(RIAUPOS.CO) – Sampai sekarang Kementerian Agama (Kemenag) belum menerbitkan ketentuan new normal di lingkungan pesantren. Padahal sudah banyak pesantren yang kembali menerima para santrinya setelah liburan. Kemenag berupaya pembelajaran di pesantren untuk sementara dilakukan secara online.
Plt Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Imam Safe’i menuturkan pembahasan edaran new normal di lingkungan pesantren masih dalam pembahasan. Dia belum bisa memastikan kapan edaran ini dikeluarkan. ’’Mudah-mudahan secepatnya. Satu dua hari ke depan,’’ katanya, Selasa (9/6).
Plt Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag Kamaruddin Amin membenarkan bahwa sampai sekarang edaran new normal pesantren masih sedang finalisasi. Pada intinya mereka berharap supaya pesantren yang telah memulangkan santrinya agar tetap tidak pulang kembali ke pondok dahulu. Kemudian pesantren mengupayakan pembelajaran secara online.
’’Yang santrinya masih di pondok dan tidak pulang, agar dilaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan protokol kesehatan,’’ katanya. Kemudian pesantren membentuk gugus tugas sendiri. Dalam pelaksanannyaan, gugus tugas tingkat pesantren itu berkoordinasi dengan gugus tugas pemerintah daerah setempat.
Kamarudin menjelaskan Gugus Tugas Covid-19 yang ada di pesantren juga harus terus berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Supaya bisa memastikan pesantren aman dari Covid-19. ’’Kami sedang mengupayakan untuk memberi afirmasi kepada pesantren dalam bentuk bantuan operasional pesantren dan bantuan pembelajaran daring,’’ jelasnya.
Kemenag juga komunikasi dengan Kementerian Sosial (Kemensos) serta Kementerian Desan (Kemendes) untuk membantu para ustand di pesantren melalui bantuan langsung tunai (BLT).
Urusan pembelajaran di pesantren sebelumnya juga sempat disinggung oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Dia mengatakan rencananya ketentuan new normal pesantren dibahas pemerintah Rabu (10/6) hari ini. Dia mengatakan secara umum kondisi pesantren berbeda dengan lembaga pendidikan umum seperti sekolah.
Sebab santri di pesantren umumnya menetap di pesantren. Untuk itu pesantren harus memastikan santrinya tidak keluar masuk lingkungan pesantren. Sehingga bisa mencegah terjadinya penularan Covid-19. Kemudian jika ada pesantren yang sudah menerima kembali santrinya, seluruh santrinya harus dilakukan cek Covid-19.
Dia tidak ingin pesantren menjadi pusat penularan Covid-19. Begitupun bagi pesantren yang belum menerima santri, sebaiknya lingkungan pesantrennya untuk disterilkan terlebih dahulu. Sehingga nanti ketika para santri sudah kembali ke pesantren, lebih aman dari potensi penularan Covid-19.
Kemendikbud memastikan tahun ajaran baru akan dimulai bulan depan. ’’Tahun ajaran baru di Indonesia ini seperti tahun-tahun sebelumnya, dimulai di Senin ketiga Juli,’’ terang Kabiro Kerja Sama dan Humas Kemendikbud Evi Mulyani. Namun, bukan berarti kegiatan belajar mengajar akan langsung dilakukan secara tatap muka di sekolah.
Nanti proses belajar mengajar tetap menggunakan sistem jarak jauh. Baik online maupun lewat televisi dan radio. Pihaknya masih harus mengkaji secara komprehensif dan berkoordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (GTPPC) tentang proses belajar siswa nantinya. ’’Kami mengutamakan kesehatan dan keselamatan insan pendidikan,’’ lanjutnya.
Pandemi Covid-19, tutur Evi, justru meningkatkan penggunaan teknologi dalam sistem belajar mengajar. Dia tidak menampik masih ada daerah yang belum mampu menjangkau teknologi. Namun, kondisi pandemi pada akhirnya memaksa mereka untuk cepat beradaptasi dnegan teknologi. Pihaknya yakin dampaknya akan positif kepda dunia pendidikan. (wan/byu/das)
Laporan JPG, Jakarta