Site icon Riau Pos

Selada Hidroponik, Ramah Lingkungan

selada-hidroponik-ramah-lingkungan

(RIAUPOS.CO) – SALAH satu metode menanam adalah metode hidroponik yang memanfaatkan air sebagai media tanam. Bertanam hidroponik terbukti ramah lingkungan karena tidak menggunakan cairan kimia atau obat hama yang bisa mengkontaminasi tanah. Tanaman hidroponik juga tidak merusak tanah sebab tidak memakai media tanah serta juga tidak membutuhkan tempat yang lebar.

Salah seorang milenial Pekanbaru Teguh Wirman (19) mengisi kegiatan di sela-sela aktivitas sehari-harinya dengan menanam selada secara hidroponik. Tak hanya baik untuk lingkungan, ia juga menghasilkan uang dari kegiatan ini.

Kepada wartawati Riau Pos dia bercerita, ia mulai menanam selada sejak empat bulan lalu. Kecintaannya terhadap tanaman hijau membuat Teguh memutuskan menanam selada di samping rumahnya.  “Saya suka tanaman hijau, jadi ketika ada orang berkunjung, enak dipandang, terlebih juga banyak tanaman lain seperti bunga-bunga, jadi tambah segar,” katanya bercerita.

Disampaikannya, bisnis juga menjadi alasan lain menanam selada. Menurut Teguh, anak-anak muda tak hanya bisa meminta uang kepada orang tua saja, tapi juga bisa berpikir bagaimana caranya menghasilkan uang untuk jajan sendiri atau untuk biaya kuliah.

Teguh mengatakan, ia terinspirasi dari salah satu saudaranya yang juga menanam hidroponik. Belajar darinya, ia kemudian menerapkan metode hidroponik di rumahnya.

“Terinspirasi sama kakak saudara, lalu dicoba dan alhamdulillah berhasil,” pengakuan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) semester empat ini.

Ia mengaku tak bisa diam dan selalu ingin melakukan sesuatu. Banyak yang sudah dilakukannya seperti membibitkan ikan hias, hingga memelihara ikan lele sebelumnya. Teguh beranjak ke tanaman hidroponik karena menurutnya, metode ini tidak menggunakan pestisida dan lebih sehat.

Teguh mengungkapkan, ia membuat media tanam hidroponik bermodalkan Rp3 juta untuk membeli keperluan seperti pipa dan elbow. Ia dan ayahnya merakit sendiri media tanam selada hidropnik dengan bantuan Youtube sebagai acuan pembuatan. “Modal awalnya Rp3 jutaan itu bikin sendiri, kalau pesan dan minta dibuatkan mungkin bisa Rp3,5 juta,” jelasnya.

Saat ini, Teguh memiliki 11 pipa sepanjang 6 meter dengan 320 lubang. Lubang sebanyak itu menurutnya masih kurang akibat banyaknya permintaan. Awalnya ia memasarkan dengan menggunakan media sosial pribadinya, baik Facebook maupun Instagram, akhirnya ia bertemu dengan konsumen yang memasok selada ke pusat-pusat perbelanjaan, cafe, dan lain-lain. Ia juga tak segan memasarkan seladanya ke kantin di kampusnya

“Pakai medsos, Whatshaap, Facebook, pasarkan sendiri, kenalkan ke pengusaha kebab, pecel lele. Di kampus ada tiga kantin juga. Terus kalau ada acara di rumah, mendoa atau lain kita siapkan lalapan selada sekalian promosi,” tuturnya.

Untuk harga, Teguh mematok harga Rp30 ribu per kg. Dalam satu bulan ia bisa menghasilkan Rp500 ribu dari menanam selada. Ke depan ia juga akan menambah pipa dan lubang agar bisa memenuhi permintaan konsumennya.

Selain itu, Teguh juga menjelaskan cara-cara menanam selada hidroponik. Pertama sediakan bibit selada, rockwool untuk memasukkan bibit ke dalamnya, pot hidroponik, dan kain flanel untuk menarik air ke akar benih.

Selanjutnya, semai bibit selama tiga hari, setelah itu potong rockwool berukuran 4×8 cm menjadi tiga bagian, dan belah lagi sisi-sisinya menjadi kotak-kotak kecil. “Kita bolong-bolongkan, lalu masukkan benih ke rockwool  tadi, tunggu selama sehari untuk penyesuaian tempat,” jelasnya.

Hari selanjutnya, masukkan rockwool ke dalam pot yang sidah diisi dengan benih, dan biarkan selama setengah hari di nampan yang terisi air. Kemudian, masukkan ke dalam lubang-lubang pipa. “Tiga hari setelah semai, sehari di rockwool, setengah hari di dalam pot, lalu masukkan ke dalam lubang pipa,” ujarnya.

Setelah itu, setiap hari, lanjut Teguh,  harus dicek pH air. Jika pH air tinggi ada obat khusus dan nutrisi untuk menurunkannya. Pengukuran pH juga dapat dilakukan dengan alat ukur tertentu.

Dijelaskan teguh, pH air yang tinggi bisa disebabkan oleh air hujan yang masuk. PH normal air untuk menanam selada ini adalah 60-80, di atas itu tidak baik untuk kesehatan tanaman. Jika pH yang lebih rendah, harus diberikan nutrisi agar pH kembali normal.

Teguh menambahkan, pemberian nutrisi secara rutin dilaksanakan dua atau tiga hari sekali, air juga harus diisi tiga hari sekali. Begitu seterusnya hingga panen. “Kita bisa panen sebulan setelahnya,” tuturnya.

Mahasiswa jurusan hukum ini mengakui, kesulitan yang dihadapinya adalah mengatur waktu, antara di mengajar di pondok, berorganisasi, dan mengurus ikan lele, ikan hias, serta tanaman hidroponiknya.  “Harus benar-benar bisa membagi waktu,” pungkas Winner Zetizen Riau Pos 2022 ini.(gus)

 Laporan Annafi Mujawaroh, Pekanbaru

Exit mobile version