Site icon Riau Pos

Tahapan Perkembangan Bahasa dan Bicara pada Anak

tahapan-perkembangan-bahasa-dan-bicara-pada-anak

Salah satu kemampuan anak yang banyak dinanti ayah dan bunda sebagai orangtua adalah ketika si anak mengucapkan kata pertamanya. Tetapi bagaimana jika anak tidak kunjung mengeluarkan sepatah katapun? Meski kenyataannya linimasa tumbuh kembang anak berbeda satu dengan yang lainnya, namun keterlambatan yang terjadi dalam pencapaian suatu kemampuan penting seperti berbicara pada anak bisa membuat ayah dan bunda was-was. Lalu, bagaimana caranya tahu ciri-ciri anak yang memiliki keterlambatan dalam berbicara?

Untuk mengetahui apakah anak mengalami terlambat bicara atau tidak, sebaiknya ayah dan bunda kenali dulu tahapan perkembangan bicara normal pada anak:

Usia 0-6 bulan
Untuk newborn atau bayi baru lahir, komunikasi yang bisa ia sampaikan adalah lewat tangisan. Menurut National Institute of Deafness and Other Communication Disorders, tahap pertama dari proses belajar bicara adalah ketika bayi mengetahui bahwa dengan menangis, maka ia bisa mendapatkan makanan, kenyamanan, dan pelukan hangat. Memasuki usia 2 bulan ia mulai mendengarkan suara Bunda dengan seksama, melihat wajah bunda saat bunda berbicara, dan juga merespons jika mendengarkan musik. Untuk mendukung momen ini, bunda bisa memberikan hadiah berupa mainan yang bisa mengeluarkan suara.

Lalu kemampuan anak berkembang lagi, ia dapat bersuara sederhana seperti ‘aaah’ dan ‘uuuh’ yang dikenal dengan istilah cooing. Ia juga senang bereksperimen dengan macam-macam bunyi yang aneh yang bisa ia hasilkan. Misalnya suara menyerupai orang yang sedang berkumur. Begitu memasuki usia 6 bulan, ia akan mulai mengasah kemampuan berbicara dengan mengatakan satu suku kata, seperti ‘ma-ma’ atau ‘pa-pa’. Ia juga sudah bisa memberikan respons ketika namanya disebut.

Usia 6-12 bulan
Pada usia ini, anak mulai mengerti nama orang dan benda serta konsep dasar seperti ya, tidak, atau habis. Ia akan mulai babbling dengan intonasi atau nada bicara seperti ayah dan bunda. Ia juga semakin mantap mengucapkan kata sederhana seperti mama atau papa meskipun belum paham artinya. Anak bahkan mulai bisa mengatur nada bicara sesuai emosi yang ia rasakan, bahkan dengan ekspresi wajah yang sesuai. Mulai usia 9 bulan, anak sudah bisa mengerti beberapa perintah sederhana, misalnya “Lihat itu.” Ia juga akan mulai menggunakan isyarat jika menginginkan sesuatu. Saat ulang tahunnya yang pertama, anak akan mengerti kira-kira 70 kata.

Usia 12-18 bulan
Setelah ulang tahun pertamanya, anak biasanya sudah dapat mengucapkan 3-6 kata dengan memahami artinya. Kosakata anak juga bertambah banyak lho, ayah dan bunda. Jika pada usia 15 bulan anak baru dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, maka pada usia 18 bulan kata yang bisa ia ucapkan sudah 5-50 kata. Bahkan sekitar usia 18 bulan, ia sudah bisa menyampaikan sebagian besar keinginannya dengan kata-kata. Dapat mengangguk atau menggelengkan kepala saat ditawarkan sesuatu. Ia akan mulai membeo, mengikuti kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang di sekitarnya. Tapi seringkali hanya diucapkan bagian depan atau belakangnya saja, misalnya “num” untuk “minum”.

Usia 18-24 bulan
Anak akan mengalami lonjakan bicara. Ia akan mampu berbicara satu kalimat sederhana yang terdiri dari setidaknya dua kata. Sebanyak 50 persen kata-katanya sudah dapat dimengerti pada usia 2 tahun.

