Jumat, 20 September 2024

Petani Bungaraya Harapkan Bantuan Traktor

Panen raya cabai merah di Kampung Langsat Permai, Bungaraya, sebagai daerah penghasil cabai untuk Kabupaten Siak, diwarnai kesedihan karena harga cabai sampai pada titik terendah yaitu Rp7.000 per kilogramnya.

(RIAUPOS.CO) – Meski harga itu tidak berlangsung lama, setelahnya rata-rata di angka Rp12 ribu, namun harga Rp12 ribu itu juga tidak bisa mendongkrak hasil panen.

Demikian dikatakan Penghulu Langsat Permai Pujianta, beberapa hari lalu. Panen raya baru saja berlangsung dan cabai yang dihasilkan sangat maksimal, namun bermasalah pada harga jual.

“Kami memiliki 40 hektare kebun cabai yang dikelola oleh kelompok tani. Cabai-cabai itu dijual ke sejumlah kabupaten/kota di Riau, bahkan provinsi tetangga. Hal itu membuat ekonomi warga saya semakin membaik,” ungkap penghulu.

- Advertisement -
Baca Juga:  Dirut Pertamina Bantah Kabar Pertalite Tak Dijual Lagi

Sejauh ini, hanya ada sekitar 33 kepala keluarga penerima beras sejahtera (rastra) dari 400 kepala keluarga. Selebihnya ekonomi warga cukup bagus dengan mata pencarian dari bertani cabai dan holtikultura lainnya, termasuk padi.

Petani sadar, jatuhnya harga cabai dampak Covid-19. Sehingga kesedihan petani tidak berlama lama. Bahkan saat ini, petani mulai menanam cabai lagi dengan melakukan kredit usaha rakyat (KUR). “Situasi ini, membuat petani yang terdiri dari tiga kelompok tani mendapat keringanan dalam hal dipermudah prosesnya,” ungkapnya.

- Advertisement -

Lebih jauh dikatakannya, untuk mendukung para petani dalam menghasilkan tanaman berkualitas, pihaknya sangat mengharapkan traktor dari Pemkab Siak.

Menurutnya traktor ini sangat penting, selain untuk mempermudah kerja petani. Traktor ini juga akan menjadi salah satu aset desa dan Pemkab Siak dapat memantau pemanfaatannya.

Baca Juga:  Kemungkinan Fleksibilitas Dana BOS Dilanjutkan

Lebih jauh dikatakannya, pihaknya sudah melakukan alih fungsi lahan 20 hektare dari sawit ke kebun palawija. Sementara sebelumnya ada 60-70 hektare yang sudah dialihfungsikan.

“Kami juga memanfaatkan para ibu untuk memanen dan mengisi bibit ke tempatnya. Para ibu juga sudah memproduksi saus dengan berbagai rasa,” ungkap Pujianta.(adv)

 

 

   

Panen raya cabai merah di Kampung Langsat Permai, Bungaraya, sebagai daerah penghasil cabai untuk Kabupaten Siak, diwarnai kesedihan karena harga cabai sampai pada titik terendah yaitu Rp7.000 per kilogramnya.

(RIAUPOS.CO) – Meski harga itu tidak berlangsung lama, setelahnya rata-rata di angka Rp12 ribu, namun harga Rp12 ribu itu juga tidak bisa mendongkrak hasil panen.

Demikian dikatakan Penghulu Langsat Permai Pujianta, beberapa hari lalu. Panen raya baru saja berlangsung dan cabai yang dihasilkan sangat maksimal, namun bermasalah pada harga jual.

“Kami memiliki 40 hektare kebun cabai yang dikelola oleh kelompok tani. Cabai-cabai itu dijual ke sejumlah kabupaten/kota di Riau, bahkan provinsi tetangga. Hal itu membuat ekonomi warga saya semakin membaik,” ungkap penghulu.

Baca Juga:  Energica Siap Bersaing di Indonesia

Sejauh ini, hanya ada sekitar 33 kepala keluarga penerima beras sejahtera (rastra) dari 400 kepala keluarga. Selebihnya ekonomi warga cukup bagus dengan mata pencarian dari bertani cabai dan holtikultura lainnya, termasuk padi.

Petani sadar, jatuhnya harga cabai dampak Covid-19. Sehingga kesedihan petani tidak berlama lama. Bahkan saat ini, petani mulai menanam cabai lagi dengan melakukan kredit usaha rakyat (KUR). “Situasi ini, membuat petani yang terdiri dari tiga kelompok tani mendapat keringanan dalam hal dipermudah prosesnya,” ungkapnya.

Lebih jauh dikatakannya, untuk mendukung para petani dalam menghasilkan tanaman berkualitas, pihaknya sangat mengharapkan traktor dari Pemkab Siak.

Menurutnya traktor ini sangat penting, selain untuk mempermudah kerja petani. Traktor ini juga akan menjadi salah satu aset desa dan Pemkab Siak dapat memantau pemanfaatannya.

Baca Juga:  DPR Terima Nama Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo Calon Tunggal Kapolri

Lebih jauh dikatakannya, pihaknya sudah melakukan alih fungsi lahan 20 hektare dari sawit ke kebun palawija. Sementara sebelumnya ada 60-70 hektare yang sudah dialihfungsikan.

“Kami juga memanfaatkan para ibu untuk memanen dan mengisi bibit ke tempatnya. Para ibu juga sudah memproduksi saus dengan berbagai rasa,” ungkap Pujianta.(adv)

 

 

   

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari