Site icon Riau Pos

Ini Penjelasan Bu Risma soal Mahasiswa Papua di Surabaya

Ini Penjelasan Bu Risma soal Mahasiswa Papua di Surabaya

SURABAYA (RIAUPOS.CO) — Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan sama sekali tidak benar ada upaya pengusiran mahasiswa asal Papua di asrama mahasiswa di kota yang dipimpinnya itu. Walau demikian, Risma tetap meminta maaf seandainya ada kesalahan dari pihak Pemerintah Kota Surabaya.

Pernyataan itu disampaikan Risma menjawab pertanyaan wartawan atas kejadian di Surabaya dan Malang, Jawa Timur, yang berujung kepada kerusuhan di Manokwari, Papua.

Disebut-sebut aksi di Manokwari adalah sebagai balas dendam atas pengusiran mahasiswa asal Papua di Malang dan Surabaya.

Menurut Risma, pengusiran mahasiswa asal Papua di Surabaya adalah sama sekali tidak benar. Tidak mungkin hal itu terjadi karena dirinya sendiri adalah semacam orang tua bagi para mahasiswa asal Papua itu.

"Kalau ada anak Papua diusir di Surabaya, itu tidak betul. Kabag Humas saya dari Papua. Dia ada di bawah. Itu dari Papua. Dan beberapa camat dan pejabat saya juga dari Papua. Jadi (pengusiran, red) itu tidak betul," kata Risma di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (19/8).

Risma lalu menyebut bahwa dirinya diangkat oleh warga Papua sebagai Mama Papua. "Jadi karena itu, sekali lagi saya berharap saudara-saudara saya, keluarga-keluarga saya, mama papa saya, para pendeta di Papua, sekali lagi tidak ada kejadian apapun di Surabaya," katanya.

Risma menjelaskan, yang terjadi kemarin adalah adanya penurunan Bendera Merah Putih bertepatan dengan perayaan HUT ke-74 Kemerdekaan RI. Dan itu terjadi di asrama mahasiswa asal Papua. Lalu ada organisasi masyarakat yang meminta kepolisian untuk melakukan tindakan atas hal itu.

"Tapi tidak benar kalau ada pengusiran itu. Kalau itu terjadi, tentu pejabat saya (asal Papua, red) yang duluan (diusir, red). Tapi pejabat saya tetap bekerja. Seluruh mahasiswa asal Papua juga masih normal," kata Risma.

Ketua DPP PDIP Bidang Kebudayaan ini mempersilakan semua pihak untuk memeriksa kondisi mahasiswa Papua di Surabaya. Dia juga mengajak semua pihak untuk menjaga kerukunan dan persatuan.

"Sayang sekali selama ini kita sudah bangun dengan susah payah, kemudian hancur begitu saja hanya karena emosi kita. Kalau memang itu ada kesalahan di kami di Surabaya, saya mohon maaf. Tapi tidak benar kalau kami dengan sengaja mengusir, tidak ada itu," jelas Risma.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga menekankan tidak ada perbedaan ras di wilayah yang dipimpinnya itu. Menurut dia, baik di lembaga yang dipimpinnya dan masyarakat yang dibinanya, semua rukun dalam keberagaman.

"Saya pastikan karena di Pemkot pun tidak ada. Bahkan beberapa (orang Papua) kemarin, kami lantik sebagai pejabat. Jadi ndak ada. saya selalu rutin setiap pertemuan atau setiap ada acara di Balkot, anak Papua saya ajak menari mereka," kata Risma di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (19/8).

Risma mengaku setelah mendarat di Surabaya akan mengunjungi anak-anak Papua di asramanya. Risma sendiri mengaku sudah meniatkan untuk datang pada perayaan 17 Agustus kemarin. Namun karena agenda penuh, maka Risma mengurungkannya.

"Nanti saya akan datang. Kemarin itu kan 17 Agustus saya penuh, enggak bisa. Setelah saya ke sini, saya akan datang ke sana," jelasnya.
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal

Exit mobile version