PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — HANYA doa yang bisa dipanjatkan Usma kepada Allah SWT untuk anaknya Rio Alfi, menantunya Riza Delviani dan sang cucu Raffifatu Rayya Rabbani. Sebagaimana diketahui keluarga kecil itu merupakan tiga dari enam warga Riau yang berada di Wuhan (Cina). Wilayah yang terdampak novel Coronavirus (2019-nCoV) atau Virus Corona.
Perempuan 60 tahun itu berharap anak, menantu, dan cucunya selalu dalam kondisi sehat dan secepatnya pulang ke Pekanbaru. Ditemui di rumahnya di Jalan Cut Dik Tiro, Kecamatan Pekanbaru Kota, raut wajah Usma tampak terlihat sedih begitu keluar dari kamar ketika menyambut kedatangan Riau Pos.
"Saya berharap Rio dengan istri dan anaknya sehat-sehat saja. Dan secepatnya pulang ke Pekanbaru," kata perempuan yang akrab disapa Ema itu, Senin (27/1) malam.
Diceritakan Ema, Rio berangkat ke Wuhan pada 2016 untuk melanjutkan S2 usai mendapatkan beasiswa di China University jurusan psikologi. Selang satu tahun kemudian, anak pertama Usma dan Yonarsis (61) itu memboyong Riza Delviani yang juga mendapatkan beasiswa di universitas yang sama. Sebelum memboyong istrinya dan anaknya ke Wuhan, Rio pulang ke Pekanbaru setiap setahun sekali. Akan tetapi, kini sulung dari empat bersaudara itu hanya pulang setahun sekali ketika libur semester.
"Terakhir pulang Januari 2019. Dia bulan Juni tahun ini akan wisuda," kata Ema.
Kendati terpisah dengan jarak, komunikasi dengan anaknya tidak pernah putus. Bahkan, setiap hari dia selalu menelepon untuk mengetahui kondisi anak berserta menantu dan cucunya itu.
"Setiap hari nelepon. Kadang Rio yang telepon, kadang saya. Tadi (kemarin, red) barusan dia nelepon. Alhamdulillah kondisinya sama istri dan anak sehat," sebut ibu rumah tangga itu.
Kini lanjut Ema, dirinya hanya bisa berdoa agar buah hatinya secepat bisa pulang ke Tanah Air. Begitu pula dengan WNI lain yang berada di Cina.
"Saya berharap semoga cepat pulang. Saya doakan anak saya dan Warga Indonesia lainnya selalu sehat di sana," tutupnya.
Sementara itu mahasiswa Riau di Wuhan, Langen Nidhana Meisyalla (Aleph) berharap ada jaminan keselamatan dari penyebaran novel Coronavirus (2019-nCoV) di wilayah tersebut. Kabar terbaru, pemerintah Aceh telah memberikan dana bantuan sebesar 50 juta untuk mahasiswa asal Aceh yang bertahan di Wuhan. Mahasiswa lain juga menunggu kabar dari pemerintah daerah lainnya.
Namun menurut Aleph, sebagai bentuk perhatian hal ini memang baik, tapi jaminan keselamatan dari Virus Corona jauh lebih penting dari uang yang diberikan.
"Masalah utamanya bukan kekurangan uang, tapi kurangnya kepastian terhadap keselamatan dan kelangsungan hidup jika dalam waktu beberapa hari ke depan virus ini belum dapat dikendalikan penyebarannya," ungkap Aleph.
Dikatakan Aleph, kondisi terakhir mahasiswa Riau di Wuhan saat ini memilih stay di apartemen masing-masing. Hal ini merupakan imbauan KBRI dan kampus untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Apalagi di tempat ramai.
"Kami setiap hari tetap berkomunikasi dengan KBRI Beijing melalui Ketua Ranting Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok Wuhan (PPITW) untuk update perkembangan," kata Aleph.
Dia pun menjelaskan, berhubung wabah tersebut beredar bertepatan dengan Tahun Baru Cina, maka toko-toko terdekat pada tutup.
"Kalaupun ada yag buka mereka tidak menjual bahan makanan," tuturnya.
Beberapa kampus juga ada yang mengaktifkan kantin dan supermarketnya. Persediaan logistik berupa makanan di sana serba terbatas. Tentu dalam keadaan seperti itu, mereka harus mencari jalan untuk tetap menjaga keseimbangan asupan Gizi agar imun tetap terjaga sehingga berbagai virus tidak gampang menyerang tubuh. “Saya pribadi akan tetap berjuang untuk menghadapi virus ini, namun tentu ada batas-batas di mana tubuh sangat memerlukan asupan yang sempurna untuk bertahan dalam waktu lama,” katanya.
Pengawasan Mulai Diperketat
Diskes Kepulauan Meranti dan jajaran Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) memperketat pengawasan masuknya Virus Corona. Pengawasan yang semula hanya terpaku pada jalur datang kapal laut internasional dari Malaysia, kini mereka juga mulai mengawasi jalur lokal Kepri tujuan Meranti.
Pengawasan masih dengan cara yang sama menggunakan Thermal Scanner pemindai suhu tubuh penumpang dalam mengidentifikasi Virus Corona pada penumpang saat tiba di Pelabuhan Tanjung Harapan, Selatpanjang. Kepala Diskes Meranti dr Misri Mkes, kepada Riau Pos, Senin (27/1) siang. Langkah tersebut dilakukan untuk menghindari bobolnya pengawasan dari KKP Kepri. Dengan demikian, pengawasan terjadi secara berlapis, selain dari KKP Kepri, kini upaya itu juga dilakukan oleh KKP Selatpanjang bersama Dinas Kesehatan, dan pihak kepolisian setempat. Menurut Misri, inisiatif tersebut dilakukan setelah beredarnya kabar jika di Kepri terdapat suspect Corona.
"Ya, kami antisipasi saja. Kalau kemarin hanya fokus kepada jalur Malaysia-Meranti, sekarang, sejak hari ini (kemarin, red) kami juga fokus kepada jalur Kepri-Meranti," ungkapnya.
Dia memastikan saat ini belum ada suspect. Meski begiut, imbauan telah dikeluarkan kepada pihak pengelola hotel di Selatpanjang peka terhadap kesehatan tamu, terlebih dari luar negeri. Mengingat intensitas kedatangan WNA di Kepuluan Meranti sedang tinggi. "Kami imbau, kalau ada tamu asing yang demam, segera periksakan kesehatannya pada tenaga medis," pungkasnya.(*1/wir/hsb/sol/esi/ali/rpg/ted)