Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Sehari, Konselor Tangani Dua Orang Pecandu Narkoba 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Lingkungan menjadi garda penentu jati diri. Jika salah pergaulan, siapapun bisa terperangkap dalam hal negatif, konsumsi narkoba misalnya. Tidak dipungkiri, karena gengsi ejekan teman, akhirnya mencoba lalu menjadi pecandu. Pencegahnya adalah rehabilitasi.

Menurut Kasi Rehabilitasi BNNK Pekanbaru Sandi Risto Aji, setiap pasien memiliki latar belakang berbeda, namun alasan klasik yang diungkapkan pasien hampir sama. “Rata-rata pasien mengonsumsi narkoba untuk menambah semangat kerja dan supaya beban hilang. Padahal sejatinya konsumsi narkoba itu candu yang berbahaya pada tubuh dan dapat mematikan,” jelasnya.

Dalam sehari seorang konselor maupun dokter yang menangani rehab bisa lebih dari dua orang. Setiap orangnya diberi waktu 45 menit untuk berkonsultasi. Meski demikian tidak menutup kemungkinan mood seseorang menjadikan rehab lebih cepat.

Baca Juga:  Bersikukuh Gelar Aksi sampai Tuntutan Terealisasi

"Kami melihat juga mood pasien. Kadang kalau dianya lagi nggak mood ya cepat, kalau lagi mood ya lama ngobrolnya," katanya yang juga berperan sebagai konselor.

Sementara, salah satu dokter yang menangani rehabilitasi di BNNK yaitu dr Khairi mengatakan sejauh ini masyarakat yang anggota keluarganya mengonsumsi narkoba tak jarang melakukan rehabilitasi. Kemudian, dari polsek maupun polresta pun melakukan rehabilitasi kepada pemakai.

"Yang mudah direhabilitasi itu dari masyarakat. Sementara untuk yang dari polsek atau polresta itu harus lebih keras dalam merehabilitasinya," ucapnya. 

Meski masyarakat mudah direhab, tak jarang beberapa di antaranya mangkir untuk hadir. Alasannya, pindah ke luar kota, kerja bahkan sampai tidak aktif nomor hpnya. Sedangkan pemakai yang dari kepolisian lebih mudah di-handle karena jika tidak mengikuti rehab terdapat sanksi khusus misalnya ditahan.

Baca Juga:  Wartawan Terpapar Covid-19

Kemudian, pengguna narkoba itu ada yang reaksional dan stimulan serta snogen. Dikatakannya, untuk penggunaan tahap rekreasional pada umumnya tidak mempunyai gejala atau penunjuk apapun. Kecuali jika sudah dalam tingkat menengah atau berat, itu tergantung jenis narkoba yang digunakan. Jika menggunakan jenis despresan, pengguna merasa rileks, cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar.

"Kalau stimulan susah dideteksi. Penyalahgunaan stimulan sekarang ini, digunakan bagi mereka yang ingin berprestasi lebih, untuk membuat fokus maupun semangat kerja. Sementara bagi pelajar agar lebih mudah menghapal dan lainnya. Kemudian untuk snogen tidak digunakan secara terbuka, pengguna menggunakan saat kumpul bersama," ujarnya.(*3)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Lingkungan menjadi garda penentu jati diri. Jika salah pergaulan, siapapun bisa terperangkap dalam hal negatif, konsumsi narkoba misalnya. Tidak dipungkiri, karena gengsi ejekan teman, akhirnya mencoba lalu menjadi pecandu. Pencegahnya adalah rehabilitasi.

Menurut Kasi Rehabilitasi BNNK Pekanbaru Sandi Risto Aji, setiap pasien memiliki latar belakang berbeda, namun alasan klasik yang diungkapkan pasien hampir sama. “Rata-rata pasien mengonsumsi narkoba untuk menambah semangat kerja dan supaya beban hilang. Padahal sejatinya konsumsi narkoba itu candu yang berbahaya pada tubuh dan dapat mematikan,” jelasnya.

- Advertisement -

Dalam sehari seorang konselor maupun dokter yang menangani rehab bisa lebih dari dua orang. Setiap orangnya diberi waktu 45 menit untuk berkonsultasi. Meski demikian tidak menutup kemungkinan mood seseorang menjadikan rehab lebih cepat.

Baca Juga:  Pemko Pekanbaru Gelar Pasar Murah Tiap Pekan

"Kami melihat juga mood pasien. Kadang kalau dianya lagi nggak mood ya cepat, kalau lagi mood ya lama ngobrolnya," katanya yang juga berperan sebagai konselor.

- Advertisement -

Sementara, salah satu dokter yang menangani rehabilitasi di BNNK yaitu dr Khairi mengatakan sejauh ini masyarakat yang anggota keluarganya mengonsumsi narkoba tak jarang melakukan rehabilitasi. Kemudian, dari polsek maupun polresta pun melakukan rehabilitasi kepada pemakai.

"Yang mudah direhabilitasi itu dari masyarakat. Sementara untuk yang dari polsek atau polresta itu harus lebih keras dalam merehabilitasinya," ucapnya. 

Meski masyarakat mudah direhab, tak jarang beberapa di antaranya mangkir untuk hadir. Alasannya, pindah ke luar kota, kerja bahkan sampai tidak aktif nomor hpnya. Sedangkan pemakai yang dari kepolisian lebih mudah di-handle karena jika tidak mengikuti rehab terdapat sanksi khusus misalnya ditahan.

Baca Juga:  IKPTB Gelar MaRe Famili Fun Run 2019

Kemudian, pengguna narkoba itu ada yang reaksional dan stimulan serta snogen. Dikatakannya, untuk penggunaan tahap rekreasional pada umumnya tidak mempunyai gejala atau penunjuk apapun. Kecuali jika sudah dalam tingkat menengah atau berat, itu tergantung jenis narkoba yang digunakan. Jika menggunakan jenis despresan, pengguna merasa rileks, cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar.

"Kalau stimulan susah dideteksi. Penyalahgunaan stimulan sekarang ini, digunakan bagi mereka yang ingin berprestasi lebih, untuk membuat fokus maupun semangat kerja. Sementara bagi pelajar agar lebih mudah menghapal dan lainnya. Kemudian untuk snogen tidak digunakan secara terbuka, pengguna menggunakan saat kumpul bersama," ujarnya.(*3)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari