JAKARTA (RIAUPOS.CO) — "Virus" Negeri Gingseng sepertinya kian tak terbendung. Usai musik, drama, fashion kini giliran ranah sepakbola Indonesia dijangkiti romansa Korea Selatan.
Tapi tak perlu sensi dulu. Tak salah juga jika PSSI akhirnya memilih Shin Tae-yong jadi pelatih timnas. Tae-yong tiba di Jakarta, Kamis (26/12) sore. Dan rencananya akan diperkenalkan PSSI pada Sabtu (28/12) di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor. Tae-yong dijadwalkan sekaligus menyaksikan leg kedua final Liga 1 Putri antara PS Tira Persikabo dan Persib Bandung.
Ada sejumlah alasan. Sebut saja kultur sepakbola Korsel sudah lebih maju baik tingkat Asia maupun level dunia. Secara pribadi, sosok Tae-yong juga sarat pengalaman dan prestasi. Baik sebagai pemain maupun pelatih.
Usai gantung sepatu, ia sempat menjadi asisten manajer di Queensland Roar mulai 2005 hingga 2008. Tae-yong lalu memutuskan kembali ke Korea Selatan dan menjadi manajer Seoungnam Ilhwa di tahun 2010. Bersama klub berjuluk The Magpies itu, ia berhasil mempersembahkan Liga Champions Asia di tahun 2010. Setahun berikutnya, ia membawa Seongnam menjadi kampiun Piala Korea.
Tae-yong lalu ditarik menjadi pelatih timnas Korea Selatan U-23 di tahun 2014. Di tahun yang sama ia dipilih menjadi pelatih interim timnas senior, hingga Uli Stielike menduduki kursi pelatih kepala Taeguk Warriors. Tiga tahun berselang, Tae-yong ditunjuk sebagai pelatih Korsel menggantikan Stielike. Dia membawa Korsel lolos ke Piala Dunia 2018 dan tampil di fase grup.
Ia tak berhasil mengantarkan tim besutannya lolos dari babak grup, namun tim Negeri Ginseng itu membuat kejutan dengan mengalahkan Jerman 2-0.
Namun tugas Tae Yong bersama Indonesia nanti sepertinya tak sekadar hanya menjadi juru taktik tim senior. Ia mengungkapkan diberi tugas oleh PSSI untuk mengembangkan pemain muda. Hal ini berkaitan dengan Indonesia yang dipastikan bakal mentas di Piala Dunia U-20 2021. Indonesia akan menjadi tuan rumah di ajang yang berlangsung dua tahun sekali ini.
"Saya diminta oleh PSSI untuk mengembangkan sepakbola Indonesia secara keseluruhan. Saya ingin mengembangkan pemain muda dengan baik karena Piala Dunia U-20 bakal digelar di Indonesia," ujarnya.
Tae-yong mengaku belum mengetahui lebih dalam kekuatan Skuad Garuda. Ia hanya melihat kemampuan timnas dari beberapa pertandingan yang disaksikannya. Tapi satu aspek menjadi perhatiannya, yakni soal stamina.
"Saya rasa kami perlu melihat langsung bagaimana liga domestik dan pengembangan pemain muda di sana," ujar Tae-yong.
"Secara teknik saya tak terlalu menekankan, tetapi saya lihat ada penurunan kekuatan saat menonton pertandingannya. Di menit ke-65 atau ke-70 mereka sangat berbeda dengan babak pertama. Saya rasa tidak terlalu buruk mengetahui detail seperti itu," kata Shin.
Sumber internal Jawa Pos menyebutkan, program mantan gelandang timnas Korsel tersebut tak butuh waktu lama untuk diaplikasikan timnas. Beda dengan Luis Milla.
"Kalau Milla itu butuh waktu, dia mengembangkan permainan pemain, menerapkan filosofinya ke segala segmen, mulai klub hingga ujungnya timnas, nanti pemain eks Asian Games pasti yang banyak mendapat porsi di training camp," kata sumber tersebut.
Musim ini sejumlah klub Liga 1 mengeluh karena adanya training camp jangka panjang timnas. Namun, Tae-yong punya program yang sedikit berbeda. Ia tidak membutuhkan training camp jangka panjang. Dia hanya berfokus pada program fisik pemain. ’’Jadi, nanti dia memberi program fisik tiap bulannya kepada klub-klub untuk dilakukan. Lalu, tiap bulan dievaluasi," tuturnya.
"Dia juga hanya berjanji ambil waktu 5–10 hari untuk persiapan timnas, setelah itu diserahkan ke klub agar berkembang di kompetisi," katanya.(jpg)