- Advertisement -
Menurut WHO, Infertilitas adalah gangguan sistem reproduksi yang menyebabkan kegagalan untuk mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih dengan berhubungan intim secara teratur (2-3 kali seminggu) tanpa menggunakan kontrasepsi.
Ada 2 jenis infertilitas. Infertilitas primer adalah infertilitas dalam pasangan yang belum pernah hamil sama sekali. Sedangkan Infertilitas sekunder adalah kegagalan untuk hamil setelah kehamilan sebelumnya. Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik (suami dan istri) yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.
- Advertisement -
Infertilitas dapat disebabkan oleh infeksi pada pria atau wanita, tetapi seringkali tidak ditemukan adanya penyebab mendasar yang jelas. Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena gaya hidup yang penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan yang tidak seimbang. Infertilitas dapat terjadi dari sisi pria atau wanita maupun pasangan. Disebut infertilitas pasangan bila terjadi penolakan sperma suami oleh istri sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan sel telur. Hal ini biasanya disebabkan oleh ketidaksesuaian antigen/ antibodi pasangan tersebut.
Berdasarkan data Evaluasi Demographic and Health Surveys (DHS) yang dilakukan WHO pada 2004 diperkirakan lebih dari 186 juta wanita usia subur (WUS) di negara berkembang yang pernah menikah, mengalami infertilitas. Angka ini setara dengan satu dari setiap empat pasangan usia subur (PUS) usia 15-49 tahun. Selain itu, WHO memperkirakan sekitar 50-80 juta pasutri atau satu dari tujuh pasangan bermasalah dengan kesuburannya. Setiap tahun akan muncul 2 juta pasutri dengan masalah yang sama.
Di Indonesia, dari 67 juta PUS, sebanyak 5-10% atau 8 juta mengalami infertilitas atau gangguan kesuburan yang membuat mereka sulit mendapatkan anak. Hal itu berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), prevalensi infertilitas di Indonesia meningkat setiap tahun. Pada 2013, tingkat prevalensi adalah 15-25% dari semua pasangan (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data dari Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (Perfitri) pada 2017, terdapat 1.712 pria dan 2.055 wanita yang mengalami infertilitas. Angka kejadian infertilitas pada perempuan usia 30 – 34 tahun 15 persen, pada usia 35-39 tahun 30 persen dan pada usia 40 – 44 tahun adalah 55 persen. Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
- Advertisement -
Bayi Tabung
Bayi tabung adalah salah satu teknik reproduksi berbantu yang paling maju. Pertama kali di mulai di Inggris tahun 1978 dengan lahirnya Louis Brown, bayi hasil bayi tabung pertama di dunia. Sejak itu bayi tabung berkembang dengan sangat pesat.
Menurut WHO, Infertilitas adalah gangguan sistem reproduksi yang menyebabkan kegagalan untuk mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih dengan berhubungan intim secara teratur (2-3 kali seminggu) tanpa menggunakan kontrasepsi.
Ada 2 jenis infertilitas. Infertilitas primer adalah infertilitas dalam pasangan yang belum pernah hamil sama sekali. Sedangkan Infertilitas sekunder adalah kegagalan untuk hamil setelah kehamilan sebelumnya. Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik (suami dan istri) yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.
- Advertisement -
Infertilitas dapat disebabkan oleh infeksi pada pria atau wanita, tetapi seringkali tidak ditemukan adanya penyebab mendasar yang jelas. Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena gaya hidup yang penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan yang tidak seimbang. Infertilitas dapat terjadi dari sisi pria atau wanita maupun pasangan. Disebut infertilitas pasangan bila terjadi penolakan sperma suami oleh istri sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan sel telur. Hal ini biasanya disebabkan oleh ketidaksesuaian antigen/ antibodi pasangan tersebut.
Berdasarkan data Evaluasi Demographic and Health Surveys (DHS) yang dilakukan WHO pada 2004 diperkirakan lebih dari 186 juta wanita usia subur (WUS) di negara berkembang yang pernah menikah, mengalami infertilitas. Angka ini setara dengan satu dari setiap empat pasangan usia subur (PUS) usia 15-49 tahun. Selain itu, WHO memperkirakan sekitar 50-80 juta pasutri atau satu dari tujuh pasangan bermasalah dengan kesuburannya. Setiap tahun akan muncul 2 juta pasutri dengan masalah yang sama.
- Advertisement -
Di Indonesia, dari 67 juta PUS, sebanyak 5-10% atau 8 juta mengalami infertilitas atau gangguan kesuburan yang membuat mereka sulit mendapatkan anak. Hal itu berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), prevalensi infertilitas di Indonesia meningkat setiap tahun. Pada 2013, tingkat prevalensi adalah 15-25% dari semua pasangan (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data dari Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (Perfitri) pada 2017, terdapat 1.712 pria dan 2.055 wanita yang mengalami infertilitas. Angka kejadian infertilitas pada perempuan usia 30 – 34 tahun 15 persen, pada usia 35-39 tahun 30 persen dan pada usia 40 – 44 tahun adalah 55 persen. Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Bayi Tabung
Bayi tabung adalah salah satu teknik reproduksi berbantu yang paling maju. Pertama kali di mulai di Inggris tahun 1978 dengan lahirnya Louis Brown, bayi hasil bayi tabung pertama di dunia. Sejak itu bayi tabung berkembang dengan sangat pesat.