Site icon Riau Pos

Warga Riau Mulai Ada yang Mengungsi

Warga berkostum salah satu superhero, Spiderman, membantu petugas BPBD Kampar dan Anggota TNI 0313/KPR dalam upaya pemadaman lahan gambut terbakar di kawasan Rimbo Panjang perbatasan Kota Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar, Riau, Kamis (12/9/2019). (MHD AKHWAN/RIAU POS)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Kabut asap dampak kebakaran hutan (karhutla) di Riau semakin parah. Kualitas udara sudah masuk ke level yang berbahaya.

Dari data indeks standar pencemaran udara (ISPU) yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada pukul 15.00 WIB, udara di Riau berada di level hitam >300. Ini tertera di lokasi pemantau ISPU di Siak, Kampar, Dumai, Rokan Hilir, dan Bengkalis. Sementara Pekanbaru di level tidak sehat hingga berbahaya. Secara estetika, kondisi ini dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi (misalnya iritasi mata, batuk, dahak dan sakit tenggorokan).

Kamis (12/9) pagi, asap terlihat mengepul di udara dengan bau menyengat. Langit hampir tidak terlihat sejak pagi karena asap turun seperti embun. Kondisi ini sangat meresahkan masyarakat. Ditambah lagi asap sudah masuk  ke dalam rumah-rumah warga. Ancaman terpapar infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pun semakin nyata. Tak heran bila kemudian sejumlah warga berencana mengungsi ke luar daerah yang aman dari asap.

Salah satunya keluarga Khairuddin Domo (51), warga Desa Muara Uway, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar. Khairuddin mengatakan akan mengungsikan keluarganya ke Sumatera Barat (Sumbar). Menurutnya, kabut asap di Kampar sudah tidak lagi aman, bahkan menurut orang dewasa. Dirinya tidak hanya khawatir soal dampak instan asap seperti ISPA, namun dampak jangka panjang.

"Mungkin malam ini (malam tadi, red). Termasuk saya, ada tujuh orang keluarga kami akan berangkat ke Sumbar. Sudah tidak aman sekarang, sudah parah sekali. Bahkan dalam ruangan juga perlu pakai masker,'' sebut Khairuddin.

Warga lainnya yang mengungsi adalah Suryani (46), seorang pegawai yang memang kampung halamannya di Sumbar. Saat ditemui dia sedang mengenakan masker. Dia mengaku sudah tidak tahan dengan kondisi asap. Sejatinya, dia tidak suka mengenakan masker. Namun apa boleh buat tenggorokannya sudah gatal dan kepala mulai pusing sejak pagi kemarin.

"Minta izin saja mau mengungsi. Besok (hari ini, red) kan sudah Jumat, nanti pagi Senin bisa balik lagi ke sini. Mudah-mudahan asap sudah reda. Tak sanggup awak kalau asap kayak hari ini terus menerus, sesak," terangnya.

Salah satu warga yang memilih mengungsi istri dari Abdullah Sany (32), warga Marpoyan Damai, Pekanbaru. Kepada Riau Pos, Kamis (13/9), karyawan swasta ini menyebutkan sudah memesan tiket untuk anak dan istrinya ke Kisaran, Sumatera Utara. Di kampung halamannya kondisi udara masih bersih.

"Kami memilih mengungsi. Anak saya umurnya setahun setengah. Kami takut sakitnya makin parah. Sudah demam beberapa hari. Batuk juga. Lebih baik diungsikan dulu ke kampung," ucapnya.

Sementara Ari, warga Jalan Cipta Karya ujung tepatnya di belakang Rumah Potong Hewan (RPH), memutuskan untuk membawa pulang bayi yang masih berumur empat bulan ke Sumatera Barat.

"Udara tidak sehat. Habis Subuh kabut asap pekat dan bikin napas sesak. Pagi ini, saya bawa anak pulang kampung. Kasihan masih bayi,” ujarnya.

Selain mengingat sang bayi, pilihannya mengungsi itu karena juga punya riwayat gangguan kesehatan. “Sudah dua minggu lebih batuk ini tak sembuh-sembuh,” katanya.

Sementara Ketua Persatuan Mahasiswa Malaysia Riau, Ahmad Sofwan Bin Mohamed Nazir mengungkapkan jika asap semakin parah, tidak menutup kemungkinan pindah sementara ke provinsi lain yang tidak terkena kabut asap.
"Kalau makin teruk, kemungkinan kami harus lakukan pemindahan," ujar Sofwan.

Sofwan mengatakan saat ini ada 228 mahasiswa asal Malaysia yang kebanyakan menuntut ilmu di UIN Suska Riau dan masih bertahan di Pekanbaru, karena pihak kampus belum memberikan pengumuman libur.

"Sekarang masih menjalankan perkuliahan seperti biasa," ujar Sofwan.

Kendati demikian, ujar Sofwan, ada kemungkinan untuk pindah sementara meskipun tidak ada pengumuman libur dari kampus. Hal tersebut dilakukan apabila ada instruksi dari Konsulat Malaysia di Pekanbaru seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
"Kalau tahun 2015, mahasiswa pulang ke Malaysia," ucap Sofwan.(end/*2/sol/fia)

>>> Berita selengkapnya baca koran Riau Pos hari ini.

 

Exit mobile version