Waspadai jika anak mengalami salah satu dari kondisi berikut:
• Tidak menoleh jika dipanggil namanya dari belakang saat usia 6 bulan, serta tidak ada babbling di usia tersebut.
• Tidak menunjukkan ekspresi wajah hingga usia 12 bulan. Tidak bisa menunjuk apa yang ia inginkan pada usia 12 bulan.
• Tidak bisa berkata apa pun hingga usia 16 bulan.
• Tidak ada kata yang dimengerti saat anak berusia 2 tahun.
Keterlambatan bicara bisa disebabkan oleh beberapa hal:
• Gangguan pendengaran
• Gangguan pada otak
• Gangguan pada organ mulut sehingga Anak sulit melafalkan kata-kata
Apabila ayah dan bunda mencurigai anak mengalami keterlambatan bicara, segera berkonsultasi kepada dokter spesialis anak. Pemeriksaan yang dilakukan mungkin membutuhkan pendekatan dari beberapa disiplin ilmu kedokteran misalnya dokter THT dan psikolog anak. Pemeriksaan sejak dini akan menentukan penanganan yang akan ditempuh agar kemampuan bahasa dan bicara pada anak bisa dimaksimalkan.

Cara Menstimulasi Kemampuan Berbicara Anak
Jangan percaya pada mitos bahwa anak bisa belajar bicara dengan sendirinya. Peran aktif ayah dan bunda sebagai orang terdekat anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan bicaranya. Ada cara-cara yang bisa dilakukan untuk merangsang kemampuan berkomunikasi anak. Berikut adalah cara-cara yang digunakan untuk menstimulasi kemampuan bicara pada anak di antaranya:

1. Ikuti semua ucapannya
Perhatikan suara-suara yang terucap dari anak. Meski Bunda tidak mengerti maksudnya, ulangi lagi suaranya sesuai yang Bunda tangkap. Dengan begitu, Anak akan merasa sedang berbicara dengan Bunda dan membiasakan diri untuk meniru kata-kata dan nada bicara Bunda.

Ini tentunya akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Jadi, bersabarlah dan tetap berikan anak kesempatan sebanyak mungkin untuk “mengobrol” dengan Bunda.

2. Berbicara sambil bergerak
Saat berbicara dengan anak, Bunda juga harus aktif bergerak dan ekspresif. Misalnya, katakan, “Ayo, kita minum susu,” sambil menggoyang-goyangkan botol susu atau, “Sayangi bonekanya, ya,” sambil mengelus-ngelus boneka tesebut. Begitu pula saat mengajarkannya mengenal bagian-bagian tubuh. Bunda dapat mengatakan “Mata” sambil mengarahkan tangan Bunda ke arah anggota tubuh yang sesuai dengan yang Bunda ajarkan yaitu mata misalnya.

3. Biasakan membuat narasi
Meski anak belum bisa berbicara layaknya orang dewasa, Bunda tetap bisa memakai percakapan sehari-hari saat berkomunikasi dengannya. Misalnya, saat memakaikan baju pada anak, Bunda bisa berbicara, “Hari ini adik pakai baju motif bunga-bunga untuk bermain ke taman ya” sambil memperlihatkan bajunya.

Hal ini bisa membantu anak memahami objek tertentu melalui perkataan Bunda. Terapkanlah hal ini pada kegiatan lainnya, seperti saat mandi, memberikan makan, atau mengganti popok.

Biasakan selalu berbicara menggunakan kalimat lengkap kepadanya. Contohnya, ketika ia menunjuk ke arah boneka yang berada di atas meja. Bunda jangan langsung mengambilkannya. Lebih baik ucapkanlah satu atau dua kalimat seperti, “Kamu mau bermain dengan boneka ini?” Ketika dia merespons dengan anggukan atau senyuman, Bunda bisa langsung memberikannya.

4. Bermain bersama-sama
Ketika memiliki anak, terkadang orang tua harus bisa berakting menjadi anak kecil. Ajaklah anak untuk bermain, bermain peran, atau membayangkan sesuatu untuk mengembangkan kemampuan verbalnya. Misalnya, Bunda bisa mengajak anak untuk pura-pura menelepon Ayah dengan telepon mainan.

5. Puji perkembangannya
Selalu beri pujian, senyuman, dan pelukan tiap kali anak mengeluarkan suara atau kosakata baru yang baik. Pada umumnya, anak banyak belajar berbicara dari reaksi orang-orang di sekitarnya.

Kunci utama merangsang berkembangnya kemampuan berbicara anak adalah dengan banyak-banyak berkomunikasi dengannya. Pastikan ayah dan bunda juga selalu memakai respons yang positif dan penuh kasih sayang.

Jika ayah dan bunda curiga anak terlambat bicara, jangan dulu terlalu khawatir, ya, bun. Pada dasarnya, setiap anak memiliki kecepatan tumbuh kembang yang berbeda-beda. Meski begitu, bila anak terlambat bicara, sebaiknya ia tetap diperiksakan ke dokter supaya bisa diberikan penanganan jika memang ditemukan adanya kelainan.***

 

Diana Kurniati Kartika, S. Tr. Kes, Terapis Wicara RS Awal Bros

Exit mobile version