Site icon Riau Pos

Gerhana Bulan Penumbra Tak Bisa Dilihat di Riau

Irwansyah Nasution Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Pekanbaru

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Pekanbaru memastikan Gerhana Bulan Penumbra (GBP) yang bakal terjadi Senin (25/3) hari ini tidak bisa disaksikan oleh masyarakat di Provinsi Riau.

“Riau tidak dapat (dilihat) karena bukan masuk dalam zona pemantauan. Yang dapat melakukan pemantauan hanya Papua, Papua Barat dan sebagian Maluku ,” ujar Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Pekanbaru Irwansyah Nasution, Ahad (24/3).

Irwansyah mengatakan, GBP yang merupakan peristiwa terhalanginya cahaya matahari oleh bumi sehingga tidak  semuanya sampai ke bulan. Peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.

GBP terjadi saat posisi matahari-bumi-bulan sejajar. Hal ini  membuat Bulan hanya masuk ke bayangan penumbra Bumi. Akibatnya, saat puncak gerhana terjadi, bulan akan terlihat lebih redup dari saat purnama.

Adapun Gerhana Matahari adalah peristiwa terhalangnya cahaya Matahari oleh Bulan sehingga tidak semua cahayanya sampai ke Bumi dan selalu terjadi pada saat fase bulan baru.

Pada tahun 2024 terjadi empat kali gerhana, yaitu dua kali gerhana Matahari dan dua kali gerhana Bulan yaitu GBP hari ini . Lalu Gerhana Matahari Total (GMT) 8 April 2024 yang tidak dapat diamati dari Indonesia, Gerhana Bulan Sebagian (GBS) 18 September 2024 yang tidak dapat diamati dari Indonesia,Gerhana Matahari Cincin (GMC) 2 Oktober 2024 yang tidak dapat diamati dari Indonesia.

Salah satu tupoksi BMKG sebagai institusi pemerintah adalah memberikan informasi dan pelayanan tanda waktu, termasuk di dalamnya adalah informasi Gerhana Bulan dan Matahari.

Untuk itu, berdasarkan peta Gerhana Bulan Penumbra di Indonesia BMKG menyampaikan informasi dimana untuk waktu-waktu kejadian gerhananya diuraikan di atas. Garis miring menunjukkan proses gerhana terjadi bersamaan dengan waktu terbit Bulan di lokasi yang ditandai garis tersebut. Sebagaimana pengamatan yang berada di sebelah Timur garis miring, yaitu Papua, Papua Barat, dan sebagian Maluku akan dapat mengamati proses Gerhana Bulan dari sejak Bulan terbit hingga gerhana berakhir.

Adapaun pengamat yang berada di sebelah barat garis miring, yaitu Maluku Utara, sebagian Maluku, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, NTT, NTB, Bali, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Jambi, Sumatera

Barat, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, dan Aceh tidak akan mengamati seluruh fase gerhana karena Bulan masih di bawah horizon saat peristiwa itu terjadi.

Sementara itu, berdasarkan data posisi bulan pada setiap fase gerhana di setiap kota di Indonesia dapat dilihat pada  Lintang 65o LU s.d. 65o LS, namun seluruh proses gerhana dapat dilihat di sebagian besar Amerika dan Kanada. Proses gerhana pada saat Bulan terbit dapat diamati di sebagian kecil Asia, sebagian Australia, Selandia Baru, dan sebagian kecil Rusia.

Proses Gerhana pada saat bulan terbenam dapat diamati di sebagian Eropa dan sebagian Afrika.  “Gerhana ini tidak akan dapat diamati di sebagian besar Asia, sebagian Australia, sebagian besar Rusia, sebagian Afrika, dan sebagian Eropa,”tegasnya.(ayi)

Exit mobile version