Site icon Riau Pos

Mister 33 Terkutuk

REBUT BOLA: Gelandang Juventus Juan Cuadrado berebut bola dengan penyerang Lazio Ciro Immobile dalam lanjutan Serie A, Ahad (8/12/2019). (afp)

ROMA (RIAUPOS.CO) — Desember benar-benar kelabu bagi Maurizio Sarri. Bagaimana tidak. Allenatore Juventus itu akhirnya menelan kekalahan pertama musim ini dari Lazio dengan skor 1-3 pada giornata ke-15 Serie A kemarin dini hari. Kekalahan di Stadion Olimpico itu melanjutkan hasil imbang 2-2 Sassuolo pada giornata ke-14 (1/12). Leonardo Bonucci dkk gagal menggeser Inter Milan di pucuk klasemen dengan selisih melebar jadi 2 poin (38-36). Padahal, Nerazzurri hanya bermain imbang tanpa gol melawan AS Roma pada Sabtu (7/12). Sebaliknya bagi Lazio, kemenangan kemarin jadi yang pertama di Olimpico saat melawan Juve sejak 2003.

Kekalahan dari Lazio kemarin kian menegaskan bahwa kutukan pekan ke-15 masih berlanjut bagi Mister 33–julukan Sarri. Ya, sejak melatih Napoli pada 2015-2016, pelatih 60 tahun itu kerap keok jika kompetisi memasuki pekan ke-15.     

Total, ada lima laga Sarri yang dihelat di pekan ke-15 dan dia hanya menang sekali pada musim 2016-2017. Sisanya? Empat kali kalah! Rinciannya, 2015-2016 bersama Napoli kalah 2-3 melawan Bologna, 2017-2018 masih bersama Napoli keok 1-2 dari Juve, 2018-2019 saat melatih Chelsea kalah 1-2 dari Wolverhampton Wanderers, dan yang terakhir kalah dari Lazio kemarin.

"Saya rasa babak pertama kami bagus hingga dikacaukan kebobolan beberapa saat jelang jeda. Sedangkan babak kedua didominasi insiden yang sebagian besar melawan kami," elak Sarri kepada DAZN.

Pernyataan pelatih berkebangsaan Italia itu merujuk kepada kartu merah yang diterima bek kanan Juan Cuadrado pada menit ke-69 saat melanggar wide attacker Lazio Manuel Lazzari. Awalnya, wasit Michael Fabbri hanya mengeluarkan kartu kuning. Tetapi, setelah mengevaluasinya via VAR (Video Assistant Referee), wasit 35 tahun itu mengubah keputusannya dengan memberi kartu merah langsung kepada Cuadrado. Nah, insiden itu terjadi saat skor masih 1-1.

Praktis, bermain dengan sepuluh orang membuat Juve berantakan. Dua gol lanjutan terjadi melalui gelandang Sergej Milinkovic-Savic lima menit berselang dan striker Felipe Caicedo (90+5'). Bahkan, Juve nyaris bobol kali keempat jika kiper Wojciech Szczesny tidak mementahkan eksekusi penalti striker Lazio Ciro Immobile pada menit ke-79. Bahkan, kiper Polandia itu membuat penyelamatan ganda dengan kembali menggagalkan bola rebound dari eksekusi tersebut yang juga ditendang Immobile. Eks kiper Arsenal dan Roma itu jadi pemain Juve yang paling moncer pada laga kemarin dengan total melakukan enam penyelamatan.

Keok dari Lazio secara tidak langsung juga jadi bukti bahwa dominasi Juve dalam delapan musim terakhir mulai luntur. Tolok ukur utama adalah produktivitas gol. Sejak mendominasi scudetto pada musim 2011-2012, 26 gol yang sudah dicetak hingga giornata ke-15 musim ini hanya lebih baik dari musim 2011-2012 dengan 25 gol dan 2015-2016 (20 gol). Hanya, dalam dua musim itu Juve meledak di putaran kedua sehingga bisa mengamankan scudetto.

Pertanyaannya, bisakah Sarri mempertahankan Lo Spirito khas Juve jelang akhir musim nanti? Jika melihat rekam jejaknya di Napoli dan Chelsea, kans terjadinya hal itu tidak besar. Bersama Partenopei, dia dua kali mencatatkan Campione d'Inverno alias juara paruh musim pada 2015-2016 dan 2017-2018. Tetapi di akhir musim tetap gembos. Setali tiga uang saat melatih The Blues musim lalu. Dari total 8 kekalahan di Premier League, 5 di antaraya terjadi pada paruh kedua.(io/eca)

Laporan JPG, Roma

Exit mobile version