Site icon Riau Pos

Praven/Melati Masih Layak Jadi Panutan

praven-melati-masih-layak-jadi-panutan

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Rumor pencoretan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti belum dikonfirmasi PP PBSI. Mereka memilih untuk menunggu hasil seleknas yang dimulai hari ini hingga Sabtu (15/1). Pada Desember lalu, para penghuni pelatnas dikembalikan ke klub masing-masing sampai ada pemanggilan lagi.

Legenda bulutangkis Christian Hadinata mengungkapkan, ada pertimbangan besar jika pencoretan itu dilakukan. Sebab, saat ini tidak ada sosok senior di ganda campuran. PraMel –sapaan Praveen/Melati– menjadi pasangan paling senior dengan prestasi cukup mumpuni. Di bawah PraMel masih ada Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja di peringkat ke-11.

PraMel juga merupakan juara All England 2020 dan menempati ranking kelima dunia. Namun, dalam setahun terakhir, performa mereka tidak stabil. Sepanjang 2021, PraMel tidak meraih gelar juara lagi. Bahkan, di Indonesia Badminton Festival (IBF) 2021, PraMel tidak lolos perempatfinal.

"Setidaknya perlu dipikirkan matang-matang (oleh pengurus). Jika mereka (PraMel) terdepak, tidak ada pemain senior di ganda campuran yang bisa menjadi panutan. Sosok senior itu sangat penting sebagai contoh bagi adik-adiknya," kata Christian kepada JPG, kemarin.

Menurut dia, untuk menjadi sosok panutan, memang dibutuhkan jiwa kepemimpinan yang kuat dari seorang pemain. Selain itu, sosok tersebut harus memiliki capaian prestasi yang bagus.

"Sosok-sosok itu sangat penting untuk mengangkat dan memimpin tiap sektor. Prestasi, latihan, dan attitude harus bagus. Di ganda putri seperti Greysia Polii atau Hendra/Ahsan di ganda putra," ungkapnya.

Juara dunia 1980 itu berharap PraMel bisa memperbaiki kondisi dan masalah yang mereka hadapi. "Coba diselesaikan baik-baik. Hal-hal seperti itu memang umum terjadi di pasangan ganda. Di ganda putra juga pernah terjadi. Saya berharap juga ada komitmen dari PraMel untuk jadi lebih baik," lanjut Christian.

Christian juga mengkhawatirkan regenerasi di ganda campuran. Setelah era Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mencapai puncak dengan emas Olimpiade Rio 2016, belum ada yang bisa meneruskan suksesi tersebut. Apalagi, persaingan ganda campuran dunia saat ini makin sengit dan merata.

"Mempertahankan memang lebih sulit ya. Sektor ini dibangun susah payah oleh Richard Mainaky sampai jadi sektor andalan. Jangan sampai hilang prestasinya. Kalau sampai tenggelam, akan susah membangun dari awal. Ini harus jadi motivasi, baik bagi pemain, pelatih, maupun pengurus," kata pria berusia 72 tahun itu.(gil/c19/bas/jpg)

Exit mobile version