti merekam data," ungkap Nurcahyo.
Soal penyebab anomali tuas throttle, dia mengatakan bahwa KNKT belum bisa memberikan jawaban. Sebab, autothrottle mendapat input dari 13 instrumen yang berbeda. Belum tentu sistem autothrottle yang bermasalah.
"Bisa saja gejalanya muncul di tuas throttle, tapi masalahnya bersumber dari instrumen lain. Soal kenapa pilot tidak bisa recover juga masih jadi pertanyaan kami," imbuhnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi