TEL AVIV (RIAUPOS.CO) – Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, mengungkap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak punya keinginan membahas perdamaian dengan Palestina.
Pernyataan itu disampaikan Lapid kepada AFP terkait penandatanganan kesepakatan perdamaian Israel dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain di Gedung Putih, Amerika Serikat, Selasa (15/9/2020).
UEA meneken perjanjian damai dengan Israel dengan imbalan negara Yahudi itu menunda rencana pencaplokan Tepi Barat, Palestina. UEA juga tetap mendukung solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina.
"Pemerintahan ini tidak punya keinginan membicarakan apa pun dengan Palestina," kata Lapid.
Dia menyambut baik normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab, namun mendorong agar permbicaraan damai dengan Palestina dilanjutkan.
"Pemerintah saat ini mengatakan telah mencapai kesepakatan dengan negara-negara Sunni moderat tanpa membayar harga negosiasi dengan Palestina. Apa yang ingin saya katakan adalah itu bukan soal harga. Ini kepentingan Israel," katanya.
Netanyahu terbang ke Washington DC beberapa saat setelah mengumumkan lokcdown nasional kedua terkait lonjakan wabah virus corona. Israel menjadi negara pertama di dunia yang menerapkan lockdown nasional untuk kedua kali.
Lebih lanjut Lapid menilai langkah lockdown tersebut menunjukkan kegagalan total pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid-19.
"Ini langkah yang sangat agresif, menghancurkan ekonomi dan tidak terlalu membantu dalam hal menghentikan epidemi," tuturnya.
Selama dua pekan terakhir, Israel berada di urutan kedua dunia, di bawah Bahrain, untuk peningkatan kasus infeksi virus corona berdasarkan populasi.
"Satu-satunya alasan pemerintah kami memutuskan melakukan lockdown kedua adalah mereka benar-benar kalah," kata Lapid.
Sumber: AFP/Asia One/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun